Langsung ke konten utama

Langit-langit Putih

Ditempat lain, salah satu kamar dengan warna putih mendominasi dindingnya, terbaring lemah seorang wanita yang tak berdaya membuka mata, saat kesadarannya sudah penuh, otaknya mulai bekerja mengingat dan menyimpulkan sebab ia berada diruang asing ini. 

Benturan yang tak terelakkan terjadi, masa itu, memburu waktu pagi sudah menjadi rutinitasnya, mengantar buah hati dan menuju tempat kerja. Seingatnya ia dihalang oleh dua kendaraan, yang satu wanita sedang lainnya adalah pria. 

Pintu ruang itu terbuka, memutuskan ingatan wanita yang sedang berusaha merunutkan peristiwa yang dialaminya.

"Selamat pagi Ibu April, anda sudah siuman?" Sapa seorang perawat yang baru masuk dalam kamar rawat.

"Berapa lama..?" Pertanyaan dibalas pertanyaan, kalimatnya menggantung karena sulit diteruskan. Namun perawat paham maksud kalimat tersebut.

"Dua hari bu, sejak kedatangan anda sampai dengan siuman" perawat memberitahukan.

April kembali menutup mata, sepuluh menit sejak siuman dan mengingat sesaat kejadian yang menimpanya membuatnya lelah. Ia belum kuasa merunut semua kejadian sebelum kecelakaan, tidur adalah pilihan untuknya setelah perawat menyuntikkan cairan kedalam selang infus.

Lima jam kemudian April kembali siuman, pintu kamar dibuka perlahan. Seorang pria muda berjas putih ditemani dua orang perawat yang salah satunya telah April lihat saat pertama kali membuka mata.

"Selamat pagi Ibu April, saya akan memeriksa anda sebentar" Dokter tersebut menjalankan tugasnya, meraih stetoskop yang melingkar di leher dan menempelkan bagian chestpiece yang memiliki dua sisi dibadan pasiennya untuk memperjelas suara dari jantung, paru dan usus. Syukurlah alat ini ditemukan sejak tahun 1816 oleh Rene Theophile Hyacinthe Laennec yang berasal dari Perancis dan berkembang semakin sempurna diakhir tahun 1970-an, sehingga dokter muda tersebut tidak perlu menaruh telinga didada pasiennya.   

Beberapa rangkaian pemeriksaan telah dilakukan dokter muda, rona wajahnya tampak senang melihat perkembangan pasiennya. Ia memberitahukan pada kedua perawatnya untuk memindahkan pasien dari kamar ICU ke ruang observasi. Setelah dilakukan operasi kecil dan 24 jam tak sadarkan diri, perkembangannya sangat baik sehingga Ibu April tinggal menjalankan masa pemulihan. Dokter mengakhiri pemeriksaan dan beralih keruang berikutnya, Ada pasien dengan umur yang masih sangat muda dalam kondisi koma.

Langit-langit putih menyapa April, setelah beberapa alat dilepas dari tubuh, hanya infus saja yang masih tersisa, Ia mulai mengingat seluruh kejadian yang menimpanya. Setelah lengkap semua kejadian diingat, April kemudian memanggil suster dengan menekan tombol disamping ranjangnya. Tak butuh waktu lama, seorang perawat datang menghampiri dan menanyakan kebutuhan April.

"Iya ibu April, ada yang bisa saya bantu..? katanya dengan ramah.

"Anak saya suster, dimana dia?" tanya April tak sabaran.

"Dia masih dirawat diruang lain bu" jawab suster singkat.

Sebelum April melanjutkan pertanyaannya seseorang datang mengetuk pintu, tamu yang berkunjung adalah salah satu teman kantornya, Desi. Darinya April tau apa yang terjadi setelah kecelakaan. Mulai dari dihubungi oleh orang-orang yang berada dilokasi kecelakaan sampai dengan kondisi buah hatinya yang terbaring koma. Sedihnya tumpah seketika dan cemas lahir tak terkendali. April ingin bertemu putranya. Afa.

bersambung..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah