Langsung ke konten utama

Bintang Yang Tersesat

Aku adalah materi pecahan bintang yang berasal dari bintang LBV IBOG ZO, dikenal sebagai bintang paling terang dengan variable biru yang memiliki cahaya 5 juta kali lebih terang dari matahari dan terletak pada jarak 45.000 tahun cahaya dari matahari.

Ledakan Supernova dengan gelombang kejutnya melontarkanku ke ruang angkasa. Entah berapa lama aku menjelajahi ruang hampa tak bersahabat itu, hingga suatu ketika sebuah meteor yang cukup besar mendorongku, melesat dengan cepat ke arah yang tak dapat kuprediksi.

Takdir bagi unsur bintang sepertiku sebenarnya dapat membentuk bintang baru atau bahkan planet baru dialam semesta setelah ledakan supernova terjadi. Namun tidak untukku, takdirku tidak menjadi bagian dari kehidupan baru dialam semesta sana, melainkan tersesat jatuh bebas tertarik gravitasi dari planet cantik bernama Bumi.

*********

"Dia bercahaya, tutupi segera agar tak ada yang melihatnya, lalu pindahkan ke lorong dibawah tanah, ingat kunci pintu lorong dari dalam!" Seorang wanita berseru kepada dua orang pengawal untuk melaksanakan apa yang diperintahkannya.

"Siap Tuan Putri" Dengan sigap dua pengawal bergerak cepat, mengangkat sesuatu dengan cahaya biru yang hampir melukai tuan putri mereka ketika sedang melaksanakan ritual dikolam pemandian.

Dari kejauhan terlihat gerombolan coklat pekat mendekat dengan kecepatan penuh. Mereka terbang rendah menunggangi angin sebagai kendaraannya, didepan gerombolan itu terlihat seorang panglima bertubuh besar, tampan dan gagah.

"Tuan Putri, apa yang Tuan Putri lakukan disini?, ini daerah berbahaya, saya baru mendapat laporan bahwa makhluk langit kembali menyerbu kita." Panglima tampak heran dengan keberadaan Tuan Putri di daerah jatuhnya benda langit tadi pagi.

"Tidak apa-apa, aku tidak melihat ada benda langit ataupun makhluk langit yang jatuh disini. Aku baru menyelesaikan ritualku pagi ini. Terimakasih atas perhatian dan kesigapan panglima dalam menjaga keamanan kerajaan." Putri Lur meyakinkan panglima dan pasukannya bahwa dugaan mereka akan penyerbuan benda atau makhluk langit itu tidak ada. 

Kecepatan dua pengawal setia Putri Lur memang bisa diacungi jempol, dalam waktu singkat mereka dapat membersihkan benda langit yang berserakan tadi, memang tidak banyak, hanya benda bercahaya biru dan serpihan batu yang jatuh ke kolam pemandian, itupun bisa ditutupi dengan lumpur dalam kolam, tempat biasanya Putri Lur melaksanakan ritualnya, berendam dikolam lumpur. 

Setelah Panglima memastikan tidak ada musuh atau apapun disekitar kolam, ia berlalu bersama pasukannya kembali memeriksa keamanan kerajaan didaerah yang lain. 

"Tuan Putri, apa ritualnya akan dilanjutkan?" tanya salah seorang pengawal yang telah kembali dari lorong bawah tanah.

"Tidak, cukup untuk hari ini aku berendam di kolam lumpur, hasilnya juga belum tampak setelah bertahun-tahun aku berendam didalamnya. Warna kulitku tetap sama, tidak seperti yang lain dengan coklat pekat." Putri Lur menggerutu. 

Sebagai satu-satunya putri sekaligus keturunan bangsa lumpur, fisiknya tak sama dengan kedua orang tuanya dan bangsa lumpur yang lainnya. Mereka berwarna coklat pekat, sedangkan sang putri memiliki kulit berwarna cream. 20 tahun yang lalu ia dilahirkan ketika badai matahari terjadi, peristiwa itu mempengaruhi kondisi fisik sang putri, menyebabkan ia lahir berbeda dari yang lainnya, kegiatan ritual yang selalu dilakukannya setiap pagi adalah salah satu upaya untuk merubah warna kulitnya. Kegiatan ritual ini pun dirahasiakan dari siapapun selain dua pengawal setia sang putri, kedua orang tua putri-Raja dan Ratu, serta tabib istana yang membantu pengobatan fisik Putri Lur. Adapun kegiatan ritual putri yang diketahui oleh penghuni kerajaan adalah kegiatan Sang Putri berjemur dan bermain dibawah sinar matahari. Sehari-hari putri selalu tampil dengan pakaian tertutup dari kepala hingga ujung kakinya. Berbeda sendiri itu tidak menyenangkan, tak akan ada pangeran yang mau menikahinya jika mereka tau warna kulit sang putri. 

Mendengar Tuan Putri yang menggerutu setiap selesai ritual mandi lumpur, pengawalnya tersenyum dan sangat hafal kalimat apa saja yang keluar dari mulut manis tuan putrinya itu. Setelah ritual, biasanya sang putri akan bermain dibawah sinar matahari berjam-jam, namun tidak untuk kali ini, Putri Lur segera berlari ke lorong bawah tanah untuk menemui benda bercahaya biru.

"Tuan Putri, sebaiknya hati-hati, kita tidak tahu benda apa itu, berbahaya atau tidak, saya khawatir ini dapat melukai Tuan Putri, lebih baik jangan disentuh." Bisik salah satu pengawal.

"Aku yakin ini tidak berbahaya, lihat saja warnanya, indah bukan?" Jawab sang putri sambil menatap benda biru itu dengan antusias.

Benda biru kemudian dipindahkan ke dalam ruang kamar sang putri tanpa sepengatahuan yang lainnya. Hal ini menjadi rahasia antara putri dengan dua pengawal setianya. Berhari-hari putri asyik melihat benda tersebut didalam kamar yang terkunci. Sampai suatu hari Putri Lur memutuskan untuk menyentuh benda tersebut. Betapa terkejutnya Ia ketika benda itu bercahaya sangat terang, bergerak dan berubah menyerupai sosok seseorang dari kalangan bangsanya, lebih tepatnya benda itu menyerupai sang putri, dengan perbedaan warna biru disekujur tubuhnya dan dua tonjolan aneh di pundaknya.

"Siapa kamu?" tanya putri dengan nada ketakutan.

"Aku Bintang" sahut makhluk berwarna biru dengan suara yang tenang.

"Bintang?, kau makhluk langit, kan? lihat saja warna kulitmu sama dengan langit diluar sana." Putri Lur memborong banyak pertanyaan kepada sosok baru dihadapannya itu.

"Bukan, bukan langit, tapi jauh dari itu, aku tinggal ditempat yang sangat jauh, seharusnya aku bersama teman-temanku membangun kehidupan baru disana." Bintang menjelaskan sekilas tentang dirinya.

Untuk sesaat Putri Lur dapat memahami perasaan Bintang, kesendirian itu adalah hal yang tidak menyenangkan, sama seperti dirinya, warna kulit yang berbeda dari bangsanya membuat ia terasing. Namun Putri Lur masih bisa bersyukur, walaupun ia berbeda, setidaknya ia masih bersama orang tua dan bangsanya. Sedangkan Bintang, walau ia bisa menyerupai wujud bangsa lumpur, namun warna dan sejatinya-Ia berbeda dari Bangsa Lumpur. Bintang adalah makhluk semesta lain yang tersesat dan merindukan kebersamaan dengan bangsanya sendiri. Dan kerinduan ini akan membuatnya mati karena tak ada yang tau bagaimana caranya ia pulang ke tempat asalnya.



Ptk, 18 April 2016
Mencoba tantangan-4 Kata.
Belajar Menghayal dan Berimajinasi itu.. Perlu! :D


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka