Langsung ke konten utama

Riak Kesunyian (bag.5)

Baca kisah sebelumnya disini

-Pertemuan-



     Tamu hotel meningkat. Acara ulang tahun kota kali ini bertepatan dengan acara Internasional, semacam pertemuan tingkat dunia. Dihadiri oleh tamu asing dan lokal yang menginap di Hotel Tuan Bagas, bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mensukseskan acara besar tersebut. 

     Greg menghadiri gala dinner yang diadakan sebagai penutup acara. Pria tampan itu mengambil posisi sedikit menjauh setelah beramah tamah dengan tamu-tamu asing. Suntuk dan lelah menggerayangi tubuh dan pikirannya. 

     Dengan beberapa gelas whisky, maka semua itu akan segera menguap berganti gairah. Pikir Greg menemukan solusi.

***

     Sini ...! ayo sini! 

     Tidak ... jangan, jangan.

     Ohh ... aku tahu, uang ..., iya kan! 

     Tidak ... lepaskan aku! lepaskaan..!

     Plakk ... plakk, berisik diam dan jangan jual mahal!!

     ...
     ...

     "Tidak ... tidaaakk ... aarghh ..." teriak Sari memecah keheningan malam.

     "Sari ... Sari, kenapa nak, ada apa? cerita sama ibu, ya." Ibu membangunkan putrinya, igauan-igauan yang sama kembali mengganggu. 

     "Ibu ..." untuk kali pertama akhirnya Sari bicara, sedikit serak. Memanggil ibu yang memeluknya dengan kasih. Ia hendak memberitahukan semuanya, menceritakan selengkap-lengkapnya. Tapi, suaranya tertahan ditenggorokan.

Bu ... orang itu menakutkan, melebihi hantu gentayangan
Setan serupa manusia itu lebih horor jika merampas kehormatan
Bu ... orang itu menjijikkan, berlumur khamar berbau nanah
Manusia-manusia bejat yang menindas putrimu layaknya sampah

     Tatapan Apsari kosong. Kata-katanya menguap di rongga dada. Tangannya meremas perut, ada yang terasa sakit disana, tepatnya tidak jelas dibagian mana. Seketika ia meraung, menangis pilu.

     Melihat reaksi putri semata wayangnya, Ibu merasa sesuatu yang buruk telah menimpa putrinya itu. Apakah anakku korban kejahatan manusia bejat? ya Tuhan ...

     "Tidak apa-apa, nak... Tidak apa-apa. Ibu tetap menyayangimu. Sangat menyayangimu." suara Ibu bergetar, kesedihannya tidak dapat lagi disembunyikan. Tangis mereka kini pecah bersama. Merutuki nasib yang begitu kejam. 



     "Ibu ..., Ibu ..., Apsari artinya apa?" tanya Sari kecil pada wanita yang sangat ia sayang.

     "Bidadari."

     "Kenapa?"

     "Kenapa? itu karena kau adalah bidadari Ibu." jawab ibu sambil menghujani putrinya itu dengan ciuman. 

     "Ibu ..., siapa yang akan menjadi suamiku nanti?" tanya Apsari diwaktu yang lain.

     "Kau akan mendapatkan suami yang baik dan sangat menyayangimu."


     "Ya Tuhan ..., kasihan sekali anakku." lirih suara ibu disela-sela tangis begitu mengenang masa kecil putrinya.

***

     "Kakak, putriku.."

     "Kenapa dengan Apsari?"

     "Dia ... telah diperkosa, dan sekarang ... putriku hamil, kak" Ibu tampak kesulitan menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya bisa mengadukan semua kesulitan pada saudara kandungnya, karena sejak suaminya meninggal, Paman Budi mengambil peran sebagai pengganti ayah bagi Apsari. 

     Sambungan telpon tiba-tiba terputus, Tentu saja Paman Budi sangat terpukul mendengar hal yang menimpa keponakannya.


Bersambung..

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah