Langsung ke konten utama

DOA (part II)

"Innalillahi wa innailaihi roji'un" ucap ibu.

"Siapa yang meninggal bu..?" Tanya Tita cemas.

"Bukan meninggal Ta.., itu tadi dari teman tetehmu..Istrinya masuk rumah sakit" jelas ibu singkat.

"Tita pikir ada yang meninggal" jawab Tita

"Kalimat itu kan tidak untuk yang meninggal saja Ta.., tapi untuk yang mengalami kesulitan juga."

"Hemm..begitu ya bu" Tita mengangguk paham

" Kalau begitu.., Tita SMS-kan beritanya ke A Heru ya bu..? sekalian kasi tau kalau Hp Teh Ima ketinggalan disini." Usul Tita disambut anggukan Ibu yang berjalan menuju kamar tidur.

******

Ima bersiap ke kamar mandi, namun sebelum itu, rutinitas alam telah memanggilnya, perutnya sedikit sakit..mulas.

Untuk waktu yang lama Ima menghabiskan waktu di kamar kecil. Lantai keramik putih bersih tempatnya berpijak berubah warna, merah..darah.

"Ya Allah..." pekik Ima tertahan, panik campur takut.

"Duh Gusti nu Agung.."Tak terasa air mata Ima jatuh, walau sebelumnya Ia tak mengharapkan kehamilan kali ini, namun pada akhirnya keikhlasan telah terbangun untuk menerimanya sebagai anugerah.

"Ya Allah..ampunkan aku.." dalam isak tangis, Ima berduka sekaligus bersyukur. Hikmah dari kehamilan kelimanya pun mengurai satu persatu. Allah punya kehendak yang tak dapat diduga. Sekedar menguji hamba-Nya, kufur atau syukur. Dua bulan Ima menata hati menerima takdir, ketika bangunan ikhlas itu telah kokoh, Allah ambil janin tersebut dan membalikkan pikiran Ima sebelum hari dimana ia tak dapat menerima kehamilan diusia tua.

*******

Tersadar dari lamunan yang membayang sekitar 7 bulan yang lalu, Ima yakin ini cobaan, ujian yang akan membawanya bersabar dan ikhlas. Allah  pasti punya rencana. Kehamilan yang ke-6 ini tak akan membuatnya seperti dulu, Ia malu..Tobat dan berserah, jalani dan bersabar. Itulah tekadnya.

Walau sepenuhnya ikhlas, Ima berusaha mencari jawaban dari peristiwa 'luar biasa' ini, hamil dan diambil, lalu kemudian hamil lagi. Dalam waktu 1 tahun dua kali kehamilan terjadi. Mengingat usia yang tak lagi muda..mengapa rahimnya subur sekali. Ima heran membandingkan antara teori dan kenyataan.

"Subhanallah..walhamdulillah.." Ima berdzikir, takjub dengan kebesaran dan takdir-Nya.

Ima mengenang kehamilan dan kelahiran anak-anaknya. Satu persatu,  anak sulungnya Zahara (18 tahun), kemudian anak kedua yang bernama Zaskia (13 tahun), keduanya lahir normal. Ima tersenyum mengenang perjuangan saat melahirkan putri-putrinya.

Wajah Ima berubah sendu saat mengenang anak ketiganya, Zaid..bayi kecil itu hanya dapat menikmati dunia selama 3 hari, kondisinya sehat, tapi entah mengapa Ia tak dapat bertahan, dokter tidak banyak memberi penjelasan. Ima sendiri tak kuasa mencari tahu karena kondisinya lemah saat itu. Ikhlaskan..begitulah kata-kata yang seringkali Ima dengar dari para pelayat, keluarga dan sahabat. Putranya tiada.

Dua tahun berikutnya Ima hamil anak keempat, kebahagiaan tumpah ruah saat mengetahui Ima akan memiliki seorang putra, karena rahim Ima lemah, penjagaan dan perawatan super ketat Ia lakukan, begitupun suami dan keluarga besarnya..maklum ini ganti yang ketiga, begitu pikirnya. Namun Allah kembali mengujinya, putra keduanya ini pun harus kembali, hanya sehari Ima diberi Allah kesempatan berbahagia dengan purtanya, selanjutnya Ima kembali diminta untuk ikhlas dan tabah. Iming-iming tabungan syurga kembali menari ditelinga, siapapun yang mendengar duka itu selalu berkata demikian. Namun, bagaimanapun indahnya iming-iming itu tetap saja Ima tak kuasa untuk kembali kehilangan. Dua putra yang dilahirkan tak sempat Ia besarkan, lama ia marah pada Tuhan, hingga menuntut balasan..ganti atas duka kehilangan.

"Allahuakbar.." Ima berseru saat sadar, ada haru yang masuk ke relung hati, betapa Allah Maha Pengasih. Ima yakin Allah sedang memberi ganti, kehilangan anak ketiga dan keempatnya telah Allah penuhi.

Sesal dan malu Ima pada Tuhannya, mengingat saat kehamilan anak kelima ia meronta tak terima, padahal Allah sedang mengabulkan doanya dahulu. Mungkin justru rahimnya kuat diusia ini, karena selama 5 tahun terakhir Ima giat sekali menjaga kesehatan dengan obat-obat herbal.

Lain Ima, maka lain pula kisah sahabatnya. Saat Ima keguguran, Tania harus dioperasi, sel telurnya tersumbat dan tak mampu menuju rahim, hingga akhirnya saluran tuba falovi bagian kiri rahim harus diangkat. Kemungkinan hamil untuk Tania kecil sekali, semoga Tania bisa mengambil hikmah dari sana..apapun doa yang dimintanya, semoga Ia siap menerima proses terkabulnya doa yang Ia panjatkan.

Doa..kita menjadikan doa sebagai senjata, namun kadang kita lupa bagaimana cara Allah mengabulkannya, hingga saatnya tiba, kemudian doa itu terkabul, justru kita malah lupa bahkan sampai menolaknya.

Ima mempersiapkan diri, sore nanti Ia akan mengabari suaminya, kehamilan ke-6 diluar dugaan. Kemudian akan mengabari keluarga besarnya. Ima membayangkan wajah-wajah kaget dan heran. Siapapun pasti akan bereaksi seperti itu. Ima bisa memakluminya.
Terimakasih ya Allah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka