Langsung ke konten utama

Proyeksi Astral

Gelap, Aku masih belum dapat menerka tempat apa ini. Pepohonan di sekitarku menjulang tinggi dan rapat, jenisnya pun beragam, beberapa pohon dapat kukenali tapi sebagian besarnya tidak. Ini hutan heterogen.

Jantungku berdetak dua kali lebih cepat. Otakku memutuskan untuk mengambil langkah dengan segera, "tidak..! lari sepertinya lebih tepat." Rasa takut mengalahkan semuanya. Siapa yang tidak merasa takut jika sendirian saja didalam hutan pada malam hari. Tak sempat otakku berpikir bagaimana bisa Aku sampai disini, langkah-langkahku semakin jauh dan panik, hingga tiba-tiba kaki kiriku mendarat ditanah yang berlubang, dan Aku jatuh masuk kedalamnya.

Aku tersentak dan mataku terbuka. Keringat dingin membasahi wajah dan sekujur tubuh. "Syukurlah hanya mimpi". Aku segera beranjak dari tempat tidur, mimpi ini benar-benar membuatku lelah. Saat rasa haus menyerang tenggorokan, otakku membayangkan air segar dengan embun dingin dipermukaan gelasnya. Entah bagaimana, seketika aku begitu saja berada di ruang dapur dan kemudian menenggak habis sebotol air yang kuambil dari dalam kulkas. Hilang sudah rasa haus dan kantuk di mata, kuputuskan untuk mengambil buku secara acak di ruang tamu kemudian membacanya di kamar, berharap setelah itu dapat kembali tidur.

"Ya..Tuhan..!" Belum selesai rasa takut yang kualami dalam mimpi tadi, kini didepanku terbujur kaku seorang perempuan di atas ranjang. Dan perempuan itu adalah Aku.

Aku yakin ini pasti hanya mimpi, bisa jadi ini mimpi didalam mimpi. Bagaimana tidak? Sebelumnya Aku berada didalam hutan gelap sendirian dan berlari ketakutan. Saat Aku jatuh, kemudian tersentak kaget dan bangun dari tidur, rasa haus menyerangku, tanpa sadar aku sudah berada diruang dapur lalu dengan serakahnya menenggak habis sebotol air dalam satu kali teguk. Dan sekarang, Aku melihat tubuhku sendiri diatas ranjang. "ini pasti mimpi..!"

Buku yang kupegang jatuh begitu saja dari genggaman tangan. Mataku terpaku membaca judul yang tertulis disana. "LEAVING THE BODY." Ku-eja perlahan deretan huruf yang terpampang di cover buku.., tidak..tidak!

"Tidaaak..!"

"Tara..Tara..bangun!" Ibu membangunkanku. 
"Mimpi apa kamu sampai teriak-teriak seperti itu?" Tanyanya dengan wajah yang heran melihatku.

"Mimpi ya..mimpikan?" Dengan polosnya aku malah balik bertanya dan sekaligus senang karena yang kualami memang benar-benar mimpi.

"Makanya kalau tidur jangan lupa baca doa, ibu yakin kamu pasti tertidur setelah membaca buku. Sana..cepat bangun dan sholat Subuh!" Ibu berlalu setelah sebelumnya memungut buku yang tergeletak diatas lantai samping ranjang, kemudian meletakkannya di atas perutku. 

Dengan malas kuambil buku itu lalu sekilas melihat judulnya 'Leaving The Body-Proyeksi Astral'. Aku sudah terlalu lelah dengan reksi kaget dan sejenisnya. Mimpi didalam mimpi yang kualami semalam benar-benar menguras tenaga. Apa ini yang dimaksud dengan Pengalaman di luar badan? Aku tidak tahu, kuputuskan untuk memikirkannya nanti. Saatnya sholat Subuh, azan sudah lama meninggalkanku 30 menit yang lalu.

Bersambung...

Ptk, 24 April 2016
ODOP2-Ayo Menulis!


Komentar

  1. Wuihhh.... Seremm... Kirain cuma ada di sinetron doang.

    BalasHapus
  2. Wuihhh.... Seremm... Kirain cuma ada di sinetron doang.

    BalasHapus
  3. Hehe..iya mba. Emang ada beneran yg kayak gini mba.

    BalasHapus
  4. Silahkan mba Raida..asalkan jangan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. 😀

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah