Langsung ke konten utama

Cinta si Embun Pagi



Ratapmu kabarkan permintaan hati yang teraniaya sunyi. Kita tahu jika kehilangan adalah hak-Nya yang diletakkan di kaki kokoh nan Maha Perkasa. Ia berkehendak, kita terlibat dan mau tidak mau menerima bulat-bulat untuk nikmati hikmat yang sepat-sepat sedap.

Kamu pernah kehilangan, sedangkan aku terlalu sering hilang, efemoral.

Aku adalah hasil ayut-nya malam yang tenang dengan suhu dingin. Lahir pada pagi hari mendahului surya. Lantas hilang saat sinar kuningnya menganga.

Aneh, pada setiap renkarnasi, aku selalu terlahir disini. Duduk mengamatimu dari jauh lewat bingkai jendela ruang sendu.

Tapi aku suka, hingga bagai dendam, kusimpan cinta dalam diam.

Lihatlah! embun-embun pagi yang lahir di dedaunan hijau menempel, bergoyang, berkilau bak mutiara saat sinar matahari membelah cakrawala, menyapa lembar kehidupan baru.

Aku ingin menghiburmu. Embun itu tampak indah, kan?

Maaf, sebenarnya aku kurang setuju. Embun memang indah, tapi akan lebih indah jika ada bayanganmu di dalamnya.

Kamu tahu? Butir embun tidak menetes. Sekali menetes, maka ia tidak ada lagi. Jadi dimana indahnya?

Bandingkan dengan embun yang mengandung bayanganmu. Jika ia menetes, maka tetesan itu berwujud kamu, dalam penglihatanku.

Sungguh, pada pagi aku cemburu. Ingin sekali menjadi butir-butir embun yang bergelayut manja di kulit wajahmu, mencuri-curi kesempatan membelai rahang kokohmu hingga dagu.

Ketika masuk waktu dhuha, aku masih ingin menjadi embun yang bertengger setia di kuda besi. Telentang dan berserakan di permukaannya, demi menyentuh tanganmu, bersalaman. Ritual perpisahan sebelum butirku menguap ditarik surya, sekalian kusampaikan janji menemuimu lagi, esok pagi.

Kamu, bahagialah!




_________________________________
Catatan
Efemoral : tidak kekal hanya bersifat sesaat
Ayut: bersetubuh


#MU4

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah