Menatapmu dari kejauhan
Haru mendesak tangisan
Ini mungkin kerinduan
Yang tak dapat dijelaskan
Kau indah berselimut awan
Kadang terbuka menantang terang
Selalu nikmat dipandang
Kau biru menyentuh warna lautan.
Saat surya tenggelam
Birumu berubah kelam
Namun dimataku kau tetap gagah
Biru gelapmu semakin indah
Entah kenapa aku suka memandangmu berlama-lama
Mungkin karena mimpiku menyentuhmu dahulu kala
Langit..taukah kau?
Aku selalu menatapmu dari sini
Dibawah kakimu dimuka bumi
Rajin melukis bentuk dan rupa awan yang menyelimutimu
jujur aku cemburu
Semakin kupandang
Semakin liar akalku berjalan mencipta pertanyaan
Jika langit terbawah segini indahnya
Bagaimana rupa langit dipuncaknya
Ah..sudahlah
Aku hanya seorang hamba
Pengagum karya indah Tuhannya
Apalagi yang dapat kukatakan
Selain dzikir bermakna pujian
Subhanallah..Subhanallah..
Haru mendesak tangisan
Ini mungkin kerinduan
Yang tak dapat dijelaskan
Kau indah berselimut awan
Kadang terbuka menantang terang
Selalu nikmat dipandang
Kau biru menyentuh warna lautan.
Saat surya tenggelam
Birumu berubah kelam
Namun dimataku kau tetap gagah
Biru gelapmu semakin indah
Entah kenapa aku suka memandangmu berlama-lama
Mungkin karena mimpiku menyentuhmu dahulu kala
Langit..taukah kau?
Aku selalu menatapmu dari sini
Dibawah kakimu dimuka bumi
Rajin melukis bentuk dan rupa awan yang menyelimutimu
jujur aku cemburu
Semakin kupandang
Semakin liar akalku berjalan mencipta pertanyaan
Jika langit terbawah segini indahnya
Bagaimana rupa langit dipuncaknya
Ah..sudahlah
Aku hanya seorang hamba
Pengagum karya indah Tuhannya
Apalagi yang dapat kukatakan
Selain dzikir bermakna pujian
Subhanallah..Subhanallah..
Kompor Gas!! Kata pakde Indro.
BalasHapusKeren bgt
Ah sudahlah. Hanya visa bilang keren.
BalasHapusSaya angkat tangan dulu kalo bikin puisi
Hehee..aya-aya wae mba Wiwid dan mas Heru ini. makasih sudah mampir. :)
BalasHapus