Langsung ke konten utama

Topeng (bag.2)


-Satu hari sebelum pembunuhan-

Laki-laki itu menatap wanita cantik didepannya, kemudian menarik wanita tersebut masuk dalam dekapan, erat hingga tak mungkin terlepas. Sesaat wanita itu merasakan kebahagian atas kemenangannya, keinginan untuk meraih keuntungan dari pria yang memeluknya dengan penuh cinta ini sudah terwujud. Dengan kecantikan dan keindahan tubuhnya, Ia dapat menaklukkan siapa saja, para pria dengan jabatan tinggi di perusahaan tempatnya bekerja dan termasuk laki-laki yang kini sedang memeluknya, turut bertekuk lutut lagi tak berdaya.

Rasa bangga yang menjalar hingga keubun-ubun wanita itu sayangnya tak bertahan lama. Dekapan mesra yang ia dapatkan berubah menjadi pelukan berujung maut. Kecantikannya tak lagi menjadi kekuatan untuk membuat siapa saja yang berhadapan dengannya berpikir untuk melindungi, tidak.., kali ini justru kecantikannya tak lagi berharga dan tak dapat membantu. Sang pembunuh membuatnya mati lemas tak berdaya dalam dekapan yang semakin erat dan kuat. Tangan kanannya membekap mulut dan hidung wanita itu hingga ia tak sempat bernafas apalagi berteriak. 

Sebilah pisau berlumur darah kemudian merobek wajah cantik wanita itu. Hera panik dan berteriak. Sontak ia bangun dari tidurnya, nafasnya masih tersengal-sengal. butuh waktu tiga sampai lima menit untuk dapat kembali menguasai kesadarannya.

Mimpi..ini hanya mimpi. Bisik Hera di dalam hati. Aku sepertinya mengenal wanita itu. Wajahnya juga tidak asing. Sudahlah..inikan hanya mimpi. Hera berusaha untuk kembali tidur setelah dapat menenangkan perasaannya. 

*****

Hera masih merasa sedikit pusing, mungkin ini efek dari kecelakaan seminggu yang lalu, dan ini menjadi masalah dalam pekerjaannya dikemudian hari. 

"Eh..kamu, kenapa malah bengong. Cepat bereskan peralatannya!" Bentak salah seorang wanita. 

"Apa kamu tiba-tiba jadi bodoh setelah ditabrak truk?, makanya kalau jalan jangan sambil melamun, masa' sih truk sebesar itu tidak kelihatan?!" Sambung wanita itu menyudutkan Hera. Posisinya sebagai karyawan magang memang seringkali dipandang sebelah mata oleh para senior. Tak jarang pula bahkan diperlakukan rendah melebihi OB. 

Mita adalah teman baik Susy, kejadian yang menimpa almarhumah membuat emosinya meledak-ledak beberapa hari ini. Polisi belum dapat menangkap pelaku pembunuhan. Dengan tidak adanya saksi mata, hal ini membuat polisi semakin kesulitan memecahkan kasus tersebut.

"Hera..kamu di panggil Pak Dimas!" Sasa yang melewati ruangan tempat dimana Hera sedang diomeli menyampaikan pesan tersebut.

"Uuh..ada saja yang mengganggu, sana temui Pak Dimas dulu, setelah itu bereskan lagi kerjaan kamu disini!" Perintah Mita pada Hera. 

Tak menunggu dua kali kalimat perintah itu disemburkan dari mulut seniornya, Hera segera keluar menuju ruangan Pak Dimas. Atasan yang satu ini memiliki wajah yang sangat tampan, nyaris karyawan wanita seisi perusahaan menggilainya. Ini kedua kalinya Hera berhadapan dengan Pak Dimas, yang pertama kali saat Hera diwawancarai beliau dan yang keduanya adalah saat ini.

"Selamat siang Pak Dimas, Bapak memanggil saya?" Hera menyapa setelah dipersilahkan masuk.

"Iya, Kamu sudah sehat Hera?, saya dengar kamu mengalami kecelakaan." Pak Dimas menanyakan kondisi Hera.

Mimpi apa Aku semalam, atasanku yang super tampan ini memberi perhatian. 

"Iya pak" Hera hanya menjawab singkat. 

"Kamu jangan pulang hingga larut malam, tindakan kriminal di Ibu Kota sangat mengerikan, saya tidak ingin kehilangan karyawan lagi. Berhati-hatilah, usahakan untuk pulang bersama teman dan jangan sendirian!" Pak Dimas mengingatkan Hera. "Jika kamu punya kesulitan selama masa magang jangan sungkan untuk meminta bantuan saya." Sambungnya lagi. 

Pertemuan dengan Pak Dimas tidak berlangsung lama, beliau hanya memastikan keadaan karyawannya. Pak Dimas selain memiliki wajah yang tampan juga perhatian terhadap karyawannya. Hampir tak ada celah baginya untuk memiliki kesalahan. 

*****

Hera berjalan menaiki anak tangga di lantai teratas. Tugas dari seniornya yang bernama Mita itu tak pernah habis, selalu saja ada pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya. Dalam remangnya cahaya, samar-samar Ia mendengar pembicaraan.

"Disini tidak ada siapa-siapa, kamu jangan macam-macam ya!" bentak wanita itu pada seseorang yang bicara dengannya lewat telpon seluler.

Hera mengenali suara wanita itu, Mita, senior yang hobi memberinya tugas. Perlahan-lahan Hera menaiki anak tangga, ia ingin melihat apa yang dilakukan Mita dan orang yang menghubunginya tadi. Di ujung lorong lantai 25, Mita berdiri membelakangi sebuah pintu, kelihatannya Ia sedang mencari orang yang akan ditemuinya. Pintu dibelakang Mita terbuka, ketika Mita berbalik, sebuah tongkat besi menghantam kepalanya berulang-ulang. Melihat kejadian itu, Hera kaget dan tanpa sadar melangkah mundur, kakinya yang tak jauh dari anak tangga kehilangan pijakan sehingga membuatnya jatuh.

"Aaaa..." Hera berteriak dengan kencang. 

"Her...Hera..Kamu tidak apa-apa?" Salah seorang penghuni kost mengetuk pintu kamar Hera dan bertanya tentang keadaan Hera. 

"I..iya, aku tidak apa-apa, hanya mimpi" Sahut Hera masih dengan nafas yang tidak teratur. 

Mimpi lagi. Tapi mimpi-mimpi ini sangat aneh. Sebelum pembunuhan Susy terjadi, sehari sebelumnya Hera juga mengalami mimpi pembunuhan. Kemudian apa yang dilihat Hera didalam mimpi itu menjadi nyata esok harinya. Dan kali ini Ia kembali mengalami mimpi tentang pembunuhan juga, Hera jadi penasaran, apa besok ia akan mendengar berita kematian Mita, seperti dalam mimpinya? Hera menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mungkin itu terjadi. Imajinasinya sangat keterlauan kali ini. Sekejam apapun seniornya itu, Hera tidak akan mungkin membayangkan hal itu terjadi.

Bersambung ke bag.3


Komentar

  1. Heheh..sabar ya mba. Ini mau di kasi titik (di stop) doang tapi nanggung. Semoga tetap setia di gelombang yang sama.

    BalasHapus
  2. wah Mita yang sadis apakah akan menjadi korban ?? T_T

    BalasHapus
  3. Benar-benar penuh misteri sampai aku ikutan pusing karena menebak-nebaknya. :D

    Aku bingung mengapa polisi tidak mengintrogasi Hera yang kecelakaan di dekat lokasi pembunuhan dan terjadi pada malam yang sama.

    BalasHapus
  4. Ehhh ehhh aku bergidik ngeri kalau soal pembunuhan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah