Langsung ke konten utama

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-  




Ikuti kisah sebelumnya disini

Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada.

Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E

Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya. 

AKU SUDAH TAHU!

Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi.

Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimanya sehari sebelum pembunuhan. Susi memintanya datang dimalam tepat saat wanita cantik itu terbunuh. Dimas memang bermaksud untuk menemuinya, tapi sebelum itu ada hal yang perlu dipersiapkan. Sebuah cincin, dengan hati yang mantap, dipilihnya satu cincin yang paling menarik untuk Ia serahkan malam itu pada Susi, Wanita yang selama ini berhasil membuatnya jatuh hati.

Setelah menerima sms dari Susi sore itu, Dimas merasa perlu segera menyampaikan perasaannya, usianya sudah lebih dari matang untuk menjalin hubungan yang serius. Namun sayang, andaikan saja Ia datang tepat waktu, mungkin kejadian itu tak akan menimpa Susi. Selesai memilih cincin yang rencananya akan diserahkan malam itu, Dimas memilih jalan yang dipikirnya lebih cepat sampai ke tempat tujuan mengingat setengah jam sudah berlalu dari waktu pertemuan yang ditentukan. Ia sudah sangat terlambat, alih-alih dapat menghemat waktu perjalanan justru mobilnya terjebak macet sebab didepan sana terjadi kecelakaan, Sebuah truk menabrak pejalan kaki. Belakangan baru Ia ketahui bahwa yang ditabrak adalah karyawannya sendiri. kondisi saat itu semakin lengkap dengan turunnya hujan lebat. Cintanya pupus sebelum disampaikan, ibarat bunga yang baru akan mekar namun dengan tega dipangkas oleh tukang kebun.

“Siapa pengirim surat ini?” Dimas bingung.

“Mungkin yang dimaksudkan adalah pelaku pembunuhan. Bisa jadi seperti itu” Pikirnya.

-------

Surat kedua juga sampai ditangan laki-laki yang telah membunuh Susi. Berbeda dengan reaksi Dimas yang bingung ketika membaca isinya, justru laki-laki pembunuh itu malah terpancing emosi. Ia merasa diancam, dengan surat tersebut.

AKU SUDAH TAHU!!!

Dibacanya lagi kalimat singkat itu. Dalam sekejap Ia merasakan darah dalam tubuhnya memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan satu gerakan kertas berwarna Abu-abu itu berubah bentuk, ronyok tak lagi rapi, kemudian berpindah ketempat sampah.

“Siapa pengirim surat ini, Apa yang diketahuinya?” Desisnya pelan, rahangnya mengeras menahan amarah.

“Apakah orang ini tau kalau Aku yang telah membunuh Susi atau apakah dia tau tentang dokumen yang kucari?” Tanyanya semakin penasaran.

“Mungkinkah orang itu, apa dokumen penting yang kucari sudah ada ditangannya? Tidak mungkin!” Ia merasa yakinnya.

Dugaannya bahwa surat itu dikirim oleh target nomor satu yang belum dapat diselesaikannya malam itu. Dimas. Selama ini Ia belum membunuh Sang manager karena masih mencari dokumen penting yang berhasil dicuri oleh Susi dari ruangannya. Tapi jika kondisi menjadi semakin rumit, maka kali ini Ia akan menghabisi target dalam waktu dekat. Agar tak ada lagi yang menjadi penghalang baginya untuk meraih tujuan utama.

-------

Jauh dari ruangan tempat Dimas dan laki-laki pembunuh itu berada, senyum penuh arti hadir dibalik topeng tersembunyi. Membayangkan reaksi yang lahir dari kedua orang yang disapanya melalui surat misterius tanpa nama.




Bersambung…

Nantikan kisahnya di Topeng Bag.10



Komentar

  1. Waduh, makin penasaran saja nih

    BalasHapus
  2. Waduh, makin penasaran saja nih

    BalasHapus
  3. Yuk.ditunggu klanjutannya mba. 😀

    BalasHapus
  4. Aaarrrghh.. Copot dong topengnyaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..mesti panggil peterpan dong ya. Suruh nyanyi dulu. Hehehe.😀😀

      Hapus
  5. Tunggu, tunggu, apa itu rekasi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mba, maksudnya reaksi. Sudah saya perbaiki. 😳😆😆

      Hapus
  6. Penasaran...
    Siapa pengirim surat itu ya???

    BalasHapus
  7. Penasaran...
    Siapa pengirim surat itu ya???

    BalasHapus
  8. Wah keren
    Semakin bikin penasaran saja

    BalasHapus
  9. Betul...bikin penasaran...hehe

    BalasHapus
  10. Kesatria bertopeng... Hmn...
    Siapakah ia?
    Tulisannya ditambah2 dikit, mba.. Bikin PNs (penasaran)..

    BalasHapus
  11. Zorro ..
    Pahlawan bertopeng.
    Tokoh idola saya wkt kanak2

    BalasHapus
  12. mikir ceritamu yg berhenti di tengah jalan, perutku jadi mual Na...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar ya pak, saya juga ikut pusing nih. hehehe

      Hapus
  13. Walah... Tebakanku salah...😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak salah kok mba, cuma meleset. #Ehh..hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka