Langsung ke konten utama

Romantisme Sunyi (2)

Perempuan Aditya Prana - bag. 1

Ariyana, wanita cantik dengan semua kelebihannya, terutama dalam hal kesabaran. Kulit putih dengan mata coklat bening menjadi maghnet kecintaan setiap pria. Termasuk Aditya, ia begitu mencintainya. Membahagiakan wanita itu adalah tujuan utama. Menghilangkan kesedihan dalam sorot matanya adalah keinginan terbesar yang dirasa belum dapat ia wujudkan.

Merelakannya menikah dengan pria pilihan dari orang tua wanita itu adalah salah satu cara terbaik. Aditya ikhlas untuk melepasnya. Dengan syarat kebahagiaan akan menghapus sendu Ariyana.
Maka setelah itu. Kebahagiaan Ariyana menjadi kebahagiannya. Kesedihan wanita yang ia kasihi itu pun juga menjadi kesedihan terbesarnya.

Tak banyak yang dapat Aditya lakukan. Sekedar menghapus airmata dan menyediakan pundak, hanya itu. Ariyana kehilangan. Pria yang mulai Ia cintai telah meninggalkannya jauh bersama cinta yang lain. Merenggut buah hati belahan jiwanya yang masih berusia 5 tahun. Jauh di belahan bumi yang lain.

Aditya berjanji untuk menemukan belahan jiwa Ariyana yang dibawa pergi. Jika itu akan membahagiakannya, apapun akan dilakukan.

Puluhan bulan berlalu, Aditya mendapatkan posisinya. Perhatian wanita cantik itu tumpah untuknya. Kebahagiaan yang sangat besar Ia didapatkan dan berharap tak akan ada lagi yang dapat mencabut paksa  anugerah ini.

Namun sebesar apapun usaha Aditya untuk membahagiakan wanita itu dan sebesar apapun cinta yang diberikan pada pujaannya. Tetap tidak akan mampu mengalahkan keputusan orang tua Ariyana untuk kembali menyandingkan pria pilihan pada anak mereka.

Aditya hanya mampu menahan air mata. Berharap pernikahan Ariyana kali ini benar-benar dapat membahagiakan wanita itu.

Diam dan memperhatikan, itu saja yang dapat dilakukan. Bersyukur lebih banyak karena pada akhirnya Ariyana bahagia. Kelahiran putri kecilnya memecahkan duka dan lara yang sebelumnya menghiasi kehidupan di masa lalu.

Cemburu, rasa itu muncul setelah sekian lama Aditya berlatih mengikhlaskan diri. Kehadiran malaikat kecil itu merenggut perhatian Ariyana, utuh.

Aditya menyerah, lelah dengan cinta juga pada semua kecemburuan yang menghantuinya. Sedikit demi sedikit Ia belajar untuk menerima kenyataan. karena apa yang dulu menjadi tujuan utamanya telah tercapai. Ariyana bahagia. Saatnya berdamai dengan ambisi dan egonya untuk memiliki wanita itu.

Bersambung

Komentar

  1. Waduh, ada juga cowok kaya gitu ya? Di tunggu lanjutan nya

    BalasHapus
  2. Waduh, ada juga cowok kaya gitu ya? Di tunggu lanjutan nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow... Ndak nyangka, Jagoan (Master) datang.

      Hapus
  3. Kereen mbak na.. Aku suka kisah cinta mati

    BalasHapus
  4. tema hari ini banyak cintanya.. wkwkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah