Langsung ke konten utama

Rahasia Di Ruang Imaji

   
pixabay


     Nada-nada mengalun indah dari petikan jari seorang Yiruma. River Flows in You, Kiss The Rain dan judul lainnya dahsyat mencipta efek berbagai rasa yang aku sendiri tidak mampu menjelaskannya. Kupejamkan mata, mencoba menyusuri semua jejak di belakangku. Sebuah pertanyaan, apa yang sudah kulakukan? Dari mana asalnya perasaan ini?

     Aku mundur ke belakang. Memasuki ruang imaji dan mengambil posisi duduk teratas, di tempat yang tentu saja gelap karena aku suka berada disana. Saatnya melihat kembali masa yang sudah lewat, rekaman filmku. Mencari jejak yang mencipta rasa tidak karuan ini.

     "Nihil. Tidak kutemukan jawabannya walau sudah berulang kali kuputar semua file memoriku."

     "Benarkah?"

     "Entahlah, ini cukup rumit."

     "Sebenarnya kau sendiri yang memperumitnya."

     "Benarkah begitu? Jelaskan padaku!"

     "Kalimat yang sama, aku sering katakan itu sebelumnya. Kau menutup diri, maka apa yang kau rasa tidak akan pernah jelas. Jika hal ini terjadi pada mereka yang normal diluar sana, itu sudah pasti disepakati dengan label jatuh cinta. Tapi berbeda untuk kasusmu. Letak masalahnya ada pada hatimu yang tertutup, sehingga jika benar kau jatuh cinta sekalipun, kau tidak akan mampu mengatakannya, bahwa kau jatuh cinta."

     "Hei ..., aku masih normal, kawan!"

     "Aku tidak bilang kalau kau tidak normal, kan?"

     "Cukup, aku lelah." Kutinggalkan panggung memori. Berdiri dari posisi duduk favoritku lantas menuju pintu keluar. Filmku sudah habis sedari tadi.

     "Hei ..., sekali-kali cobalah mengambil posisi duduk di tempat yang lebih terang, aku pikir itu akan membantumu." usul makhluk usil yang sedari tadi menemaniku.

     "Akan aku pertimbangkan." jawabku sebelum keluar dari pintu.

     "Aku pikir kau butuh seseorang untuk bisa menemanimu pindah dari tempat duduk favoritmu yang gelap itu ke tempat duduk yang lebih terang."

     "Kau punya usul?" kali ini aku memutar balik tubuh, bersandar di pintu dan menghadap ke arah makhluk usil yang masih melayang-layang dalam ruang imaji yang kuciptakan.

     "Dia ... boleh juga." tangannya menunjuk kembali ke layar lebar panggung, tempat dimana tadi filmku diputar.

     Mata coklatku mengikuti arah telunjuk jarinya. Namun belum sempurna mata ini menangkap sosok seseorang yang dimaksud, tiba-tiba pintu yang kujadikan tempat bersandar terbuka. Walhasil, aku jatuh terjengkang keluar menjauh dari pintu ruang imaji yang perlahan kembali tertutup. Sosok itu masih menjadi misteri. Siapa ..?



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai...

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah ...