Langsung ke konten utama

Mencari dan mencari.

Aku sudah cari kesana kemari, di tempat kursus tak kutemukan, di rumah murid yang belajar ngaji juga tidak ada.

"Mungkin dia di rumah" begitu pikirku

Sesampainya dirumah aku memulai aksi pencarian, pertama rak buku, kubuka satu persatu buku koleksiku, membolak balik halamannya, jika tak ada disatu buku..maka kucari lagi dibuku yang lainnya. Selesai mengaduk rak buku kulanjutkan pencarian di dalam kamar. Proses pencarian yang panjang, hingga memakan waktu dua jam didalam kamar, mulai dari kasur sambil tidur-tiduran, jongkok lalu lompat-lompat, kemudian iseng nyalakan tv, kupikir..siapa tau ingat sesuatu saat nonton nanti. 

Cukup...aku bosan dikamar, lagi pula yang dicari tak kutemukan. Perutku mulai lapar. Segera saja aku berpindah ruangan, lapar sebenarnya memiliki kekuatan tersendiri, yaa..apalagi kalau bukan kekuatan untuk berusaha mengatasi rasa lapar itu sendiri. Baiklah..pencarian dipending dulu..karena urusan perut kini jadi nomor satu.

Keterlaluan..benar-benar tak bisa dihindari, rasa penasaran malah semakin menjadi-jadi. Walau tangan sibuk menyendok dan mulut mengunyah nasi, otakku masih keliling mengingat dan mencari kesana-kesini.

"Dimana dia.., aduh..bagaimana ini..?" Aku bicara sendiri.

Setelah makan, aku kembali mencari, tapi kali ini tidak dengan paksaan harus dapat, mungkin karena panik otakku malah terkunci, santai saja..pasti ketemu nanti.

******

Jam menunjukkan pukul 20.00

"Belum dapat..haduuh!" Aku menjerit sekencang-kencangnya..tapi dalam hati. Kan gak mungkin teriak benaran..nanti disangka kesurupan sama orang-orang dirumah, bagaimana?

"Kenapa aku ini, apa karena gara-gara gerhana matahari yang terjadi hari ini aku jadi begini..?" Aku kesal pada diri sendiri dan mulai menyalahkan pertemuan sang matahari dan bulan. Mungkin aku cemburu dengan pertemuan mereka yang singkat namun sangat romantis itu.

Baiklah..,walau yang kucari tak temukan, aku tetap harus melawan kehilangan. Putus asa mencari ide untuk menulis itu memang menakutkan. Tapi lebih menakutkan jika kau tak dapat menulis ide yang tak ditemukan. 


#bonus puisi

Cukuplah sekian ku tuliskan
Cemasnya hati seharian
Ide yang dicari tak kutemukan 
tapi Alhamdulillah bisa jadi tulisan

Walau kali ini banyak keluhan
Mohon berkenan dimaafkan
Berharap lebih, dapat masukan
Dari teman-teman seperjuangan.

(Mmm..kenapa seperti pantun ya..? Tapi aku yakin ini puisi..ah mungkin ini memang karena gerhana matahari, pertemuannya dengan bulan membuatku iri)





Komentar

  1. Cukuplah sekian ku tuliskan
    Cemasnya hati seharian
    Ide yang dicari tak kutemukan
    tapi Alhamdulillah bisa jadi tulisan

    Walau kali ini banyak keluhan
    Mohon berkenan dimaafkan
    Berharap lebih, dapat masukan
    Dari teman-teman seperjuangan.


    aku suka puisi bin pantun ini.^_^ kereeeennnn...

    BalasHapus
  2. Makasih mba..puisi bin pantun tepat sekali namanya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka