Langsung ke konten utama

Hujan dan Gelandangan

     
 


     Kata-kata telentang. Sepasang matamu sendu menatap awan yang kepayahan mengandung hujan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi awan akan melahirkan. 

     Kan? Uap air serupa anak-anak kecil terjun susul menyusul, riang diiringi selendang api menari-nari.

     Petrikor seketika gentayangan. Merasuki indera pembau menyesakkan rongga dada.

     Pemuda dekil lusuh pemilik mata sendu tersenyum senang. Ketampanannya tertutup rambut liar yang tumbuh dengan bebas. Tubuhnya basah. Hatinya basah.

     Aku sudah datang. Kamu senang? Saatnya mengisi perut yang sedari tadi diamuk demonstran. Tapi maaf, yang ada hanya ini: air hujan.

     Dingin menggerayangi tubuhmu, kala kumuntahkan ingatan pada lembar langit.

     Jangan pergi! Kalimat yang bagai mantra itu menahan ruhmu berpindah.

     "Ah. Akan ada saatnya pergi. bahkan sebelum ini, tak kurindukan mati sebelum menemukannya." ucapmu beberapa hari yang lalu.

     Minumlah kawan, sebanyak-banyaknya. Isi lambungmu hingga kembali tegak dudukmu. Setelah itu lanjutkan pencarian dan berhentilah menarik mata belas kasihan atau yang lebih mengerikan adalah pandangan mata menuduh, gelandangan.

     Apa yang kau cari?
     
     Bahagia

     Sudahkah kau temukan?

     Belum

     Kenapa?

     Sebab aku belum bisa menemukan tangga menuju tanah kasta yang lebih mulia.

     Tidak perlu. Kau sudah cukup mulia dengan kesabaranmu.

     Kabut menutup bumi. Satu lagi jiwa kembali kepangkuan ilahi. Rerumputan lirih berbisik, aromanya wangi.


#1

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Blog Jadi Media Belajar, Kenapa Tidak?

Blog sebagai Media Pembelajaran  Resume ke-5 Gelombang 29 Rabu, 28 Juni 2023 Narasumber: Dail Ma'ruf, M. Pd Moderator: Helwiyah, S. Pd, M.M.  KBMN 29 - Pertemuan kelima dilaksanakan pada Rabu, 28 Juni 2023. Bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.  Narasumber kali ini adalah seorang alumni KBMN gelombang 20. Beliau adalah Bapak Dail Ma'ruf, M. Pd yang akan membawakan materi 'Blog sebagai Media Pembelajaran'. Dimulai dengan kisah 'nol'-nya dalam dunia menulis, Pak Dail meyakinkan peserta bahwa jika punya niat dan kemauan, maka apa yang dicita-citakan akan terwujud. "Blog dan media pembelajaran itu apa?" Pak Dail memantik pertanyaan untuk mengurai materi yang akan disampaikannya.  Sejarah adanya blog, dikenal pada awal reformasi tahun 1998 oleh Jhon Barger.  Awalnya blog hanya dijadikan sebagai media untuk menulis buku harian, tapi kemudian berkembang hingga menjadi 12 jenis, di antaranya ada blog pendidikan, pribadi, sastra, bertopik, hukum, agama, bisnis...

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang d...