-Surat Misterius 2-
Baca kisah sebelumnya disini
‘BERHATI-HATILAH DAN PERHATIKAN LANGKAHMU!’
“Siapa orang ini?”Batin Dimas.
--------
Hal serupa juga dialami laki-laki pembunuh
saat memasuki ruang kerjanya. Dengan tangan sedikit bergetar Ia meraih amplop
kelabu di atas meja, menimang-nimangnya sebentar untuk memberi kesempatan bagi otaknya
menguasai suasana hati dan pikiran yang berantakan. Jelas ada ketakutan yang
memeluknya sesaat waktu itu. Perlahan laki-laki itu membuka surat kelabu,
lantas terpaku setelah membaca deretan kalimat yang tertera.
‘PERHATIKAN LANGKAHMU SELANJUTNYA, JADI
HATI-HATILAH!!
RAPORT MERAHMU SUDAH ADA DITANGANKU
SEKARANG.
ANGKANYA SANGAT BESAR TUAN ANTON BASKARA!’
Anton menghempaskan
tubuhnya di kursi. Berkali-kali mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya
dengan cepat untuk menenangkan diri. Ia tak percaya jika dokumen penting itu bisa
jatuh ke tangan orang lain.
“Bagaimana bisa,
siapa orang ini?” Batin Anton bertanya-tanya.
Bayangannya kembali
pada beberapa waktu yang lalu, saat Ia menjalin kasih dengan Susi, wanita cantik
nan seksi yang menjadi salah satu alat pencapai ambisinya. Kecurangan demi
kecurangan dilakukan bersama untuk mengambil keuntungan pribadi. Pundi-pundi
rupiah pun terisi.
Bagaikan minum
obat, semakin sering dikonsumsi maka dosisnya akan bertambah. Begitu pula
halnya dengan kecurangan dan kejahatan. Pada awalnya semua berjalan mulus, hingga akhirnya muncul keinginan untuk
memperoleh puncak jabatan lebih tinggi. Dalam hal ini jelas terlihat, jika
lewat prestasi maka Anton bukanlah apa-apa. Ia sudah pasti kalah dari teman
baiknya, Dimas. Tak kehabisan akal, dengan rencana licik yang disusun rapi,
Anton meminta Susi untuk mendekati Dimas, mengingat wanita cantik itu ahli
dalam hal ini, layaknya keahlian khusus dalam bidang menaklukkan laki-laki.
Terbukti, usaha Susi beberapa kali membuat Dimas gagal dalam rancangan
kerjanya. Beralih pada Anton yang gemilang berselimut prestasi lewat hasil
mencuri jerih payah teman baiknya.
Anton sangat
menikmati hasil kecurangan yang dilakukan selama ini. Namun sayang, kekacauan
dimulai saat Susi juga mulai serakah, bidadarinya itu menginginkan hubungan
yang lebih serius dari sekedar hubungan kerja dan ‘suka-suka’. Wanita dimanapun
dan bagaimanapun selalu menginginkan kepastian, itu sudah menjadi satu paket
fitrah yang ada pada diri kaum Hawa. Ia
akui benar bahwa Susi memang menggoda, cantik dan cerdas. Bahkan hatinya sempat
terkurung dalam penjara cinta yang dipasang wanita itu. Lagi-lagi sayang, cinta
yang dulu pernah ada perlahan hilang bermetamorfosis menjadi ambisi yang
menggebu.
Mencuri dokumen
berisi semua data kecurangan yang dilakukan Anton selama ini adalah kesalahan
paling besar dalam hidup Susi. Jika menurutnya hal itu dapat membuat Anton
jinak lantas patuh dengan semua keinginannya maka sungguh rapuh jalan pikir
wanitanya itu. Sebagai laki-laki dengan ambisi besar harusnya Susi bertahan dan
membantu usaha kekasihnya jika memang benar-benar mencintainya. Seperti itulah
jalan pikiran Anton yang tenggelam dalam cinta duniawi.
Langkah untuk menyingkirkan
Susi adalah pilihan yang tepat karena pikiran dan tindakan wanita itu sudah
diluar kendali. Ringan saja bagi Anton menghabisi kekasihnya, apalagi selama
ini tak ada yang tau bagaimana hubungannya dengan wanita cantik itu selain
Mita. Awalnya Anton akan memanfaatkan sahabat kekasihnya itu sebagaimana Ia memanfaatkan
Susi, karena belakangan diketahui bahwa Mita menaruh hati padanya. Sayang sekali,
Mita juga menjadi korban pembunuhan.
Bersambung ke Topeng bag.13
Owh Anton ya pembunuhnya
BalasHapusIya mba Wid.
HapusHmn... Si Anton toh...
BalasHapusTambah seruh ni...
Semoga tidak bosan berkunjung. :)
HapusJadi kebuka di sini, masih bersambung tapi yaa
BalasHapusMasih mba
Hapusdeuh, pengen banget baca sampe selesai. terpaksa harus menahan diri :-D
BalasHapusmakasih Mba, insya Allah segera diselesaikan
HapusTernyata si Anton ...
BalasHapusOooooooh anton ternyataa duh
BalasHapusteka-teki barunya.. pengirim surat misterius, siapakah?
BalasHapusLha yg bunuh Mitha bukan Anton??
BalasHapusYang bunuh Mita tar diceritain deh. ok
Hapus