-Resah-
Baca kisah sebelumnya disini
Dimas ingin memberitahukan perihal surat misterius
yang Ia terima kemarin pada Inspektur Bobby, Ia yakin kalau surat itu pasti ada
kaitannya dengan pembunuhan. Bisa jadi si pengirim adalah saksi yang selama ini
bersembunyi dan tidak ingin berhubungan dengan polisi karena posisinya terancam.
Diantara kebingungannya antara melaporkan atau tidak, akhirnya Dimas memutuskan
untuk menemui Anton saat istirahat makan siang. Sebelumnya Ia akan mengirim
pesan terlebih dulu pada teman baiknya itu karena beberapa hari ini Ia tak
melihat Anton dikantor.
“Posisi?”
“Belakang meja.”
“Ada waktu kosong nanti siang?”
“Ada.”
“Soto Ayam kemarin enak, kita ketemu
disana!”
Anton tidak langsung menjawab, keningnya
berkerut mengingat kapan Ia pernah makan Soto Ayam bersama Dimas. Akhirnya Ia
ingat pada karyawan yang ditugaskannya membeli makanan untuk Dimas beberapa
hari yang lalu.
“Siap Bos.” Jawab Anton.
Percakapan lewat sms selesai dalam waktu singkat.
Anton senang dengan undangan makan siang dari Dimas, itu menandakan pikiran dan
perasaannya sudah lebih baik sekarang, mengingat terakhir kali bertemu wajah
temannya itu jauh dari kata tampan.
Siang itu Anton menunggu Dimas di kedai Soto
Ayam. Letaknya ternyata tidak terlalu jauh dari perusahaan, hanya saja bangunan
sederhana ini agak menjorok kedalam dari jalan utama. Beruntung sebelumnya Ia
bertemu karyawan yang ditugaskannya membeli makan siang waktu itu, sehingga tak
perlu lama menemukan tempat yang dimaksud.
Dimas tiba sepuluh menit kemudian, langsung
menemui Anton yang sudah duduk manis dengan segelas jus buah didepannya.
“Sudah lama?” Tanya Dimas membuka percakapan.
Anton hanya menggeleng sebagai jawaban. Kemudian memesan Soto Ayam dan Air
mineral untuk mereka berdua.
“Jadi..ada apa?” Tanya Anton setelah selesai
memesan makanan.
“Kemarin Aku mendapat surat misterius,
disebut begitu karena tak ada nama pengirimnya.” Jelas Dimas kemudian.
“Surat Misterius, isinya?” Anton penasaran.
“Aku sudah tahu.” Jawab Dimas singkat.
“Hanya itu?” Tanya Anton lagi, tak percaya
kalau isi surat yang dimaksud hanya terdiri dari tiga kata.
“Iya, kupikir itu ada hubungannya dengan
pembunuhan. Bisa jadi si pengirim adalah saksi yang selama ini diam karena
khawatir dengan keselamatannya. Bagaimana menurutmu, apa lebih baik kulaporkan
saja pada petugas penyidik atau dibiarkan saja? Siapa tau nanti ada surat
misterius berikutnya.” Dimas bicara panjang lebar.
“Menurutku isi surat itu tidak jelas, untuk
sementara abaikan saja dulu. Lagipula belum tentu itu terkait dengan kasus
pembunuhankan?” Demikian pendapat Anton.
“Tapi entah kenapa aku yakin arahnya kesana!”
“Ok, jika sekarang hal ini dilaporkan pada
petugas penyidik, kemudian pada akhirnya itu hanya surat iseng atau apalah yang
tidak sesuai dengan kasus pembunuhan ini, bagaimana? Bisa-bisa polisi malah
balik curiga padamu nanti!” Pertimbangan yang cukup meyakinkan Anton utarakan pada
Dimas.
“Tenang saja dulu, kita lihat perkembangannya
dari polisi. Ayo dimakan!” Anton menenangkan sahabatnya. Ia tahu, Dimas tak
akan berhenti memikirkan kasus ini sampai pada titik akhir, walau Ia sendiri
tak tahu kapan kasus ini berakhir.
----
Hera meletakkan amplop berwarna kelabu diatas
meja Pak Dimas dan beberapa map berisi dokumen yang harus ditandatangani nanti.
Pekerjaannya sudah selesai sekarang, tapi sayang jam istirahat sudah berakhir, jadi
tak ada kesempatan lagi baginya untuk makan siang. Setiap kali selalu ada saja
tugas dari senior yang menuntut untuk segera dilaksanakan. Hera pasrah saja
menerima dan menjalankan semua tugas yang diberikan, karena sebentar lagi masa
magangnya juga akan selesai.
Dimas masuk ke kantornya saat Hera akan keluar,
untuk beberapa detik mata mereka beradu. Ada perasaan aneh yang tak dapat dijelaskan
oleh keduanya.
“Pak Dimas, tadi ada beberapa dokumen yang saya
letakkan diatas meja bapak.” Hera berusaha mengalihkan perhatian.
“Iya..terimakasih.” Dimas beranjak dari tempatnya
berdiri begitu Hera keluar dari ruangan, kemudian menuju meja kerja dan kembali
melanjutkan aktifitas. Beberapa menit setelah memeriksa dokumen dan menandatanganinya,
tubuh Dimas mematung saat menemukan amplop
surat yang sama dengan sebelumnya. Tanpa nama pengirim. Surat Misterius kedua!!
Bersambung ke Topeng bag.12
Bersambung ke Topeng bag.12
Ada perasaan aneh ktika mata beradu..
BalasHapusHemn... Apakah itu?.. He..
Apa yaa?? Bebas untuk ditafsirkan.
HapusSemakin penasaran saja
BalasHapussemoga betah baca kisah selanjutnya. mohon krisannya juga mba. (^-^)
HapusDari pengirim yang sama kah?
BalasHapusIya mba. betuull sekali
HapusDari pengirim yang sama kah?
BalasHapusperlu belajar nih buat cerbungnya :D
BalasHapusMari sama2 belajar Mas.
HapusKerennn... Surat misterius kedua!😲
BalasHapus