Langsung ke konten utama

Reuni Cinta (1)



Pukul 10.00 WIB. Matahari masih terasa hangat, namun kantuk berat yang Rui rasakan telah membawanya ke alam mimpi sejak lima belas menit yang lalu.

Keripik pedas  hmm  enaknyaa.." igau Rui dari alam bawah sadarnya.

Makanan itu memang sudah lama tak lagi boleh ia nikmati, sejak kejadian sakit perut yang menyebabkannya harus diopname.

Dua tahun yang lalu, menjadi pengalaman penting yang akan diingat Rui selama perutnya masih bermasalah.

krriingg .. suara telpon membangunkan Rui dari mimpi indahnya.

"Halo .." sapanya dengan suara yang serak, khas baru bangun dari tidur.

Rui, hari ini ibu ada rapat, pulangnya agak sore." jelas ibu dari seberang sana.

"Iya, nggak apa-apa." jawab Rui

Jangan lupa makan ya dan jangan keluar rumah!" sambung ibu lagi, lengkap dengan perintah yang harus dan wajib dipatuhi.

"Iya, Rui mengerti." sahut gadis kecil itu sambil menganggukkan kepalanya.

Percakapan itu selesai. Rui menghembuskan nafasnya keras-keras. Sendiri dirumah pada hari libur itu sungguh tidak menyenangkan. Batinnya.

"Barusan ibu?" tanya suara yang datang dari arah belakang Rui.

Seketika Rui membalikkan tubuhnya dan senyum lebar lahir bersamaan dengan binar mata rindunya.

"Kak Rei ...!" teriak Rui seraya menghambur ke pelukan kakak yang baru saja datang.

"Kubawakan makanan kesukaanmu." Kakak menyerahkan sekantong makanan.

"Wow ... ada kripik pedas, kok kakak tahu kalau aku memang sedang ingin makan ini?" tanya Rui bingung.

"Sudah, makan saja. Yang satunya untuk kakak, level paling tinggi. Kamu yang level rendah saja!" Kakak mengingatkan.

"Iya.., Rui tahu kok" jawabnya dengan nada kecewa.

"Barusan ibu bilang apa?" selidik kakak ingin tahu apa yang ibu bicarakan tadi di telpon.

"Ibu ada rapat, Rui tidak boleh keluar rumah dan jangan lupa makan." jelas Rui singkat. Mulutnya kini sibuk mengunyah kripik pedas bagiannya.

"Kamu masih tidak dipercaya ibu, tuh!" ledek kakak.

"Inikan gara-gara kakak!" balas Rui atas ledekan kakaknya.

"Kenapa?" tanya kakak dengan nada bingung.

"Tahun lalu kakak meninggalkan Rui sendirian di taman bermain dekat komplek. Setelah itu kakak menghilang begitu saja. Tentu saja ibu jadi marah ke Rui. Padahal umurku sudah tujuh tahun waktu itu." protes Rui menjawab pertanyaan kakak, "Kak Rei kemana saja sih? tinggal dimana? apa di dekat sini?" bagai peluru, Rui memberikan balasan pertanyaan yang berderet dengan nada menuntut, segera dijawab!

"Wow ... wow ..., kamu makin mirip dengan ibu." ledek kakak menanggapi pertanyaan Rui, "iya, Kak Rei minta maaf, tempat tinggal kakak jauh." jawab kakak sambil mencomot kripik ditangan Rui.

"Rui mau dong main ke tempat kakak!" pintanya.

"Gak usah, kamu disini saja, jaga ibu!" tolak kakak yang kemudian merebahkan kepalanya dipangkuan Rui.

Bersambung..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai...

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah ...