Langsung ke konten utama

Mengenangmu


-Ketakutan dan rasa tidak tenang membuatku enggan melanjutkan hidup-
(Seson Lee San, 1775/02/05)


       15 November. Waktu yang sekaligus menjadi proses terbukanya sebuah gerbang. Tampak samar, terlihat tubuh jalan dengan warna hitam pekatnya lewat celah pintu yang perlahan terbuka.  Tanggal bersejarah untuk pertemuan yang fatal. Aku mengenangmu.

       Tujuh tahun silam aku berdiri bimbang seorang diri. Nyata, hanya sendiri. Bingung dengan doa-doa yang ingin kupanjatkan pada Pemilik Cinta. Embun pagi mencium pori-pori kulit saat kupacu laju motor hitam menembus jalan kota kembang. Kata-kata tumpah memenuhi rongga dada. Jelas saja sesaknya menyebabkan air mata jatuh tanpa daya.

       Doa itu senjata. Itulah kalimat yang mampu menarik sedikit garis senyumku. Membantuku tertatih berdiri memasang posisi menarik busur rapuhku ke arah langit. Anak panahku pendek. Tapi tahukah kamu, bilah panah pendek yang disarungkan dengan laras panjang jika ditembakkan, sangat tajam dan luar biasa kuat. Bahkan panah lain tidak akan bisa menandinginya. Ia tidak menipu dan tidak pula munafik.

       Maka, dalam taburan embun pagi kala itu, kulepaskan bilah panahku ke langit meminta ketetapan Tuhan akan hal terbaik untuk kita. Sekali lagi, aku meminta yang terbaik.

       Kamu, hadir serupa kabut. Ya .., layaknya kabut malam yang tak tergenggam. Merapuh perlahan dalam diam dan tentu saja hanya dapat dipandang dalam keheningan.

       Masamu yang telah usai, menggiring kecemasan hebat dalam alur hidupku. Ketakutan dan rasa tidak tenang menjadi simfoni yang membuatku enggan melanjutkan hidup. Tapi sayangnya aku harus hidup, untuk mengenangmu di waktu yang sama, berulang dan berulang.

       Apa kabar, sayang? Jelaskah kau melihat kerinduanku?

       Selamat ulang tahun untuk kamu, disana. Dan .., selamat mengenangmu untuk aku yang masih menginjakkan kaki-kaki lemah ini, di bumi.

       




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka