Langsung ke konten utama

Hukum "Truk Sampah"

Banyak orang seperti (membawa) truk sampah, mereka berjalan keliling mambawa sampah seperti: frustasi, amarah, dan kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka butuh tempat untuk membuang sampahnya. 
(David J. Pollay) 

Pagi tadi, pukul 06.30 mama memintaku untuk membeli sarapan untuk kakek. Setelah sarapan nanti kakek harus minum obat. Tapi karena makanan belum siap, membeli sarapan diluar adalah pilihan terbaik. Kebetulan pilihan kakek adalah martabak mini. Dengan gerak cepat aku harus berpakaian lengkap dan tancap gas menuju Pasar Mini Awiel.

Pasar Mini Awiel letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku, tapi walaupun terhitung dekat, tetap saja harus mengendarai motor, sebab jalan untuk menuju pasar tersebut harus memutar dan melawati jembatan yang terbentang diatas sungai kecil, jalan kaki akan memakan waktu lama, apalagi aku harus mengantar adik ke sekolah.

Pasar Mini Awiel adalah pasar kecil yang dikelola oleh Pak Awiel, terdapat beberapa kios yang mewakili kebutuhan para ibu secara umum. Ada kios sayuran, kios buah-buahan, kios ikan dan daging segar, kios perabotan rumah tangga khususnya yang biasa terdapat didapur, kios pakaian, kios bumbu masakan, dan terakhir kios kue dan makanan jadi. Belanja di pasar mini Awiel cukup memuaskan, dengan kelengkapannya dan tentunya jarak yang dekat dari rumah.

Aku mencari wujud martabak mini berbentuk setengah lingkaran di atas meja panjang Pak Awiel, banyak jenis kue tersedia, mulai dari kue tradisional sampai kue untuk pesta, cukup sulit menemukan kue pilihan kakek. Aku memutuskan untuk bertanya pada abang penjaga kios kue.

"Bang..martabak mini bagian mana ya?" Tanyaku akrab.

"Wah..sayang sekali ndak hadir dia kak" jawab si abang, sambil bercanda.

Maklum, aku salah satu pelanggan setianya. Bahkan dulu saat masih SMP, pernah jadi partner kerja, sering menitipkan kue buatan mama di kios si abang, dan kueku..eh maksudnya kue mamaku adalah kue terlaris dimasa itu..selalu menempati rating 1, Hehehe..

Baiklah karena martabak imut itu tidak ada, pilihan lainnya adalah apam kukus, dengan taburan parutan kelapa, kue ini pasti bisa membangkitkan selera kakek, begitulah pikirku.

Seorang ibu bertubuh subur berdiri disampingku dengan tangan kiri memegang hp di telinga sedang tangan kanannya memilih kue apam kukus..

"Oh..my God..serius nih si ibu..(jorok banget)" batinku.
Ibu itu memilih dengan tanpa segan tangannya mengaduk kue tersebut.

Demi melihat aksinya aku terpaku, otak jadi sempat mikir, batalkan sajalah membeli apam kukus itu.

Belum selesai otakku memutuskan, ibu itu dengan santainya mencomot kelapa parut di sisi tempat kue dengan tangannya. Saat ia selesai memasukkan kue-kue itu ke kantong kresek putih bening, berlalulah si ibu dari sampingku. Tanpa sadar mata ini mengikutinya.

Diluar dugaan, merasa diperhatikan si ibu langsung sewot.

"Liat apa dek, tangan saya bersih..lama kalau pakai penjepit, tau...!" Bentaknya.

"Eh..enggak bu." Balasku

Jujur saja aku mau protes. Nih ibu ndak berperasaan, kan kasihan yang punya kue. Kalau jualannya cepat basi sebab enzim dan kuman-kuman dari tangan si ibu yang entah menyentuh barang-barang apa saja sebelumnya. Yang pasti tidak bisa dijamin kebersihannya.

Aku versi manusia yang cinta damai, aku ndak akan balas sewot hanya karena di bentak seperti itu, akhirnya aku beralih ke meja yang lain..sungguh si ibu masih marah-marah di belakangku..menegaskan bahwa tangannya tidak kotor, sangat bersih dan bla..bla..bla.

Kakakku pernah berkata, "beri 1000 alasan untuk saudara kita, agar hati lapang dan tak ada peluang untuk berburuk sangka, apalagi sampai jadi esmoni..eh..emosi" hehehe..

So..alasanku untuk ibu itu adalah, mungkin dia sangat terburu-buru, uang belanjanya kurang, anaknya sendirian dirumah, ditunggu suaminya di tempat parkiran, terlambat menyajikan masakan, ditagih rentenir, jatuh tempo pegadaian, dietnya gagal atau mungkin lagi sakit kepala. entahlah.

Mengingat kalimat David J. Pollay juga cukup menenangkan. Jadi jangan terima sampah yang tumpah dari truk sampah seseorang..tar mau kemana di buangnya, masak iya aku hari cari korban lain.

Komentar

  1. ditagih rentenir, jatuh tempo pegadaian, dietnya gagal atau mungkin lagi sakit kepala.

    Kayaknya itu sih mbak alasannya.. hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya mah alasan yang dietnya gagal..hehehe..

      Hapus
    2. Kalau saya mah alasan yang dietnya gagal..hehehe..

      Hapus
  2. Bagus mbak tulisannya...

    ***
    Nitip kue juga ya... Jgn cuma kakeknya yg dibeliin... He...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah..nanti saya kirim kuenya lewat email..hee..

      Hapus
  3. Keren mbak. Apalagi kalimat. Beri 1000 alasan agar tidak menyakiti orang lain. Intinya berbaik sangka ya Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..betul sekali. Baik sangka. 😄

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah