Langsung ke konten utama

Topeng (bag.19)

-Kebenarannya-

Baca kisah sebelumnya disini




Hari saat Hera diculik..

Sebuah paket diantar ke apartemen tempat Dimas tinggal. Tanpa nama pengirim. Dari ukurannya bisa diperkirakan paket yang dikirim seperti buku atau map dengan ukuran besar.

Apa sekarang pengirim surat misterius akan memberiku kejutan?” batinnya.

Dimas mendaratkan tubuhnya di sofa, tangannya masih menimang paket yang baru diterima. Mungkin berfikir, apa harus saat ini membukanya atau setelah Ia membersihkan diri terlebih dulu.

Pilihan kedua Ia ambil, kulitnya berontak minta dibersihkan terlebih dahulu. Bergegas Dimas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Membuka paket ditunda sementara walau sebenarnya rasa penasaran juga merayu hati, bungkusan itu kini tergeletak pasrah diatas sofa.

Setelah selesai memanjakan diri, Dimas terlihat lebih segar dari sebelumnya, lantas bersegera kembali ke sofa guna membuka paket yang tadi Ia terima. Benar dugaannya bahwa isi paket itu adalah sebuah map yang berisi dokumen entah apalah tak bisa ditebaknya kali ini. Segera ditekuni isinya dengan seksama. Keningnya mulai berkerut setelah menyadari isi map yang merupakan dokumen tentang kecurangan yang dilakukan terhadap perusahaan dan rancangan kerjanya yang beberapa kali gagal.

Dilembar terakhir, sebuah tulisan tangan yang rapi menyapa.

Semua bermula disini.  
Keserakahan menutup hati nurani.
Kawan jadi lawan.
Cinta jadi dendam.

Berhati-hatilah teman.
Melangkahlah lebih bijak.
Dan pastikan keselamatanmu.

Setelah ini kau berhak memutuskan
Selesaikan atau biarkan.
Musuhmu didepan mata.
Anton Baskara

Map itu jatuh setelah usai dibaca. Tak percaya rasanya dengan apa yang diberitakan padanya. Jelas penulis surat misterius itu berpihak pada Dimas. Menyadari selama ini surat-surat misterius itu dikirim padanya dengan tujuan untuk memperingati agar berhati-hati.

Apa Anton juga dalang dari pembunuhan-pembunuhan itu?” Dimas mengingat kembali seluruh kejadian yang terjadi.

Apa orang ini bisa kupercaya?” Tanyanya pada diri.


*****

Satu hari setelah penculikan Hera..

“Goblok..!!” Teriak seorang pria pada laki-laki didepannya.

“Aku tidak membayarmu untuk mengacaukan rencanaku. Cari gadis itu sampai ketemu!!”  Perintahnya dengan kasar.

“Baik pak Anton.” Jawab laki-laki itu tergagap.

Sejak surat misterius kedua dikirimkan padanya, dan ketika Dimas yang juga menerima surat yang sama mencari Hera karena diyakini gadis itu mengetahui siapa pengirim surat tersebut, Anton lantas menaruh curiga. Hari itu dia menyewa dua pria untuk mengikuti Hera dan melaporkan semua gerak-geriknya.

Anton semakin gerah saat mengetahui Hera mendatangi petugas penyidik kasus pembunuhan Susi dan Mita. Ia yakin gadis itu tahu sesuatu. Firasatnya mengatakan bahwa Hera adalah saksi yang selama ini tidak pernah diketahui.

Menculik Hera adalah jalan satu-satunya untuk memastikan sejauh mana informasi telah diberikan pada polisi atau jika memang gadis itu punya bukti, maka Anton akan memusnahkannya juga.

Amarah Anton meledak. Rencananya gagal sebelum menemui Hera karena kebodohan anak buahnya.


Ditempat lain..

Hera berhasil meloloskan diri dari rumah tempat dimana Ia ditahan oleh para penculik. Posisinya belum jauh dari rumah besar itu, semak belukar disekelilingnya cukup sebagai tempat persembunyian sementara. Kaki dan tubuhnya tak lagi dapat ia paksa untuk lari semakin menjauh, kesadarannya menguap perlahan dan pingsan.

Teriakan Anton memecahkan beningnya pagi. Hera yang sebenarnya masih berada tak jauh  dari pekarangan rumah yang tak terawat itu terbangun demi mendengar teriakan kasar dari mulut laki-laki yang juga merupakan atasan tempatnya bekerja.

Sayup-sayup Ia mendengar pembicaraan itu. Sudut bibirnya tertarik tipis menghadirkan senyum sinis. Selama ini Ia benar, bahwa dalang dari semua ini adalah laki-laki itu. Bermula dari ruang disamping gudang tempat pertemuan Susi dengan laki-laki berpunggung lebar yang ternyata adalah Anton. Kemudian Hera ketahuan oleh Susi saat keluar dari gudang, lantas diancam dan dimanfaatkan untuk mengambil dokumen dari ruang kerja kekasihnya.

Hera praktis menjadi boneka pada hari itu, tak ada yang tau selain Mita teman baiknya Susi. Dan menjadi lengkap kesialan Hera, karena di hari yang sama saat Hera memiliki keperluan di baseman. Ia memergoki Mita menelpon Anton untuk melaporkan pencurian dokumen dari ruang kerjanya.



Bersambung…ke Topeng (bag.20)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah