Langsung ke konten utama

Riak Kesunyian (bag.2)



"Apsari...! "

"Hei, Dan... mau berangkat kerja?"

"Iya, kamu mau kemana?"

"Kerja, dong"

"Waah.. Akhirnya, nona cantik sudah dapat pekerjaan. Selamat ya. Mau diantar sekalian?"

"Thank you, Mr. Dani."

"Ibu... Kami berangkat, ya." pamit Sari sembari duduk dengan manis di motor sahabat karibnya. Melambaikan tangan ke ibu yang berdiri di depan pintu rumah.

"Hati-hati di jalan!" Ibu membalas lambaian tangan anak semata wayangnya. Dalam hati berdoa, agar bidadarinya itu diberi kemudahan selama bekerja.

***

Apsari berjalan menuju ruang kerja Tuan Bagas. Sesekali mengambil nafas panjang untuk mengurangi gugup yang tiba-tiba menyerang.

Tok.. Tok.. Tok

Ketukan di pintu mengalihkan perhatian Tuan Bagas dari berkas-berkas laporan yang sedang diperiksanya.

"Masuk saja! " perintahnya dengan suara yang jenaka.

"Selamat Pagi, Tuan Bagas. Saya Apsari.. "

"Oo.. Iya iya, Apsari." potong Lelaki bertubuh tambun itu tanpa perlu mendengar hingga selesai kalimat wanita muda di depannya, "kamu keponakannya Pak Budi, iya kan? Duduklah, silahkan!" tangannya terulur mempersilahkan duduk.

"Terimakasih, Tuan Bagas."

"Panggil saya bapak, ah.. cukuplah hanya pamanmu saja yang memanggilku dengan sebutan Tuan. Tidak perlu keponakannya juga ikut-ikutan. Dia terlalu menyanjungku." protes pria itu dengan wajah yang cukup membuat Apsari lupa akan gugupnya.

"Eh... Iya, pak!"

Pertemuan Apsari dan Tuan Bagas tidak berlangsung lama. Ia di tugaskan di bagian housekeeping hotel. Seminggu lagi akan ada acara besar di hotel, Tuan Bagas membuka lowongan di bagian itu karena memang membutuhkan tenaga lebih banyak nantinya.

***

"Apa-apaan kamu, dasar perempuan murahan!" teriak seorang wanita pada wanita lain yang bergelayut manja di lengan seorang pria tampan. Ia marah melihat tingkah wanita yang merayu kekasihnya itu. Terlebih melihat penampilan wanita itu lebih sexy dengan belahan dada yang menantang mata.

"Kamu yang murahan, eh.. Kalau bunga sudah layu untuk apa di pertahankan?" balas wanita yang dihardik tadi lebih pedas lagi, sambil mengacungkan telunjuknya ke arah wajah lawannya.

"Sudah..sudah, kalian jangan bikin ribut disini!" pria tampan yang menjadi rebutan itu menengahi. Terlambat, wanita-wanita di depannya malah semakin menggila. Ajang jambak dan cakar-cakaran tak bisa lagi dihindari.

Keributan itu sontak menyedot perhatian pengunjung kafe. Seorang wanita lain segera menarik lengan pria tampan, lantas membawanya menjauh dari arena perkelahian tersebut.

"Canda?" panggilnya begitu menyadari siapa wanita yang menariknya keluar dari arena perkelahian tadi.

"Hai, tampan. Apa kau tidak merindukanku?" tangannya segera melingkar pada leher pria di hadapannya. Tanpa permisi, wanita itu mengecup mesra si pria, ucapan selamat datang.

Bersambung...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai...

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah ...