Langsung ke konten utama

Dedek..Jangan Nakal..!

"Siapa itu..kok belum dijemput...?" Teriakku menegur anak kecil yang sedari tadi mengintipku dari balik etalase. Aku tak menggubrisnya kali pertama ia mengintip, namun ini sudah ketiga kalinya, pasti ia punya keperluan mendesak tapi malu atau takut menyapaku.

Sudah pukul 17.00 wib, apa dia belum dijemput orang tuanya..?. Aku membatin. Baiklah..lebih baik aku keluar, barangkali ia ada di depan pintu kantor. Tapi tak ada siapa-siapa di depan kantor. Dari kejauhan kulihat Tita dan Ragil siswi kelas VII yang baru keluar dari kelasnya, sepertinya baru selesai remedial.

"Tita..Ragil.." aku memanggil kedua anak itu.

"Iya bu.." sahut mereka sambil berlari menghampiriku.

"Apa anak TK hari ini berseragam putih?" Tanyaku memastikan warna baju seragam anak TK  berada di lantai 1 dan 2. Maklumlah aku jarang sekali ke gedung ini, wajar jika aku tak pernah ingat seragam yang anak-anak TK kenakan sehari-hari.

******

Namaku Mei, aku bekerja sebagai pegawai honor Tata Usaha di SMP Swasta, kebetulan sekolah ini menumpang di gedung TK berlantai 3. Lantai paling atas ini sebelumnya adalah sebuah aula besar yang baru selesai dibangun, otomatis belum pernah digunakan oleh pihak TK untuk menyelenggarakan acara atau kegiatan apapun. Karena TK, SD dan SMP masih dibawah payung (yayasan) yang sama, dan karena saat ini gedung SMP belum selesai dibangun, maka untuk sementara SMP menumpang dulu di lantai tiga gedung TK.

Aku hanya sesekali datang ke lantai tiga jika ada tugas dari kepala sekolah, posisiku sebenarnya di gedung SMP yang saat ini sedang dibangun. Lantai satu SMP dipakai untuk siswa putra belajar, disana juga kantor kepala sekolah berada, sedangkan lantai tiga gedung TK yang kami tumpangi saat ini untuk siswa putri belajar. Walau posisi siswa putra dan putri terpisah..para guru tidak kesulitan mengatur jadwal belajar dan mengajar. Semua dapat dilaksanakan dengan lancar.

Hari ini aku datang ke lantai tiga gedung TK, ada pekerjaan yang harus diselesaikan terkait data calon siswa SMP kami tahun ajaran baru nanti. Jam belajar di SMP sangat panjang. Full Day, mulai dari pukul 07.00 - 16.00 wib. Jika sekolah lain belajar di hari senin sampai sabtu, maka sekolah kami hanya belajar di hari senin sampai jumat, sabtu dan minggu dimanfaatkan untuk istirahat.

Pekerjaanku belum selesai jadi kuputuskan untuk lembur, mungkin pulangnya malam sekitar pukul 21.00 wib. Ibu Ani wakil kepala sekolah, baru saja selesai melaksanakan remidi. Sebelum menuju tangga ia mengingatkanku untuk memeriksa kondisi lampu kantor, karena sepengetahuannya lampu kantor tidak berfungsi, maklum gedung baru jadi, instalasi listrik sudah pasti belum rapi.

Tak masalah bagiku, aku bisa menyiapkan keperluan pencahayaan sementara dimalam hari..apa susahnya, kan ada lampu emergency. Namun kenyataannya tak semudah yang kupikirkan sebelumnya. Lampu emergency tak dapat menyala, aliran listrik juga tidak ada. Mungkin ada kabel yang belum tersambung. Sebentar lagi magrib, aku tak dapat memaksakan diri untuk tetap lembur dalam kondisi gelap gulita. Kuputuskan untuk pulang saja.

Ruang kantor sudah rapi, jendela dan pintu sudah dikunci, aku pun mulai menuruni anak tangga dengan hati-hati sebab listriknya 'mati'. Saat menuruni anak tangga pertama, sekilas terlihat ada seorang anak disudut tangga kedua. Ketika sampai di tangga kedua, tak kutemukan seorang anak disana, mungkin karena gelap aku jadi tidak fokus atau bisa jadi karena sebelumnya aku masih memikirkan anak kecil yang mengintip dikantor tadi sore. Kuputuskan untuk segera keluar dari gedung ini, aku benar-benar lelah dan ingin segera mandi.

*******

Pagi hari, aku sudah duduk manis di lantai tiga gedung TK, satu persatu guru dan siswa berdatangan. Setelah bel masuk berbunyi siswa memulai pelajaran pertamanya dengan semangat.

"Bagaimana lemburnya kemarin Mei..?" Tanya Ibu Ani padaku.

"Tidak jadi bu, listriknya padam, gara-gara gelap, kemarin sampai salah lihat, Mei lihat anak kecil disudut tangga." Aku menceritakan apa yang aku alami kemarin sore dan menjelang magrib.., saat diintip seorang anak kecil yang ku pikir anak TK yang belum dijemput orangtuanya dan anak kecil disudut tangga.

Ibu Ani tersenyum, kemudian memuji pikiranku yang menyangka anak kecil itu seperti apa yang aku ungkapkan tadi. Beliau kemudian menceritakan bahwa ada sosok makhluk halus berwujud anak kecil yang sering muncul saat sore hari dan menjelang magrib. Guru-guru menyebutnya dedek lantai tiga, syukurlah hingga saat ini sosok tersebut tidak memperlihatkan wujudnya di depan para siswa, kebayangkan bagaimana reaksinya. Dan sosok itupun memamg lebih sering terlihat oleh guru-guru, apalagi di saat rapat yang kadang memakan waktu cukup lama hingga selesainya menjelang magrib.

Setelah mendengar penjelasan Ibu Ani, jujur aku sempat sedikit takut, tapi kupikir disaat kita tidak mengganggunya apa yang harus ditakutkan, dia (dedek lantai tiga) hanya salah satu makhluk yang Allah ciptakan. Rasa takut hanya patut ditujukan pada Allah, takut jika Allah tidak Ridha atas apa yang kita lakukan, Takut jika ibadah dan segala amal baik kita tidak diterima-Nya.

So..aku hanya bisa bilang "Dedek lantai tiga..jangan nakal yaa!?"

Komentar

  1. Wow... ceritanya sedikit horor tapi dibawa santai... semangat terus untuj menulis mba!

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin karena "dia" anak kecil mba, jadi bisa santai.
      terimakasih sudah berkunjung. :)

      Hapus
  2. Wow... ceritanya sedikit horor tapi dibawa santai... semangat terus untuj menulis mba!

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. apalagi jika menjelang magrib, sendirian dan gelap. huff.. :D

      terimakasih sudah berkunjung. :)

      Hapus
  4. Mmmm.. Penyampaian ceritanya bagus. Aku merinding hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih, syukurlah hanya merinding..saya malah meriang..hehee

      terimakasih kunjungannya

      Hapus
  5. Jalan ceritanya bagus, mbak..
    Saya suka nih..
    Btw, ini nyata atau hanya fiksi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih bang Syiha.
      ide tentang si "dedek" nyata bang, jalan ceritanya fiksi.
      terimakasih sudah berkunjung bang. :)

      Hapus
  6. lain kali,...dedek kenalan yaa... *eh #tutupmuka

    he...main ya mbak ke sakifah88.blogspot.co.id :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba sakifah..cius??

      makasih sudah berkunjung.. :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah