Langsung ke konten utama

Kabutku

Hadir serupa kabut
Hanya memandang yang kudapat
Adanya tak dapat digenggam
Merapuh dalam diam

Hatiku memang sedang berduka
Kehilangan orang tercinta
Luka menganga harus kututup
Karenanya tetap menikmati hidup

Tunggulah aku disana
Ditelaga bening beriak rendah
Mungkin perjalanan ini masih lama
Jadi..bersabarlah

Engkau yang memperkenalkanku ujung lorong yang terbuka
Engkau pula terang yang mengibaskan harapan


Sekilas senyum penutupmu kembali merayu
Melepas isyarat sedih membelai pipi
Kali itulah terakhir kau undang kembali tetes bening lepas tanpa daya
Jatuh oleh gaya gravitasi
Wahai pembuka
Kau lepas aku yang lemah ditengah ribuan mata belas kasihan
Sedih telah lama kumulai..tapi sekejap bahagia kutuai
Layaknya kabut malam tak tergenggam
Hanya dapat dipandang dalam keheningan


(catatan suatu malam membuka kenangan, kematian itu tak terduga namun dekat ditepi mata)






Komentar

  1. bagus puisinya
    saya belum pandai merangkai kata-kata sesyahdu ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasi Mba Wiwid atas kunjungannya :)

      Hapus
  2. masya Allah... bener mbak .. kematian memnag dekat bgt sma kita. semoga kt snsntiasa d kuatkan mnjd hamba yg tdk lalai untuk mghdp kematian

    puisi ny aku suka mbak.. suka dgn padanan konotasi katax :)
    ttp d tingkatkan yaa mbak ^^
    semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba Khofiyah, iya ini lagi senang sama puisi.
      semangaat!

      Hapus
  3. keren bangett,, menyampaikan pesan penting lewat puisi,,i like^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah