Langsung ke konten utama

Waktuku

Masa telah dibatas sejak semula
Ujung lorong misteri itu menunggu
Dalam bayang gelap tak terlihat
Tak mampu pastikan ada-tiadanya

Ini hanya masalah posisi
Ada dan tiada
Makna adanya berarti masih disini
Dalam planet cantik bernama Bumi
Sedang tidaknya adalah hilang dalam tangkapan indra
Jangan ditunggu
Karna ia-nya pasti
Penantian kini hanya sisa
Saatnya mengumpulkan remah-remah pahala

Wahai jiwa
Kini kau ada
Dalam tubuh ringkih lagi rapuh
Entah kapan kau tiada
Melepas diri dari tubuh

Jika sampai waktu itu
Maka pergilah
Namun sedikit kesempatan kuharap dapat tinggalkan pesan
Bahwa kematian itu pasti datang
Bahwa waktunya menjadi misteri
Dan sakitnya perpisahan itu hanya dirasa sendiri
Lalu duka bagi yang menangisi
Tak dapat menanggung si mati

Wahai jiwa
Mari kupaksa kau persiapkan diri
Meraih pahala sebelum mati
Apalah arti kesenangan duniawi
Jika nyala bara jadi tujuan nanti


Komentar

  1. hmm,,entah kenapa tema waktu slalu saja trasa menohok:")

    keren puisinyaa,aku sukaa^^

    BalasHapus
  2. berarti mba Aira sangat sadar akan pentingnya waktu, saya yakin mba juga orang yang sangat menghargai waktu.

    terimakasih :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah