Langsung ke konten utama

Yang Kosong #5

-Disinilah, Aku-

Google 


Maka disinilah Yalsa menjalankan hukuman. Rasa ingin tahunya yang besar dan keberaniannya menegur hingga membuat si pasien mengamuk dan seketika pingsan membuat nyonya besar tertarik.

Hukuman yang entah sampai kapan dijalankan Yalsa adalah merawat Tuan Winarta hingga sembuh.

Dokter Muda yang dari awal merawat Tuan Winarta hanya sesekali datang memeriksa pasien sesuai jadwal yang ditentukan. Semakin lengkaplah penderitaan yang Yalsa rasakan. Ia tidak senang meski dompetnya dijamin lebih tebal dua kali lipat.

"Dokter...!" panggil Yalsa setengah merengek.

"Aku yakin kamu mampu, Yalsa. Percayalah!" dokter Muda memberi semangat pada perawat andalannya itu. "Hubungi aku, jika kamu perlu sesuatu, ok!" pintanya sebelum menutup pintu mobil.

Yalsa pasrah, kakinya masih betah berdiri lama sembari memandang mobil yang dikendarai dokter Muda hingga hilang di balik gerbang dan pagar yang tinggi.

Benar, semakin benci kamu dengan sesuatu, Tuhan akan membantumu mengatasinya, salah satunya adalah dengan mendekatkanmu pada hal yang tidak kamu senangi itu,  Yalsa. Batinnya berusaha bijak.

"Terimakasih Tuhan. Setidaknya, bantu aku menjalankan semua ini dan tolong jagalah aku dari segala hal buruk" khidmat gadis itu menengadahkan wajahnya ke langit, mengumpulkan energi--menghasilkan semangat-- untuk melaksanakan pekerjaannya di sini, di rumah megah dengan segala kemewahan. 

Pada beberapa menit yang lalu bangunan itu tampak angker dengan warna hitam-putih. Kini, perlahan berubah memiliki warna yang cukup enak dilihat mata. 

"Baiklah ..., disinilah aku pada akhirnya. Lihat saja, jika si Tuan pemabuk itu bertingkah. Akan kubikin dia jera membawaku kesini!" semangat Yalsa setengah membara. 

Di taman, diantara pucuk-pucuk daun dan bunga-bunga yang bermekaran, kupu-kupu sedang pacaran.

****

"Kamu yakin saksi mata ada di rumah itu?" tanya seorang pria bertubuh besar pada temannya. Tangannya sibuk membolak balik koran pagi. Berusaha untuk tidak menarik perhatian orang-orang yang juga menikmati sarapan di kedai.

"Yakin, bang. Sudah tiga hari ini saya mencari informasi. Warga setempat bilang, kalau di rumah kepala kampung itu ada pendatang baru." jelasnya meyakinkan

"Malam ini kamu selesaikan dan ingat..., jangan sampai ada kesalahan lagi!" kalimat terakhir ditekan sedemikian rupa untuk memperingati rekannya.

Seperti malam itu, ketika yakin kalau saksi mata sudah tewas akibat tabrak lari, mereka lantas meninggalkannya begitu saja. Beruntung hal ini tidak diketahui bos. Maka dengan segenap kemampuan mereka berusaha mencari tahu keberadaan saksi setelah mengetahui berita yang tersebar keesokan harinya, bahwa mayat yang ditemukan di kawasan hutan kota hanya satu orang, wanita murahan itu.

Usai mengamati keadaan disekitar. Mereka lantas meninggalkan kedai kopi yang tidak jauh dari jalan menuju rumah kepala kampung, dengan satu kata yang tertancap di hati, selesaikan! 


#cerbung-selesai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah