Langsung ke konten utama

Topeng (bag.10)

-Somnambulisme 2-

Maximilian Pirner-La Somnambule. Huile sur toile. 1878

Baca kisah sebelumnya disini


Udara malam itu terasa panas, kipas angin tak banyak membantu meredakan gerah yang dirasakan penghuni kost kamar nomor I. Mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh penghuni kost lainnya, namun mereka cukup bersabar menerima kenyataan yang ada atau bahkan bisa mengatasi rasa gerah malam itu dengan cara masing-masing.

Sasa penghuni kamar nomor I membuka jendalanya lebar-lebar, berharap angin diluar sana bisa masuk dengan leluasa. Namun sepertinya itu tak banyak membantu. Dengan tingkah sedikit konyol, Sasa meletakkan kepalanya di luar jendela sedangkan tubuhnya masih berada didalam kamar. Posisi tempat tidurnya yang menempel dengan bingkai jendela memang memungkinkan Ia melakukan itu. Syukurlah tak ada penghuni kost kamar lain yang keluar dan melihatnya. Kalau saja ada, kemungkinan mereka akan mengira bahwa Sasa adalah pencuri yang berusaha keluar dari jendela.

Tepat tengah malam Hera keluar dari kamarnya, berjalan dengan tatapan mata yang kosong. Sasa yang saat itu masih terjaga, heran dan sedikit cemas membayangkan teman satu kostnya itu keluar dengan pakaian tidur.

“Tuh anak ngelindur kali ya? Berani sekali jalan sendirian tengah malam begini. Atau..jangan-jangan Hera punya pekerjaan sampingan nih?” Sasa menaruh curiga, khas dengan raut wajah penggosip nomor wahid. Namun belum sempat Ia berpikir lebih jauh, 20 menit kemudian Hera sudah kembali dengan sekantong makanan ringan dan kotak susu di tangan.

“Waduh..shopping malam-malam begini? O..iya ya, kan Mini Market di seberang jalan sana buka 24 jam. Ternyata Hera itu tukang ngemil. Dasar aneh, selera minumannya kok susu untuk anak-anak sih? ck..ck..ck. Hemm..berarti waktu itu dia berbohong, mungkin malu kali ya ketahuan?” Tak habis-habisnya kalimat Sasa mengomentari Hera hingga temannya itu masuk ke dalam kamar.

Sasa merasa aneh dengan sikap Hera yang tidak seperti biasanya. Mereka memang tidak terlalu akrab, walaupun tinggal dan bekerja di tempat yang sama. Hera dikenal sebagai gadis pemurung berwajah sendu, mungkin karena Ia masih baru bekerja di kantor sehingga seringkali jadi bulan-bulanan para senior. Tapi tidak dengan Sasa, Ia mengenalnya setahun yang lalu sejak menjadi salah satu penghuni kost disini. Sasa bersikap baik dengan Hera, seringkali mengajak lari pagi bersama walaupun tak jarang juga ditolak dengan alasan masih mengantuk atau badannya sedang sakit.

Selesai mengamati Hera dari jendela kamar, Sasa memutuskan untuk kembali tidur. Udara panas sudah mulai berkurang mungkin karena waktu sudah masuk dini hari. Daun-daun pohon disekeliling bangunan kost bergoyang, tandanya angin bertiup walau tidak kencang.

Di kamar, Hera segera mengeluarkan jajanannya dari kantong belanja. Roti coklat dengan taburan keju diatasnya, biskuit susu, wafer rasa strawberry, kripik kentang yang gurih, dan beberapa jenis makanan ringan lainnya yang menjadi ciri khas kesukaan anak-anak, Ia nikmati dengan senang hati. Malam itu Hera berpesta, menghabiskan semua makanan ringan yang dibeli. Tak ada beban dan kesenduan yang seringkali terlihat diwajah seperti hari-hari biasanya. Hera tampak sangat bahagia. 

Dapat ditebak reaksinya saat pagi datang. Hera terbangun karena gigitan semut-semut yang sibuk mengangkut remahan roti, wafer, biskuit dan makanan ringan jenis lainnya disekitar tubuh. Lebih terkejut lagi saat melihat kamarnya yang bagai kapal telah karam. Berantakan, dengan sampah bungkus makanan yang bertebaran di lantai.  

"Lagi..??Bingungnya kini sudah di level tertinggi.


----


Barisan huruf dirangkai pagi itu, membentuk kata demi kata menjadi kalimat utuh. Dua amplop telah disiapkan sebagai pembungkus dua lembar kertas berwarna kelabu. Siap diantarkan pada alamat yang dituju. Wajah dibalik topeng tak lagi menyunggingkan senyuman, kali ini bukan lagi kalimat pemberitahuan yang akan disampaikan. Lebih dari itu, ini adalah peringatan. 



Bersambung...

Nantikan kisah selanjutnya di Topeng (bag.11)

Komentar

  1. Wah hera doyan ngemil. Bagi2 deh ra. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf mas gilang utk yang nulis aja kurang. Heee..😀😀

      Hapus
  2. Kalimat apa yang dituliskan? Masih penasaran, hebat euy, bikin penasaran

    BalasHapus
  3. Apa apa an sih ini... Buru kasih tau ga lanjutannya *ngancem*, hhaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ampuuun..🙏🙇🙆🙏🙇🙋

      Hapus
    2. Ampuuun..🙏🙇🙆🙏🙇🙋

      Hapus
  4. Ngeri oi...si Hera.. Kebiasaan bngun tak sadar itu menakutkan...hmn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayak dikerjain sama diri sendiri ya kan? Hehehe..😀

      Hapus
  5. Wuiihhh....
    Kalimat P.E.R.I.N.G.A.T.A.N....backsound e horor dikit...hehhehe
    Apa itu yach????
    #kepoooo

    BalasHapus
  6. Wuiihhh....
    Kalimat P.E.R.I.N.G.A.T.A.N....backsound e horor dikit...hehhehe
    Apa itu yach????
    #kepoooo

    BalasHapus
  7. Serem juga ya bisa gak sadar gitu...tidur tapi nyemil...

    BalasHapus
  8. Mbak Na .... beneran bergidik ini bulu kudu membacanya.
    Salam buat Hera ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah akan saya sampaikan mas Heru. 😳🙌

      Hapus
  9. baru sempat baca 4 bagian sekaligus, tp rasa penasaran bukanx t'jawab, malah b'tambah..

    mbak Na harus nulis panjang2 nih..

    BalasHapus
  10. Waaahhh Hera bagi jajannya dung..😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka