Langsung ke konten utama

Topeng (bag.15)

Baca kisah sebelumnya disini


-Kekacauan-




Hera keluar dari gedung kantor polisi, wajahnya terlihat sangat lelah. Ia tau bahwa keterangan yang di berikan pada kedua penyidik kasus pembunuhan Susi dan Mita pasti tidak begitu saja bisa diterima penjelasannya, terutama cerita mimpi-mimpi itu. Setidaknya Ia bisa membantu memberikan keterangan walau sketsa wajah laki-laki dalam mimpinya belum selesai. Para penyidik terutama Inspektur Bobby sangat memahami kondisi Hera. Apalagi selama dua hari Ia berada dikantor polisi.

Keterangan perbincangan di ruangan sebelah gudang dua hari sebelum pembunuhan yang didengarnya, juga Ia sampaikan pada penyidik. Pertemuan Susi dengan seorang laki-laki yang bersamanya saat itu. Sayangnya Hera tidak dapat memastikan siapa laki-laki tersebut. Mendengar penjelasannya pada bagian ini, membuat wajah para penyidik terlihat berbeda, entah apa artinya, yang jelas itu pasti sangat membantu.

Dari kejauhan dua pasang mata mengamati Hera. Menunggu saat yang tepat untuk menghampirinya. Dan benar saja, di pertengahan jalan yang tidak terlalu ramai seseorang turun kemudian mendekat, berpura-pura menanyakan alamat. Begitu perhatian Hera tertuju pada kertas kecil yang telah pindah ketangannya, secepat mungkin laki-laki bertubuh besar itu menutup mulut Hera dengan handuk kecil yang sebelumnya telah dibubuhi obat bius. Hera tak sadarkan diri. Tubuhnya segera dibawa ke dalam mobil.

Tugas beres.” Sebuah pesan dikirim oleh laki-laki yang duduk dibelakang kemudi.

Bawa ketempat yang sudah ditentukan” Balas seseorang diseberang sana.

Dua laki-laki disewa untuk menculik Hera. Kini mereka dalam perjalanan menuju tempat dimana Hera akan di tahan, entah sampai berapa lama.

Sesampainya ditempat tujuan, tubuh gadis malang itu kemudian dipindahkan kedalam sebuah ruang kamar dengan sorot lampu yang tidak terlalu terang.

“Kau jaga dulu dia. Satu jam lagi aku kembali kesini!” perintah salah seorang dari pria tersebut pada temannya.

Pria yang mendapat tugas jaga dengan senang hati menerima perintah. Sedari awal ia terus mencuri-curi pandang tahanannya dengan nafsu setan menjilat-jilat jiwa.

Setelah setengah jam ditinggal pergi rekannya, laki-laki itu mulai mendekati Hera yang masih belum bergerak dari posisi semula. Obat bius benar-benar melumpuhkan kesadaran gadis itu. Ditambah lagi selama ini gangguan tidur yang memaksanya selalu terjaga, membuat Hera benar-benar menikmati hilangnya kesadaran diri.

“Gadis manis?!.” Panggilnya lirih, memastikan tubuh indah didepannya tak akan melawan selama sepuluh menit kedepan.

“Aku butuh kerjasamamu untuk beberapa waktu.” Bisiknya lagi. Kali ini tangannya mulai beraksi, menyentuh pundak Hera kemudian menyingkirkan helai-helai rambut yang menutupi wajah.

“Luar biasa, wajahmu benar-benar cantik, wahai gadis manis. Tak adakah yang mengatakannya padamu selama ini?” Pujinya lagi setelah selesai menyingkirkan rambut-rambut yang menutupi wajah Hera sehingga kini tampak lebih jelas kecantikan yang bersemayam didalamnya.


Bersambung..

Apa yang terjadi pada Hera?
Bagaimana nasibnya?
Nantikan kisah selanjutnya di Topeng (bag.16)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka