Ratapmu kabarkan permintaan hati
yang teraniaya sunyi. Kita tahu jika kehilangan adalah hak-Nya yang diletakkan
di kaki kokoh nan Maha Perkasa. Ia berkehendak, kita terlibat dan mau tidak mau
menerima bulat-bulat untuk nikmati hikmat yang sepat-sepat sedap.
Kamu pernah kehilangan, sedangkan
aku terlalu sering hilang, efemoral.
Aku adalah hasil ayut-nya
malam yang tenang dengan suhu dingin. Lahir pada pagi hari mendahului surya. Lantas
hilang saat sinar kuningnya menganga.
Aneh, pada setiap renkarnasi, aku
selalu terlahir disini. Duduk mengamatimu dari jauh lewat bingkai jendela ruang
sendu.
Tapi aku suka, hingga bagai dendam,
kusimpan cinta dalam diam.
Lihatlah! embun-embun pagi yang
lahir di dedaunan hijau menempel, bergoyang, berkilau bak mutiara saat sinar
matahari membelah cakrawala, menyapa lembar kehidupan baru.
Aku ingin menghiburmu. Embun itu tampak
indah, kan?
Maaf, sebenarnya aku kurang setuju. Embun
memang indah, tapi akan lebih indah jika ada bayanganmu di dalamnya.
Kamu tahu? Butir embun tidak
menetes. Sekali menetes, maka ia tidak ada lagi. Jadi dimana indahnya?
Bandingkan dengan embun yang
mengandung bayanganmu. Jika ia menetes, maka tetesan itu berwujud kamu, dalam penglihatanku.
Sungguh, pada pagi aku cemburu. Ingin
sekali menjadi butir-butir embun yang bergelayut manja di kulit wajahmu, mencuri-curi
kesempatan membelai rahang kokohmu hingga dagu.
Ketika masuk waktu dhuha, aku
masih ingin menjadi embun yang bertengger setia di kuda besi. Telentang dan
berserakan di permukaannya, demi menyentuh tanganmu, bersalaman. Ritual
perpisahan sebelum butirku menguap ditarik surya, sekalian kusampaikan janji
menemuimu lagi, esok pagi.
_________________________________
Catatan
Efemoral : tidak kekal hanya bersifat sesaat
Ayut: bersetubuh
#MU4
Tsaah..cinta dalam diam
BalasHapusahahaha...sepat-sepat sedap rasanya, bun.
Hapuskak na romantis..
BalasHapusLagi belajar romantis ini, bun Lisa.
Hapus