Langsung ke konten utama

Topeng (bag.8)

-Somnambulisme-


Gambar dari par@ShadowAoki-Somnambulisme Pause


Ruang kamar itu rapi dan bersih. Penataan serta penempatan barang-barangnya sangat tepat, menambah kenyamanan bagi siapapun yang masuk kedalamnya. Kamar kost berukuran 3 x 4 meter yang terletak diujung lorong lantai 1 dengan nomor pintu dalam angka romawi X itu dihuni oleh Hera.

Bangunan kost tempat Hera tinggal memiliki 2 lantai. Ada 10 kamar di setiap lantainya.  Bentuk bangunan ini berleter L dan menghadap ke arah datangnya sinar matahari pagi. Tampak asri dengan pohon-pohon yang mengelilingi layaknya pagar dan beberapa jenis bunga ditanam di depan teras.

"Hera..aku pinjam kamar mandimu dulu ya, kebelet nih, kunci kamarku gak tau kemana." Sasa yang baru pulang dari lari-lari pagi menghampiri Hera yang kebetulan keluar sembari membawa keranjang berisi baju di tangannya.

"Eh..iya silahkan!" Hera mempersilahkan Sasa menggunakan kamar mandinya, kemudian berjalan menuju halaman belakang untuk menjemur baju yang baru saja selesai dicuci.

Sasa baru dua kali ini masuk ke kamar Hera, pertama saat Ia menjenguk ketika Hera pulang dari rumah sakit dan kali ini menggunakan kamar mandinya. Selesai dengan urusan kebelet-nya, Sasa segera keluar dari kamar mandi, sesaat memperhatikan isi kamar yang tertata rapi, matanya tertuju pada kotak susu yang berada dalam tempat sampah. Hampir tertawa namun ditahan sebab pemilik kamar sudah datang.

"Hera..makasih banyak atas kamar mandinya." Sasa menghampiri Hera yang masih berada di depan pintu.

"Iya..sama-sama, kuncimu mungkin tercecer saat lari pagi, butuh bantuan untuk mencari?" Hera menawarkan diri.

"Gak usah repot-repot, makasih..kamu pasti capek setelah nyuci baju. Biar nanti aku minta kunci cadangannya sama Ibu kost. Eh..tapi ngomong-ngomong kamu gak salah beli susu ya, bukannya itu susu untuk anak bayi?" Sasa bertanya sambil matanya melihat ke arah tempat sampah yang didalamnya terdapat kotak susu berwarna kuning dengan gambar bayi berwajah lucu.

"Eh..iya, itu..aku minta dari toko, rencananya mau dibuat jadi tempat asesoris nanti." Jawab Hera sekenanya walau sempat tergagap.

"Ooh..aku pikir tadi kamu salah beli atau memang senang minum susu untuk anak bayi. Eh..aku pamit dulu yaa, makasih sekali lagi." Sasa berlalu dengan tawa kecil atas praduga kotak susu yang tak bersalah. Tetangga Hera yang satu ini memang terkenal sebagai pribadi yang ceria.

Setelah mengunci kamarnya, Hera segera memungut kotak susu dari tempat sampah, meremasnya kemudian memasukkannya kedalam kantong plastik. Ia sendiri juga heran mengapa kotak susu itu ada di kamarnya dan kapan tepatnya susu itu dibeli. Saat bangun pagi tadi, Hera menemukan dirinya tertidur diatas lantai dengan bubuk susu berserakan.

Apa sekarang penyakit Somnambulisme-nya kambuh lagi? Lima tahun yang lalu, hal ini pernah terjadi. Setelah bertemu dengan Pak Masdi, pedagang soto ayam yang menjaganya saat pingsan di depan gerbang sekolah dan memberinya makan dihari Ia diusir oleh keluarga angkatnya.  Pak Masdi memutuskan untuk menerima Hera tinggal dirumah dan membantu pekerjaan sehari-hari. Tiga hari setelah tinggal dirumah itu, Hera seringkali terbangun jauh dari tempat tidurnya, bahkan pernah ditemukan tidur di teras rumah. Kata bapak, begitu biasanya Hera memanggil lakil-laki tua berhati malaikat itu, Hera berjalan saat tidur. Namun penyakit itu kemudian hilang dengan sendirinya.  

Setengah jam telah berlalu sejak Hera menyalakan laptop dan mencari informasi terkait Somnambulisme lengkap dengan para Somnambulists. Sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia hanya butuh menenangkan pikiran, menjauhkan hal-hal yang mengundang kegelisahan akut juga stress berat. Akhir-akhir ini  memang banyak hal yang terjadi mulai dari ditabrak, berlanjut pada mimpi-mimpi buruk yang kemudian jadi kenyataan (untuk hal ini entah bagaimana tak dapat Ia percaya walau nyata adanya) dan yang terakhir adalah kerinduan yang tak jelas pada siapa rasa itu ditujukan. 


*****

Senin pagi ini adalah hari yang buruk bagi Hera. Sejak pesta susu bubuk bayi pada malam minggu kemarin, yang menurut dugaan sementara adalah akibat kambuhnya Somnambulisme. Perutnya tak bisa diajak kompromi. Sedari tadi, terhitung tiga kali sudah Hera keluar-masuk kamar kecil. Walau dalam keadaan tak sadar, mengapa harus susu bubuk bayi yang Ia pilih! Hera hanya dapat menggerutu dan menyesali pilihannya di dalam hati. Pikirannya kacau sebanding lurus dengan diare yang dialami.

"Ups..maaf pak..maaf" Hera meminta maaf pada seorang laki-laki yang tanpa sengaja ditabraknya saat baru keluar dari kamar kecil bagian wanita. 

Kondisi perut yang sakit membuat Hera tak mampu berdiri dengan tegak. Laki-laki yang ditabraknya berlalu begitu saja tanpa suara. Hera tak sempat melihat wajahnya dan kembali berjalan dengan posisi tubuh sedikit membungkuk, namun sesaat kemudian Ia berhenti karena penasaran ingin tahu siapa yang tadi ditabrak. Sayangnya saat menoleh kebelakang, Ia hanya dapat melihat punggung laki-laki itu yang kini menjauh.

"Sepertinya aku kenal dengan punggung itu..siapa ya, dan dimana?" Kening Hera berkerut demi mengingat punggung laki-laki yang tadi dilihatnya. 

"Itukan laki-laki yang di ruangan sebelah gudang waktu itu!" Begitu sadar dimana Ia pernah melihat punggung laki-laki itu, Hera ingin mengejarnya. Namun sayang, sakit diperutnya kembali menyerang, maka dengan terpaksa masuk kembali ke kamar kecil adalah pilihan yang paling aman.

Bersambung ...
Kisah selanjutnya di Topeng bag.9

Baca kisah selengkapnya di Topeng bag. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7


Keterangan:

Somnambulisme : Gangguan tidur sambil berjalan (Sleep Walking). Berjalan dalam tidur biasanya atau bergeser dari posisi tidur sebelumnya dan bergerak di sekitar lokasi, kemudian melakukan tindakan normal seakan-akan bangun.

Somnambulists : Penderita Somnambulisme biasanya adalah orang-orang yang secara psikologis memiliki tingkat stress yang tinggi (baik dewasa maupun anak-anak)


Komentar

  1. Serem juga ya penyakit macem itu. Eh, punggung laki-laki yang dilihat itu bikin penasaran. Hebay euy...bisa mengenali dari lihat punggungnya aja...hehe

    BalasHapus
  2. jangan jangan yg ketemu itu adalah pembunuh..

    BalasHapus
  3. jangan jangan yg ketemu itu adalah pembunuh..

    BalasHapus
  4. Semakin hari semakin aneh saja jenis penyakit. Hehe

    BalasHapus
  5. Kiamat sudah dekat.. Penyakit aneh bermunculan.. He..

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Saya lebih penasaran gimana cara nyambung ceritanya mba. hehehe

      Hapus
  7. Keren mbak na...😍😍😍aku suka gaya berceritamu..

    BalasHapus
  8. sy punya teman yg biasa jalan2 saat tidur, tp jalan sampai keluar rumah sekalipun nanti kembali ke t4 tidur sendiri..

    'kerinduan yg tdk jelas kpd syp' penasaran..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti di ceritakan di episode akhir mba. Ikuti terus ya. (^-^)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah