Kutepuk pelan tanda begitu sayang. Terasa empuk menyentuh kulit tangan yang jujur tidak lagi lembut. Mungkin karena terlalu lama dan sering kupakai tangan ini untuk menggenggamnya, erat.
"Teman, mari kita jalan! " kupacu laju kesayanganku, kuda besi. Suaranya lembut mengaum.
Kecepatan motor kuturunkan perlahan saat mendekati tikungan, hendak berbelok. Jalan Raya kali ini cukup lenggang. Jam pagi yang sibuk sudah lewat.
Hampir selesai kuputari tikungan. Tiba-tiba dari samping seorang pengendara menikung tajam, mengambil jalanku. Darah seketika berdesir, hampir saja kukotori bibir ini dengan umpatan.
Refleks kuhindari pengendara itu dengan sedikit gerakan. Aku terpancing, mengejarnya, tak mau kalah. Beberapa menit baru kusadari. Kami melakukan manufer yang indah. Menghindari mobil di depan yang menghalangi laju kendaran bersama. Ia ke kiri, aku ke kanan. Lantas kami bertemu lagi di depan mobil tadi. Beberapa kali kami ulangi hal yang sama, ini mengasyikkan ternyata. Jadi ingin tertawa. Dan justru tanpa sadar aku tertawa.
Sudut mataku menangkap gerakan kepala pengendara di sampingku, masih dengan kecepatan yang sama dan tetap beriringan, tak ingin didahului. Aku menoleh, senyum tipisnya tertangkap mata.
"Ya Tuhan, pemuda berambut gondrong itu manis sekali." batinku mensyukuri, tapi maaf, rambut gondrong dan wajah manis itu tidak bisa mengalihkan fokus dan membuatku kalah.
Jarak tujuanku semakin dekat. Kesenangan dan adu adrenaline ini harus segera berakhir.
"Yuhuuuu.." Kupekikkan puasnya rasa menang ketika membelok di tikungan jalan. Iseng, kupalingkan lagi kepala, hendak melihatnya. Diluar dugaan Ia melambai, lanjut mengambil jalan lurus. Kurasa ia juga menikmati kejar-kejaran tadi. Entahlah, mungkin saja.
"Teman, mari kita jalan! " kupacu laju kesayanganku, kuda besi. Suaranya lembut mengaum.
Kecepatan motor kuturunkan perlahan saat mendekati tikungan, hendak berbelok. Jalan Raya kali ini cukup lenggang. Jam pagi yang sibuk sudah lewat.
Hampir selesai kuputari tikungan. Tiba-tiba dari samping seorang pengendara menikung tajam, mengambil jalanku. Darah seketika berdesir, hampir saja kukotori bibir ini dengan umpatan.
Refleks kuhindari pengendara itu dengan sedikit gerakan. Aku terpancing, mengejarnya, tak mau kalah. Beberapa menit baru kusadari. Kami melakukan manufer yang indah. Menghindari mobil di depan yang menghalangi laju kendaran bersama. Ia ke kiri, aku ke kanan. Lantas kami bertemu lagi di depan mobil tadi. Beberapa kali kami ulangi hal yang sama, ini mengasyikkan ternyata. Jadi ingin tertawa. Dan justru tanpa sadar aku tertawa.
Sudut mataku menangkap gerakan kepala pengendara di sampingku, masih dengan kecepatan yang sama dan tetap beriringan, tak ingin didahului. Aku menoleh, senyum tipisnya tertangkap mata.
"Ya Tuhan, pemuda berambut gondrong itu manis sekali." batinku mensyukuri, tapi maaf, rambut gondrong dan wajah manis itu tidak bisa mengalihkan fokus dan membuatku kalah.
Jarak tujuanku semakin dekat. Kesenangan dan adu adrenaline ini harus segera berakhir.
"Yuhuuuu.." Kupekikkan puasnya rasa menang ketika membelok di tikungan jalan. Iseng, kupalingkan lagi kepala, hendak melihatnya. Diluar dugaan Ia melambai, lanjut mengambil jalan lurus. Kurasa ia juga menikmati kejar-kejaran tadi. Entahlah, mungkin saja.
Komentar
Posting Komentar