Langsung ke konten utama

Misteri Awan Putih

Nyanyian waktu bergaung berderu
Penikmat masa terkapar terlena
Hidup melangkah menyambut hari baru
Hingga maut yang misteri tiba

Berderu..
Terlena..
Hari-hari baru..
Maut tiba..

Ujung nafas ini kan berakhir
Penantian ini pun akan sampai
Persiapkan diri  menuju Yang Mulia
Di Arasy Agung penuh Cahaya

********

Cerita sebelumnya..
Afa menikmati kegilaan sesaat setiap pagi dari pengendara-pengendara motor yang mengejar waktu. Selagi Afa sibuk dengan pikirannya, ibu berusaha menghindari dua pengendara motor yang menghalangi jalannya. Mereka melaju dari arah berlawanan, dengan klakson panjang ibu memberi tanda peringatan agar mereka menghindar atau mengurangi kecepatan. Kali ini tak ada kemarahan atau bentuk kesal lainnya yang biasa hadir setelah melihat aksi para pengendara motor yang terkena sindrom terlambat dipagi hari, Ibu berkata "syukurlah kita masih selamat, entah amal ibadah siapa yang sangat baik dimata Tuhan, sehingga tak ada yang celaka".

********

Awan putih tak terlihat, berganti mendung yang menyapa pagi, mungkin pagi ini akan turun hujan. Afa melangkah tenang memasuki gedung sekolah, tak seperti biasanya pada pukul 6.40 halaman sekolah sudah dipenuhi oleh ramainya para siswa. Afa melirik kembali jam tangannya, bisa jadi ia yang terlambat kali ini, ternyata tidak..waktu masuk masih jauh, 30 menit lagi. Afa masih juaranya, ia tak pernah terlambat ke sekolah karena ibu selalu mengantarnya lebih pagi, walaupun hari ini mereka hampir mengalami kecelakaan, syukurlah Afa tetap sampai disekolah lebih awal. 

Mendung semakin gelap tapi hujan tak juga turun, Afa duduk dikursinya sambil menatap keluar jendela memandang para siswa yang merayakan semangat pagi. Ada yang berlari-lari mengejar temannya, ada yang ngumpul sambil sesekali tertawa terbahak-bahak dibawah pohon tanjung terindang disekolah, ada pula yang duduk sendiri membaca buku di bangku-bangku yang tersedia di pinggir halaman. Afa tak mengenali mereka, karena status anak baru yang masih disandangnya. Tapi sebaliknya, teman-teman sekolah mengenal Afa dengan julukan 'Gunung Es' sebab sikap pendiam serta wajah manisnya yang tentu saja digemari siswa putri dari setiap tingkat kelas. 

Bel berbunyi tiga kali, tanda pelajaran akan dimulai. Para siswa masuk ke kelas masing-masing dan memulai pelajaran. Hari ini ada yang berbeda dari biasanya, teman-teman sekelas tidak menyapa Afa, mereka sibuk mempersiapkan buku-buku pelajaran dan memeriksanya jika mungkin ada tugas yang terlupakan.

Begitu pula saat istirahat tiba, Afa merasa seperti tidak diperdulikan oleh orang-orang disekitarnya, dan lagi hari ini Afa merasa pendengarannya sedikit terganggu, suara-suara disekitar terdengar lebih berisik dari biasanya. Suara kicau burung di batang-batang pohon tanjung, lebah yang terbang mengitari bunga di pot-pot depan ruang kelas dan suara-suara teman-teman yang memang sudah berisik sebelumnya menjadi lebih berisik lagi kali ini.

Afa merasa aneh sendiri, kali pertama ia merasa tak diperdulikan walau sebelumnya ia sendiri tak terlalu memperdulikan orang-orang disekelilingnya, tapi ini berbeda, walau ia ada namun seperti tak diakui keberadaannya, pasti ada yang salah, begitu pikirnya.

"Dani..!" panggil Afa pada salah satu teman sekelasnya yang berjalan menuju kantin sekolah. tapi yang dipanggil tidak menoleh, atau bisa jadi tak mendengar. 

"Daan..Danii..!" Untuk kedua kalinya Afa memanggil dengan suara lebih nyaring, yang dipanggil berhenti, sesaat berpaling..kemudian melanjutkan langkahnya menuju kantin sekolah.

Afa bingung sendiri, Dani tak biasanya begini, ia termasuk yang paling sering menemani Afa disekolah, keperpustakaan atau kekantin biasanya bersama-sama. Mungkin Afa punya salah, atau Dani tak melihat siapa yang memanggilnya. Afa merenungi sikap temannya dengan perasaan sedih.

bersambung..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Blog Jadi Media Belajar, Kenapa Tidak?

Blog sebagai Media Pembelajaran  Resume ke-5 Gelombang 29 Rabu, 28 Juni 2023 Narasumber: Dail Ma'ruf, M. Pd Moderator: Helwiyah, S. Pd, M.M.  KBMN 29 - Pertemuan kelima dilaksanakan pada Rabu, 28 Juni 2023. Bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.  Narasumber kali ini adalah seorang alumni KBMN gelombang 20. Beliau adalah Bapak Dail Ma'ruf, M. Pd yang akan membawakan materi 'Blog sebagai Media Pembelajaran'. Dimulai dengan kisah 'nol'-nya dalam dunia menulis, Pak Dail meyakinkan peserta bahwa jika punya niat dan kemauan, maka apa yang dicita-citakan akan terwujud. "Blog dan media pembelajaran itu apa?" Pak Dail memantik pertanyaan untuk mengurai materi yang akan disampaikannya.  Sejarah adanya blog, dikenal pada awal reformasi tahun 1998 oleh Jhon Barger.  Awalnya blog hanya dijadikan sebagai media untuk menulis buku harian, tapi kemudian berkembang hingga menjadi 12 jenis, di antaranya ada blog pendidikan, pribadi, sastra, bertopik, hukum, agama, bisnis...

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang d...