Baca kisah sebelumnya disini
-Kekacauan-
Hera keluar dari gedung kantor polisi, wajahnya terlihat sangat lelah. Ia tau bahwa
keterangan yang di berikan pada kedua penyidik kasus pembunuhan Susi dan Mita
pasti tidak begitu saja bisa diterima penjelasannya, terutama cerita mimpi-mimpi itu. Setidaknya Ia bisa
membantu memberikan keterangan walau sketsa wajah laki-laki dalam mimpinya
belum selesai. Para penyidik terutama Inspektur Bobby sangat memahami kondisi
Hera. Apalagi selama dua hari Ia berada dikantor polisi.
Keterangan perbincangan di ruangan sebelah
gudang dua hari sebelum pembunuhan yang didengarnya, juga Ia sampaikan pada penyidik. Pertemuan Susi dengan seorang laki-laki
yang bersamanya saat itu. Sayangnya Hera tidak dapat memastikan siapa laki-laki
tersebut. Mendengar penjelasannya pada bagian ini, membuat wajah para penyidik terlihat
berbeda, entah apa artinya, yang jelas itu pasti sangat membantu.
Dari kejauhan dua pasang mata mengamati Hera.
Menunggu saat yang tepat untuk menghampirinya. Dan benar saja, di pertengahan
jalan yang tidak terlalu ramai seseorang turun kemudian mendekat, berpura-pura
menanyakan alamat. Begitu perhatian Hera tertuju pada kertas kecil yang telah
pindah ketangannya, secepat mungkin laki-laki bertubuh besar itu menutup mulut
Hera dengan handuk kecil yang sebelumnya telah dibubuhi obat bius. Hera tak
sadarkan diri. Tubuhnya segera dibawa ke dalam mobil.
“Tugas beres.” Sebuah pesan dikirim
oleh laki-laki yang duduk dibelakang kemudi.
“Bawa ketempat yang sudah ditentukan”
Balas seseorang diseberang sana.
Dua laki-laki disewa untuk menculik Hera.
Kini mereka dalam perjalanan menuju tempat dimana Hera akan di tahan, entah
sampai berapa lama.
Sesampainya ditempat tujuan, tubuh gadis
malang itu kemudian dipindahkan kedalam sebuah ruang kamar dengan sorot lampu
yang tidak terlalu terang.
“Kau jaga dulu dia. Satu jam lagi aku kembali
kesini!” perintah salah seorang dari pria tersebut pada temannya.
Pria yang mendapat tugas jaga dengan senang
hati menerima perintah. Sedari awal ia terus mencuri-curi pandang tahanannya
dengan nafsu setan menjilat-jilat jiwa.
Setelah setengah jam ditinggal pergi
rekannya, laki-laki itu mulai mendekati Hera yang masih belum bergerak dari
posisi semula. Obat bius benar-benar melumpuhkan kesadaran gadis itu.
Ditambah lagi selama ini gangguan tidur yang memaksanya selalu terjaga, membuat
Hera benar-benar menikmati hilangnya kesadaran diri.
“Gadis manis?!.” Panggilnya lirih, memastikan
tubuh indah didepannya tak akan melawan selama sepuluh menit kedepan.
“Aku butuh kerjasamamu untuk beberapa waktu.”
Bisiknya lagi. Kali ini tangannya mulai beraksi, menyentuh pundak Hera kemudian
menyingkirkan helai-helai rambut yang menutupi wajah.
“Luar biasa, wajahmu benar-benar cantik,
wahai gadis manis. Tak adakah yang mengatakannya padamu selama ini?” Pujinya
lagi setelah selesai menyingkirkan rambut-rambut yang menutupi wajah Hera sehingga
kini tampak lebih jelas kecantikan yang bersemayam didalamnya.
Bersambung..
Apa yang terjadi pada Hera?
Bagaimana nasibnya?
Nantikan kisah selanjutnya di Topeng (bag.16)
Aih.. Lagi penasaran2nya malah bersambung.. Huh..
BalasHapusHeheheh
HapusAduh, semoga Hera tidak kenapa kenapa
BalasHapusLagi dan lagi... Bersambung di waktu penasaran..... Huh..
BalasHapusBwahahahah..
HapusSemakin penasaran
BalasHapuslagi marak kasus-kasus.., jd ngeri bacanya :(
BalasHapusAyolah mbak na... *gemes deh*
BalasHapusIhhh kok aku benci sih sama laki2 rese ituπ‘π π
BalasHapusSemoga Hera baik baik saja.
BalasHapusSemakin Menarik....
BalasHapusMalam Bos!
Hapus