-Dugaan-
Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani.
"Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara.
"Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi.
"Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar.
Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama.
"Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah orang yang sama Rud. Dan bisa jadi pelakunya juga bekerja di perusahaan yang sama dengan korban." Inspektur Bobby mengutarakan apa yang dipikirkannya.
"Sayangnya tidak ada rekaman CCTV dilantai 25 malam itu. Apa si pelaku sebelumnya sudah merusak kamera dilantai itu?" Rudi mengeluh.
"Tidak, CCTV memang tidak berfungsi disana, karena tempat itu hanya difungsikan sebagai ruang penyimpanan berkas-berkas perusahaan." Inspektur Bobby menjawab.
"Perusahaan mereka besar, tapi sistem keamanannya lemah." Rudi kembali menggerutu.
Inspektur Bobby kembali mengamati rekaman CCTV yang diambil saat penyidikan berlangsung dua hari yang lalu.
"Pada malam pembunuhan, karyawan yang tersisa hanya tinggal beberapa orang, mereka memiliki alibi yang kuat dan keluar dari perusahaan paling lambat jam 6 sore. Hanya ada korban yang terlihat masuk ke lift menuju lantai 25 pada pukul 7.20 malam. Ini dilihat dari kamera yang ada diruang utama. Korban hanya membawa telpon genggam dan terlihat beberapa kali menerima panggilan telpon sebelum memasuki lift. Ini berarti pembunuh memintanya untuk naik ke lantai 25." Jelas Inspektur Bobby sambil matanya tak lepas dari layar monitor.
"Tapi saat penyelidikan berlangsung, telpon genggam itu tidak ada kan?" Tanya Rudi memastikan.
"Ya.." Jawab Inspektur Bobby singkat.
"Pelaku pembunuhan ini tidak meninggalkan jejak sedikitpun untuk kita, tapi aku yakin dia pasti punya kesalahan, dan kita akan menemukannya." Rudi berkata mantap.
"Aku pikir besok kita perlu ke perusahaan itu lagi, karena rasanya kita telah melewatkan sesuatu. Semoga yang kita cari dapat kita temukan di lantai 25 nanti." Inspektur Bobby menetapkan jadwal penyelidikan lanjutan untuk esok hari.
Malam semakin dingin, hanya angin yang masih setia membelai kulit terbuka dari jiwa-jiwa yang masih terjaga. Sunyinya malam jangan ditanya, Ia-nya serupa dengan misteri dari kasus-kasus yang terhampar diatas meja. Mencekam dan gelap.
*****
Bersambung... ke bag.6
Simak kisah sebelumnya di :
Topeng (bag. 1)
Topeng (bag. 2)
Topeng (bag. 3)
Topeng (bag. 4)
"Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah orang yang sama Rud. Dan bisa jadi pelakunya juga bekerja di perusahaan yang sama dengan korban." Inspektur Bobby mengutarakan apa yang dipikirkannya.
"Sayangnya tidak ada rekaman CCTV dilantai 25 malam itu. Apa si pelaku sebelumnya sudah merusak kamera dilantai itu?" Rudi mengeluh.
"Tidak, CCTV memang tidak berfungsi disana, karena tempat itu hanya difungsikan sebagai ruang penyimpanan berkas-berkas perusahaan." Inspektur Bobby menjawab.
"Perusahaan mereka besar, tapi sistem keamanannya lemah." Rudi kembali menggerutu.
Inspektur Bobby kembali mengamati rekaman CCTV yang diambil saat penyidikan berlangsung dua hari yang lalu.
"Pada malam pembunuhan, karyawan yang tersisa hanya tinggal beberapa orang, mereka memiliki alibi yang kuat dan keluar dari perusahaan paling lambat jam 6 sore. Hanya ada korban yang terlihat masuk ke lift menuju lantai 25 pada pukul 7.20 malam. Ini dilihat dari kamera yang ada diruang utama. Korban hanya membawa telpon genggam dan terlihat beberapa kali menerima panggilan telpon sebelum memasuki lift. Ini berarti pembunuh memintanya untuk naik ke lantai 25." Jelas Inspektur Bobby sambil matanya tak lepas dari layar monitor.
"Tapi saat penyelidikan berlangsung, telpon genggam itu tidak ada kan?" Tanya Rudi memastikan.
"Ya.." Jawab Inspektur Bobby singkat.
"Pelaku pembunuhan ini tidak meninggalkan jejak sedikitpun untuk kita, tapi aku yakin dia pasti punya kesalahan, dan kita akan menemukannya." Rudi berkata mantap.
"Aku pikir besok kita perlu ke perusahaan itu lagi, karena rasanya kita telah melewatkan sesuatu. Semoga yang kita cari dapat kita temukan di lantai 25 nanti." Inspektur Bobby menetapkan jadwal penyelidikan lanjutan untuk esok hari.
Malam semakin dingin, hanya angin yang masih setia membelai kulit terbuka dari jiwa-jiwa yang masih terjaga. Sunyinya malam jangan ditanya, Ia-nya serupa dengan misteri dari kasus-kasus yang terhampar diatas meja. Mencekam dan gelap.
*****
Bersambung... ke bag.6
Simak kisah sebelumnya di :
Topeng (bag. 1)
Topeng (bag. 2)
Topeng (bag. 3)
Topeng (bag. 4)
Cerita misteri kadang bikin ngeri sekaligus penasaran.
BalasHapusSerasa baca sherlock holmes
BalasHapusSaya biasa baca Detektif Conan Mas. Sherlock Holmes hanya baca episode ke-3 di majalah bobo, itu juga ndak selesai. Hehehe.
HapusBaiklah bisa dijadikan bahan bacaan berikutnya. Terimakasih yaa.
Hebat, bisa an bikin cerita horor, kereeen
BalasHapusJadi Hera bisa tau orang yang akan meninggal karena pernah kecelakaan?
BalasHapusKek Final Destination yang bisa tau seseorang akan meninggal.
tapi siapa si topeng ya??
Itu film apa mba..korea kah?
Hapusaku terpaku pada ceritamu mba Na.... ^_^
BalasHapusHehehe..maaf mba..aku telah memalumu hingga terpaku. 😄😂
HapusWuih, menjadi detektif... hehehe
BalasHapusSaya masih belum bisa bikin beginian...
Semikin seruh nih...
BalasHapusMksih mba Na, dari tulisannya sy bisa belajar alur2 cerita misteri2 .. (^_^)
Panggil sinichi mbak na....
BalasHapusNtar saya ikutan poto, hhee
keren kali mbak ciani
BalasHapusaku terhanyut di dalam cerita
suka
di tunggu kelanjutannya ya
Mbk Nie-na ... ajari aku nulis misteri.
BalasHapusNgeri n terbawa mencekamnya.
aku juga mau diajarin mbak Na...*dengan mata berkaca-kaca :D
BalasHapusEhem..ehem..ngikutin gaya bang Tere Liye (pakai topeng dulu)
BalasHapus"Gimana cara nulisnya? Yaa ditulis aja."
Halah gayaku ini..plak aja.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCeritanya cerdas sekali. :D
BalasHapusIni seperti lanjaran yang mengarah pada seseorang » Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku.
Makasih mba. Semoga betah mengikuti jalan cerita
BalasHapusminta bantuan Detective Conan sj, biar kasusx segera terungkap..
BalasHapusConan lg dihukum sama kogoro mba. Hehehe
Hapus