-Kebenaran 2-
Baca kisah sebelumnya disini
Inspektur Bobby dan rekannya Rudi menerima
kedatangan Dimas pagi itu di kantor. Mereka menyimak dengan seksama keterangan
yang disampaikan Dimas tentang surat-surat misterius serta paket berisi dokumen terkait kecurangan yang dilakukan Anton pada perusahaan.
Kali ini Dimas tidak akan menunggu lagi,
tak ada salahnya melaporkan ke polisi semua hal ganjil yang Ia alami selama
ini. Bisa jadi ini akan bermuara pada siapa pelaku pembunuhan. Jikapun tidak,
maka setidaknya Anton juga harus mendapatkan ganjaran atas kecurangannya
terhadap perusahaan.
Dari keterangan Hera sebelumnya dan Dimas
dengan dokumen terkait kecurangan Anton serta surat-surat misterius tanpa nama, akhirnya kedua penyidik akan
menindaklanjuti dengan meminta keterangan dari Anton nanti. Pada saat kejadian
pembunuhan memang diketahui bahwa Anton berada diluar kota sehingga alibinya sangat
kuat.
Terkait Hera yang hilang sejak surat
misterius kedua diberikan, akhirnya Dimas tahu ternyata karyawannya berada dikantor
polisi saat itu. Namun hingga hari ini Hera tak menampakkan batang hidungnya.
Rudi kemudian memperlihatkan pada Dimas sketsa
wajah yang belum selesai digambarkan oleh Hera. Kisah perbincangan korban
bernama Susi dengan seorang lelaki yang diceritakan oleh Hera juga disampaikan
kepadanya. Ada hawa panas menjalar di dada, tak jelas apakah ini bentuk cemburu
atau sakit hati. Dugaannya Susi memiliki hubungan dengan Anton. Jika memang
benar begitu maka Hera bisa jadi dalam kondisi bahaya saat ini.
Entah bagaimana Dimas kemudian mengira
bahwa pengirim surat dan paket tanpa nama itu adalah Hera. Karena Hera-lah yang
menyerahkan kedua surat itu padanya. Sesaat kemudian pikirannya melompat
menyadari kalau Anton pasti sudah mengetahui itu sejak Dimas melaporkan surat
kedua itu pada Anton dan hendak mencari Hera untuk bertanya dari siapa surat
itu Ia terima.
Pikirannya mengalir begitu saja, walau ini
masih sebatas dugaan, tapi cukup membuat Dimas khawatir akan kondisi Hera.
Karyawannya itu memiliki etos kerja yang tinggi, walaupun masih berstatus
karyawan magang. Namun itu cukup membuat Dimas menilainya sebagai karyawan yang
baik. Maka akan sangat aneh jika berhari-hari Hera tidak datang untuk bekerja.
“Apakah Hera diculik? “ Batin Dimas
khawatir.
Dimas menimbang tindakan apa yang akan
dilakukan berikutnya. Segera dirogohnya saku celana untuk mengeluarkan
handphone dan menghubungi Anton untuk mengetahui keberadaan temannya itu.
“Halo.., Dimas..?” Suara dari
seberang menyahut.
“Ya.. Anton, dimana sekarang?Ada yang
ingin kubicarakan terkait paket yang kuterima kemarin.” Dimas menjelaskan
maksudnya.
“Paket apa?” Tanya Anton.
“Tanpa nama pengirim dan berisi data
penyelewengan keuangan perusahaan.” Jelas Dimas sambil berusaha menekan
emosinya, kecewa dengan apa yang dilakukan teman baiknya itu.
Anton tak langsung menjawab, merasa kini teror
baru seakan menyambutnya. Data itu kini sudah berada ditangan Dimas.
“Baiklah, aku sekarang di puncak.
Datanglah sekaligus refreshing untuk melepaskan beban dikepalamu!” Jawab
Anton sekaligus mengundang Dimas untuk datang ketempatnya. Ia merencanakan
sesuatu untuk teman baiknya itu, tak ada jalan lain selain menghabisi Dimas
karena sudah mengetahui isi dokumen itu.
“ Tom..!” Teriak Anton memanggil anak
buahnya yang berada diluar.
Lelaki tegap bernama Tom itu segera menghampiri
Anton.
“Siapkan anak buahmu untuk menyambut
tamuku. Kali ini tidak boleh gagal, lalu temukan segera gadis itu, aku yakin
posisinya tak akan jauh dari sini!” Perintah Anton. Ia sudah menyusun rencana
untuk menghabisi Dimas dan semakin gerah dengan Hera yang ia yakini adalah
orang yang mengirimkan paket berisi dokumen yang selama ini Ia cari kepada
Dimas. Gadis sialan. Makinya geram dalam hati.
*****
Matahari tak tegak lagi, panas siang itu
berganti mendung yang melahirkan gerimis hujan. Hera mengurungkan niatnya untuk
pergi sejauh mungkin dari tempat itu demi melihat sosok Dimas dengan mobilnya
memasuki perkarangan villa.
Hera memang belum beranjak dari tempatnya
bersembunyi. Pikirnya tempat teraman itu adalah berada didekat musuh. Jika Ia
melarikan diri justru akan mempermudah anak buah Anton untuk menangkapnya,
karena Villa ini berada sangat jauh dari rumah penduduk setempat, maka akan
sangat mudah menemukannya jika Ia berkeliaran mencari jalan pulang.
Kekhawatiran menyergap hati Hera. Kenapa
laki-laki itu justru menemui Anton padahal jelas-jelas Ia sudah memberi
peringatan di surat terakhir yang ia kirim bersamaan dengan dokumen
penyelewengan keuangan perusahaan yang dilakukan Anton. Yah..Hera adalah orang
yang selama ini mengirimkan surat-surat misterius tersebut.
“Selamat datang Dimas!!” Anton menyambut
kedatangan teman baiknya.
“Siapa mereka?” Tanya Dimas setelah keluar dari
mobil lantas memandang heran kelima laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya
saat ini.
“Ooh..mereka? penduduk setempat yang
kuundang untuk datang kesini. Apa kau membawa dokumen itu? Coba kulihat!” Anton
mengulurkan tangannya untuk menerima dokumen yang dipegang Dimas tanpa basa basi
.
Hera yang berdiri dari jauh, sedari tadi
mengamati Dimas yang dikelilingi para pria jahat berwajah sangar. Tak kuasa
Ia menahan emosi dan ketakutan yang bercampur aduk. Kakinya kini melangkah
cepat kearah halaman setelah melihat Dimas mulai dikeroyok oleh anak buah
Anton.
Gadis manis itu berubah layaknya monster Harpy,
Ganas dan menakutkan. Melihat tubuh orang yang selama ini Ia lindungi bersimbah
darah bersama dua laki-laki yang melawan Dimas, kekuatannya semakin menjadi sebanding dengan tenaga tiga orang pria.
Anton yang sedari tadi hanya berdiri
mengamati pertarungan itu mulai melangkah mundur, takut dengan tatapan bengis
Hera yang bagai belati siap menusuk jantungnya. Seorang laki-laki yang disewanya
untuk membunuh Dimas kini tak bernyawa. Rubuh di kaki Hera, sedangkan dua orang
lainnya masih berusaha berdiri sambil meraih senjata tajam yang tadi terlepas
dari tangan saat menerima tebasan lawan yang tepat mengenai pergelangan tangan.
Lima menit kemudian merekapun jatuh tersungkur mencium tanah.
Lima anak buah Anton terkapar ditanah, tiga orang mati ditangan Hera sedang duanya lagi pingsan setelah bertarung dengan Dimas.
Dalam kondisi setengah sadar Dimas
mengumpulkan tenaga memanggil Hera yang bersiap melawan musuh utama, Anton.
“Jangan Hera..jangan!!” Teriaknya.
Hera yang berjalan menuju laki-laki dengan
otak kejahatan utama itu berpaling demi mendengar Dimas yang ternyata masih
bernyawa. Disaat lengahnya, Anton melepas tembakan tepat mengenai pundak kiri
Hera, namun sebelum tubuhnya rubuh tangan kanannya masih sempat melemparkan
pisau tepat mengenai perut bagian kiri laki-laki licik itu.
Dengan langkah tertatih Anton segera
melarikan diri, meninggalkan dua tubuh bersimbah darah dibelakangnya, berharap
mereka mati perlahan menikmati hangatnya aliran darah yang keluar tak karuan.
Sayangnya tidak demikian, Polisi meringkus Anton yang mencoba melarikan diri
tak jauh dari tempat kejadian. Walau terlambat setidaknya Dimas dan Hera masih
bisa diselamatkan. Ini sesuai dengan rencana yang disusun Dimas bersama
Inspektur Bobby dan Rudi sebelum meluncur ke Villa ini.
*****
Bersambung..
tegang aku
BalasHapusHeheh..Top banget mba Lisa. makasih kunjungannya (^-^)9
HapusKeren banget dah 👍.
BalasHapusIni thriller setengah horor kayaknya. Hihihi 😄
Iya, keren,
BalasHapusSi anton ketangkap polisi juga akhirnya. Hihi
Taubat atuh, hmm