Langsung ke konten utama

Berpikir Positif

Tiga hari dua malam..1 Juz..Bisa..!
Kegiatan ini dirancang untuk membuktikan kemampuan para siswa dalam menghafal AlQur'an. Tekhnisnya hafalkan dan setorkan!, minimal tiga baris setiap kali menyetorkan hafalan. Bisa atau tidak? mudah atau sulit? semua bisa dijawab setelah kegiatan selesai dilaksanakan

Mengamati proses menghafal selama kegiatan berlangsung membuatku takjub dengan cara kerja otak manusia. Ketika target dipasang, rencana disusun, strategi dan metode dijalankan, otak dan perasaan harus terlebih dahulu berada dalam satu jurusan. Mau dan mampu. Berpikir positif itu perlu.

Jika pada hari-hari biasanya para siswa menghafal minimal tiga baris setiap menyetorkan hafalan di pelajaran tahfiz yang terjadwal sebanyak enam jam perminggu (3x pertemuan), maka target pada kegiatan kali ini adalah 1 juz selama tiga hari dua malam. Bisakah..?

Sebelum kegiatan menghafal dimulai, acara pembukaan dilaksanakan, kemudian materi motivasi menghafal disampaikan pada para siswa. Sebelumnya, mereka sudah tau jika kali ini target tidak masuk akal itu akan diberikan pada mereka, tentu saja ada yang menyambutnya dengan suka cita dan ada pula dengan duka tak terduga.

Bagaimanapun ragamnya reaksi dan tingkah para siswa dalam menyambut target kali ini, kunci suksesnya ada dalam pikiran. Jika berpikir bisa maka hasilnya bisa, dan sebaliknya jika berpikir sulit atau susah maka seperti itulah yang diperolehnya. Tugas pertama mereka adalah mengendalikan pikiran, hati dan mulut untuk mengarah pada kata-kata positif.

Otakku merekam tingkah-tingkah mereka, ada yang malas-malasan, main-main, ngobrol dan bersenda gurau, namun ada pula yang serius, fokus, sungguh-sungguh, bahkan ada yang geram tak menentu saking semangatnya menghafal tapi yang dihafal belum nempel juga. Beragam ekspresi terekam, beragam kata-kata motivasi diucapkan.

"Kalian mampu.."
"Kalian bisa.."
"Jangan mengeluh dan berkata ini susah dan sulit sekali dihafal.., jangan..!"
"Jangan membuat banyak alasan untuk membela diri.., jangan!"
"Katakan, aku bisa, akan kucoba, aku mampu dan aku mau menyelesaikan tantangan!"

Walau seringkali kata-kata motivasi disampaikan baik dalam bahasa verbal maupun non verbal, namun tak jarang juga kata-kata mengeluh terdengar, baik diucapkan secara sadar ataupun tidak.

Waktu terus berjalan, ruang-ruang gedung lantai dua tak pernah sepi dari lantunan ayat suci AlQur'an, ada ayat-ayat yang berasal dari juz 1, juz 2, juz 3, juz 27, juz 28, juz 29 dan juz 30. Semua terdengar merdu ditelingaku, wajah-wajah yang menyiratkan semangat tak kalah indah dilihat, berseri layaknya peri-peri bunga ditaman, yang bermandikan cahaya matahari pagi pukul sembilan. Aku yakin siapapun yang melihat dan menikmati bacaan hafalan mereka akan merasakan hal yang sama, bahagia sebab jadi sehat ruhnya. Bukankah AlQur'an itu Asysyifa.., iya..maka yakinlah!

Hari ketiga tiba, catatan setoran hafalan para siswa pun direkap. Hasilnya..sebagian besar siswa banyak yang melampaui setengah target bahkan ada yang hampir menyentuh target hafalan. Walau belum ada yang dapat menyelesaikan target, aku dan para guru yang menjadi mentor cukup puas dengan hasil kegiatan kali ini. Bagaimana tidak puas?, ada siswa yang sehari-harinya sulit sekali menghafal, walau hanya satu baris saja. Dengan kegiatan ini mereka yang sebelumnya kesulitan bisa menghafal lebih dari satu halaman. Mereka bisa dan mereka mampu.

Setelah hasil pencapaian tertinggi diumumkan, tak sedikit siswa yang menyesal atas kurangnya usaha mereka dalam menghafal, khususnya yang meraih pencapaian kurang dari setengah target. Apapun reaksi mereka, ada semangat baru yang lahir dari kegiatan ini. Semangat menghafal Al'Qur'an, membiasakan diri untuk selalu dekat dengan Al-Quran, kemudian membulatkan tekad untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan menjauhkan diri dari kata-kata yang memangkas kemampuan.

Ya Allah..kuatkan dan jagalah semangat mereka.
Ya Rabb..jadikanlah mereka AhlulQur'an.
Duhai pemilik jiwa..kabulkanlah do'a hamba.


#ODOP pekan ke-4




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka