Langsung ke konten utama

Topeng (bag.20)

-Kebenaran 2-

Baca kisah sebelumnya disini



Inspektur Bobby dan rekannya Rudi menerima kedatangan Dimas pagi itu di kantor. Mereka menyimak dengan seksama keterangan yang disampaikan Dimas tentang surat-surat misterius serta paket berisi dokumen terkait kecurangan yang dilakukan Anton pada perusahaan.

Kali ini Dimas tidak akan menunggu lagi, tak ada salahnya melaporkan ke polisi semua hal ganjil yang Ia alami selama ini. Bisa jadi ini akan bermuara pada siapa pelaku pembunuhan. Jikapun tidak, maka setidaknya Anton juga harus mendapatkan ganjaran atas kecurangannya terhadap perusahaan.

Dari keterangan Hera sebelumnya dan Dimas dengan dokumen terkait kecurangan Anton  serta surat-surat misterius tanpa nama, akhirnya kedua penyidik akan menindaklanjuti dengan meminta keterangan dari Anton nanti. Pada saat kejadian pembunuhan memang diketahui bahwa Anton berada diluar kota sehingga alibinya sangat kuat.

Terkait Hera yang hilang sejak surat misterius kedua diberikan, akhirnya Dimas tahu ternyata karyawannya berada dikantor polisi saat itu. Namun hingga hari ini Hera tak menampakkan batang hidungnya.

Rudi kemudian memperlihatkan pada Dimas sketsa wajah yang belum selesai digambarkan oleh Hera. Kisah perbincangan korban bernama Susi dengan seorang lelaki yang diceritakan oleh Hera juga disampaikan kepadanya. Ada hawa panas menjalar di dada, tak jelas apakah ini bentuk cemburu atau sakit hati. Dugaannya Susi memiliki hubungan dengan Anton. Jika memang benar begitu maka Hera bisa jadi dalam kondisi bahaya saat ini.

Entah bagaimana Dimas kemudian mengira bahwa pengirim surat dan paket tanpa nama itu adalah Hera. Karena Hera-lah yang menyerahkan kedua surat itu padanya. Sesaat kemudian pikirannya melompat menyadari kalau Anton pasti sudah mengetahui itu sejak Dimas melaporkan surat kedua itu pada Anton dan hendak mencari Hera untuk bertanya dari siapa surat itu Ia terima.

Pikirannya mengalir begitu saja, walau ini masih sebatas dugaan, tapi cukup membuat Dimas khawatir akan kondisi Hera. Karyawannya itu memiliki etos kerja yang tinggi, walaupun masih berstatus karyawan magang. Namun itu cukup membuat Dimas menilainya sebagai karyawan yang baik. Maka akan sangat aneh jika berhari-hari Hera tidak datang untuk bekerja.

Apakah Hera diculik? “ Batin Dimas khawatir.

Dimas menimbang tindakan apa yang akan dilakukan berikutnya. Segera dirogohnya saku celana untuk mengeluarkan handphone dan menghubungi Anton untuk mengetahui keberadaan temannya itu.

Halo.., Dimas..?” Suara dari seberang menyahut.

“Ya.. Anton, dimana sekarang?Ada yang ingin kubicarakan terkait paket yang kuterima kemarin.” Dimas menjelaskan maksudnya.

“Paket apa?” Tanya Anton.

“Tanpa nama pengirim dan berisi data penyelewengan keuangan perusahaan.” Jelas Dimas sambil berusaha menekan emosinya, kecewa dengan apa yang dilakukan teman baiknya itu.

Anton tak langsung menjawab, merasa kini teror baru seakan menyambutnya. Data itu kini sudah berada ditangan Dimas.

“Baiklah, aku sekarang di puncak. Datanglah sekaligus refreshing untuk melepaskan beban dikepalamu!” Jawab Anton sekaligus mengundang Dimas untuk datang ketempatnya. Ia merencanakan sesuatu untuk teman baiknya itu, tak ada jalan lain selain menghabisi Dimas karena sudah mengetahui isi dokumen itu.

“ Tom..!” Teriak Anton memanggil anak buahnya yang berada diluar.

Lelaki tegap bernama Tom itu segera menghampiri Anton.

“Siapkan anak buahmu untuk menyambut tamuku. Kali ini tidak boleh gagal, lalu temukan segera gadis itu, aku yakin posisinya tak akan jauh dari sini!” Perintah Anton. Ia sudah menyusun rencana untuk menghabisi Dimas dan semakin gerah dengan Hera yang ia yakini adalah orang yang mengirimkan paket berisi dokumen yang selama ini Ia cari kepada Dimas. Gadis sialan. Makinya geram dalam hati.


*****


Matahari tak tegak lagi, panas siang itu berganti mendung yang melahirkan gerimis hujan. Hera mengurungkan niatnya untuk pergi sejauh mungkin dari tempat itu demi melihat sosok Dimas dengan mobilnya memasuki perkarangan villa.

Hera memang belum beranjak dari tempatnya bersembunyi. Pikirnya tempat teraman itu adalah berada didekat musuh. Jika Ia melarikan diri justru akan mempermudah anak buah Anton untuk menangkapnya, karena Villa ini berada sangat jauh dari rumah penduduk setempat, maka akan sangat mudah menemukannya jika Ia berkeliaran mencari jalan pulang.

Kekhawatiran menyergap hati Hera. Kenapa laki-laki itu justru menemui Anton padahal jelas-jelas Ia sudah memberi peringatan di surat terakhir yang ia kirim bersamaan dengan dokumen penyelewengan keuangan perusahaan yang dilakukan Anton. Yah..Hera adalah orang yang selama ini mengirimkan surat-surat misterius tersebut.

“Selamat datang Dimas!!” Anton menyambut kedatangan teman baiknya.

“Siapa mereka?” Tanya Dimas setelah keluar dari mobil lantas memandang heran kelima laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini.

“Ooh..mereka? penduduk setempat yang kuundang untuk datang kesini. Apa kau membawa dokumen itu? Coba kulihat!” Anton mengulurkan tangannya untuk menerima dokumen yang dipegang Dimas tanpa basa basi .

Hera yang berdiri dari jauh,  sedari tadi  mengamati Dimas yang dikelilingi para pria jahat berwajah sangar. Tak kuasa Ia menahan emosi dan ketakutan yang bercampur aduk. Kakinya kini melangkah cepat kearah halaman setelah melihat Dimas mulai dikeroyok oleh anak buah Anton.

Gadis manis itu berubah layaknya monster Harpy, Ganas dan menakutkan. Melihat tubuh orang yang selama ini Ia lindungi bersimbah darah bersama dua laki-laki yang melawan Dimas, kekuatannya semakin menjadi sebanding dengan tenaga tiga orang pria.

Anton yang sedari tadi hanya berdiri mengamati pertarungan itu mulai melangkah mundur, takut dengan tatapan bengis Hera yang bagai belati siap menusuk jantungnya. Seorang laki-laki yang disewanya untuk membunuh Dimas kini tak bernyawa. Rubuh di kaki Hera, sedangkan dua orang lainnya masih berusaha berdiri sambil meraih senjata tajam yang tadi terlepas dari tangan saat menerima tebasan lawan yang tepat mengenai pergelangan tangan. Lima menit kemudian merekapun jatuh tersungkur mencium tanah. 

Lima anak buah Anton terkapar ditanah, tiga orang mati ditangan Hera sedang duanya lagi pingsan setelah bertarung dengan Dimas.

Dalam kondisi setengah sadar Dimas mengumpulkan tenaga memanggil Hera yang bersiap melawan musuh utama, Anton.

“Jangan Hera..jangan!!” Teriaknya.

Hera yang berjalan menuju laki-laki dengan otak kejahatan utama itu berpaling demi mendengar Dimas yang ternyata masih bernyawa. Disaat lengahnya, Anton melepas tembakan tepat mengenai pundak kiri Hera, namun sebelum tubuhnya rubuh tangan kanannya masih sempat melemparkan pisau tepat mengenai perut bagian kiri laki-laki licik itu.

Dengan langkah tertatih Anton segera melarikan diri, meninggalkan dua tubuh bersimbah darah dibelakangnya, berharap mereka mati perlahan menikmati hangatnya aliran darah yang keluar tak karuan. Sayangnya tidak demikian, Polisi meringkus Anton yang mencoba melarikan diri tak jauh dari tempat kejadian. Walau terlambat setidaknya Dimas dan Hera masih bisa diselamatkan. Ini sesuai dengan rencana yang disusun Dimas bersama Inspektur Bobby dan Rudi sebelum meluncur ke Villa ini. 


*****


Bersambung..

Komentar

  1. Balasan
    1. Heheh..Top banget mba Lisa. makasih kunjungannya (^-^)9

      Hapus
  2. Keren banget dah 👍.
    Ini thriller setengah horor kayaknya. Hihihi 😄

    BalasHapus
  3. Iya, keren,
    Si anton ketangkap polisi juga akhirnya. Hihi
    Taubat atuh, hmm

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah