Langsung ke konten utama

Topeng (bag.5)

-Dugaan-




Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani.


"Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara.

"Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi.

"Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar.


Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama.


"Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah orang yang sama Rud. Dan bisa jadi pelakunya juga bekerja di perusahaan yang sama dengan korban." Inspektur Bobby mengutarakan apa yang dipikirkannya.

"Sayangnya tidak ada rekaman CCTV dilantai 25 malam itu. Apa si pelaku sebelumnya sudah merusak kamera dilantai itu?" Rudi mengeluh.

"Tidak, CCTV memang tidak berfungsi disana, karena tempat itu hanya difungsikan sebagai ruang penyimpanan berkas-berkas perusahaan." Inspektur Bobby menjawab.

"Perusahaan mereka besar, tapi sistem keamanannya lemah." Rudi kembali menggerutu.


Inspektur Bobby kembali mengamati rekaman CCTV yang diambil saat penyidikan berlangsung dua hari yang lalu.


"Pada malam pembunuhan, karyawan yang tersisa hanya tinggal beberapa orang, mereka memiliki alibi yang kuat dan keluar dari perusahaan paling lambat jam 6 sore. Hanya ada korban yang terlihat masuk ke lift menuju lantai 25 pada pukul 7.20 malam. Ini dilihat dari kamera yang ada diruang utama. Korban hanya membawa telpon genggam dan terlihat beberapa kali menerima panggilan telpon sebelum memasuki lift. Ini berarti pembunuh memintanya untuk naik ke lantai 25." Jelas Inspektur Bobby sambil matanya tak lepas dari layar monitor.

"Tapi saat penyelidikan berlangsung, telpon genggam itu tidak ada kan?" Tanya Rudi memastikan.

"Ya.." Jawab Inspektur Bobby singkat.

"Pelaku pembunuhan ini tidak meninggalkan jejak sedikitpun untuk kita, tapi aku yakin dia pasti punya kesalahan, dan kita akan menemukannya." Rudi berkata mantap.

"Aku pikir besok kita perlu ke perusahaan itu lagi, karena rasanya kita telah melewatkan sesuatu. Semoga yang kita cari dapat kita temukan di lantai 25 nanti." Inspektur Bobby menetapkan jadwal penyelidikan lanjutan untuk esok hari.


Malam semakin dingin, hanya angin yang masih setia membelai kulit terbuka dari jiwa-jiwa yang masih terjaga. Sunyinya malam jangan ditanya, Ia-nya serupa dengan misteri dari kasus-kasus yang terhampar diatas meja. Mencekam dan gelap.

*****

Bersambung... ke bag.6

Simak kisah sebelumnya di :

Topeng (bag. 1)
Topeng (bag. 2)
Topeng (bag. 3)
Topeng (bag. 4) 


Komentar

  1. Cerita misteri kadang bikin ngeri sekaligus penasaran.

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Saya biasa baca Detektif Conan Mas. Sherlock Holmes hanya baca episode ke-3 di majalah bobo, itu juga ndak selesai. Hehehe.
      Baiklah bisa dijadikan bahan bacaan berikutnya. Terimakasih yaa.

      Hapus
  3. Hebat, bisa an bikin cerita horor, kereeen

    BalasHapus
  4. Jadi Hera bisa tau orang yang akan meninggal karena pernah kecelakaan?

    Kek Final Destination yang bisa tau seseorang akan meninggal.

    tapi siapa si topeng ya??

    BalasHapus
  5. aku terpaku pada ceritamu mba Na.... ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..maaf mba..aku telah memalumu hingga terpaku. 😄😂

      Hapus
  6. Wuih, menjadi detektif... hehehe

    Saya masih belum bisa bikin beginian...

    BalasHapus
  7. Semikin seruh nih...

    Mksih mba Na, dari tulisannya sy bisa belajar alur2 cerita misteri2 .. (^_^)

    BalasHapus
  8. Panggil sinichi mbak na....

    Ntar saya ikutan poto, hhee

    BalasHapus
  9. keren kali mbak ciani
    aku terhanyut di dalam cerita
    suka
    di tunggu kelanjutannya ya

    BalasHapus
  10. Mbk Nie-na ... ajari aku nulis misteri.
    Ngeri n terbawa mencekamnya.

    BalasHapus
  11. aku juga mau diajarin mbak Na...*dengan mata berkaca-kaca :D

    BalasHapus
  12. Ehem..ehem..ngikutin gaya bang Tere Liye (pakai topeng dulu)

    "Gimana cara nulisnya? Yaa ditulis aja."

    Halah gayaku ini..plak aja.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. Ceritanya cerdas sekali. :D


    Ini seperti lanjaran yang mengarah pada seseorang » Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku.

    BalasHapus
  15. Makasih mba. Semoga betah mengikuti jalan cerita

    BalasHapus
  16. minta bantuan Detective Conan sj, biar kasusx segera terungkap..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Conan lg dihukum sama kogoro mba. Hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka