Langsung ke konten utama

Topeng (bag.18)

-    Alter Ego -


Simak kisah sebelumnya disini.



“Rhea..!” Panggilan lembut datang menghentikan lamunan gadis yang kini tampak lebih tenang dari sebelumnya.

“Aku Yuri, kita bisa bicara sebentar?” Tanyanya.
           
Yang dipanggil kini memberikan reaksi, memalingkan wajah menatap wanita berparas teduh dihadapannya. Ada sesuatu yang mengalir sejuk di sela-sela hati gadis itu. Air bening mengambang siap terjun merambah pipi yang kini terlihat tirus.

“Aku ingin pergi.” Ucapnya lirih.

“Kemana..?” Tanya dokter Yuri.

“Membeli roti coklat dengan taburan keju.” Jelasnya dengan nada haru. Airmatanya sudah mantap mengalir sejak tadi.

“Siapa namamu?” Selidik dokter Yuri heran, pasiennya yang tampak mengerikan beberapa saat yang lalu itu kini seperti anak-anak yang kehilangan induknya dan merasa lapar.

“Di..di..” Jawabnya patah-patah.

“Didi..?” Dokter Yuri memastikan.

Gadis itu kini mengaku bernama Didi. Matanya membulat, banjir dengan airmata mengundang iba. Layaknya anak kecil dengan wajah polos tak berdosa. Tatapan itu benar-benar menyedihkan. Jelas sekali tergambar kerinduan disana, bukan pada sesuatu yang dimintanya, melainkan seseorang yang dinanti kedatangannya.

“Baiklah..aku akan membawakan apa yang kau inginkan.” Janjinya pada gadis itu sambil meraih bahu yang masih bersandar di sudut ruangan.

Dokter Yuri menuntunnya duduk diatas ranjang. Memastikan gadis itu kini tak lagi berbahaya, Ia tampak lebih lemah dari sebelumnya. Tiga hari matanya tak tidur, kadang ia memejamkan matanya rapat-rapat guna mengusir kantuk. Pada puncak lelahnya meronta dan berjaga, posisi Rhea kini sudah berpindah, diganti oleh Didi dengan tatapan mata penuh kerinduan yang menyedihkan.

Siang itu mengalir dengan kisah dari kepribadian yang berbeda. Kepribadian utama justru hilang entah kemana. Informasi lebih mudah didapat dari pribadi Didi yang polos, siapkan saja apa yang dia minta, maka mulutnya akan menceritakan apa saja yang ingin diketahui lawan bicara. Anak-anak memang seperti itu bukan? Senyum sesekali menghiasi wajah teduh Dokter Yuri.

“Jadi..kau hanya datang disaat malam hari?” Tanya dokter Yuri pada pasiennya.

“Iya..karena mereka selalu sibuk.” Didi mengangguk-anggukkan kepala, protes dengan dua kepribadian lainnya. Kali ini mirip seperti seorang anak yang mengadukan kelakuan dua kakaknya pada orang yang dipercaya.

Ia menjelaskan dengan sangat baik. Hera yang sibuk dengan pikirannya sendiri dan Rhea yang selalu tegang selama beberapa minggu ini. Bersyukur Didi selalu dapat menemukan uang di dompet Hera, berbelanja makanan ringan kesukaan membuatnya sangat senang. Sesekali tawa dan senyum menghiasi wajah yang perlahan mulai jenaka itu.

Sesi cerita akhirnya ditutup dengan tidur. Tubuh gadis ini membutuhkan waktu istirahat yang cukup banyak. Dokter Yuri berharap Hera hadir setelah itu. Ia bertekad menemukan kepribadian utama dari tubuh yang kini terlelap dalam mimpi indah.

Interaksi selama ini cukup membuat dokter Yuri mengenal dua kepribadian pasiennya, bisa dikenali dari tatapan mata yang jelas sangat jauh berbeda. Rhea dengan tatapan tajamnya dan Didi dengan kekanakannya.

Dengan mengenal siapa nama pasien maka itu akan sangat membantu kenyamanan selama terapi dilakukan. Hal ini bukan untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom, karena seluruh kepribadian harus diperlakukan secara adil. Penting bagi dokter Yuri untuk mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai kepribadian.

Tujuan setiap pendekatan terhadap penderita Alter Ego*) ini adalah untuk meyakinkan bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak diperlukan lagi untuk menghadapi trauma baik dimasa yang lalu, saat ini maupun dimasa yang akan datang.



Bersambung..ke Topeng (bag.19)


Keterangan:
Alter Ego atau disebut juga Dissociative Identity Disorder (DID) sebelumnya dikenal dengan gangguan kepribadian ganda.
Merupakan copying mechanism, seseorang menggunakan cara tersebut untuk menghindari dan melepaskan diri dari situasi stress dan kenangan traumatic.
Disosiasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan (defence mechanism) terhadap rasa sakit fisik dan emosional dari pengalaman traumatic stress.
Setiap kepribadian dapat bersifat cukup kompleks, memiliki pola perilaku, memori dan hubungan tersendiri. Masing-masing menentukan karakter dan tindakan individu bila sedang memegang kendali. Biasanya masing-masing kepribadian berbeda bahkan saling bertentangan.

(diambil dari beberapa sumber terkait Arteri Ego atau DID)
         

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka