Langsung ke konten utama

Luruh


Aku luruh ke bumi bersama angin. Bukan, bukan angin satu-satunya yang mampu melakukan itu. waktu pun mengambil peran, aku jatuh bersama mereka. Alami.

Aku luruh ke bumi mencium tanah kering, terkadang basah. Bukan, bukan matahari satu-satunya yang mampu membakar diamku, hujan juga berperan, aku rapuh, jatuh bersama mereka. Alami.

Aku tidak membenci angin yang bertiup.

Aku tidak membenci waktu yang menua.

Aku tidak membenci matahari yang hangat sekalipun panas membakar.

Aku tidak membenci hujan yang basahnya menggigit dingin tulang-tulang hijau tubuh.

Aku luruh ke bumi bersama angin, matahari, hujan dan digenapi waktu. Aku tidak benci.

Aku luruh bersama marah dan sedih jadi satu, tersangkut pada ranting-ranting, kadang meranggas di sela-sela ilalang hingga hitam.

Aku teriak mereka tidak mendengar.

Aku terisak dan terguncang tapi mereka tidak paham.

Aku tidak berdaya, mereka malah bahagia sambil pesta.

Aku luruh menjauh dari kekasihku, terpaksa.

Belalai-belalai tamak merampas kemesraanku, mengganti romantisme sunyi kami menjadi raungan pilu saat berdebam.

Nyanyian mesin-mesin penjarah merobek-robek tubuh kekasihku, sisakan sepainya di lembaran layu. 

Aku tergugu bisu, saksikan pembantaian terbesar  kawasan lindung.

Cukong-cukong buncit melenggang kekenyangan uang. Mereka sama sekali tidak gagah.

Aku marah tak ada daya, serapah kumuntahkan menunggangi angin hingga naik ke dalam awan. Menyapa Tuhan.

Tuhan tahu, hanya menunggu, aku pun diam bersama desik mengganti malam.

Aku luruh ke bumi bersama harapan. Menunggu pembalasan.

Pada siang mereka akan meradang kegerahan. Saat malam akan mereka santap kedinginan. Hidup ketakutan diterjang bandang dan tanah longsoran.

Aku luruh ke bumi bersama senyuman, sedang teriakan mereka bagai nyanyian kegirangan diselingi tangisan.


Pontianak, 30-11-2016

#MU-10

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka