Tarian Setan
Gelap selimuti nadi kehidupan
Terseok kuseret kaki yang demikian berat
Takutku lahirkan gigil hingga ke tulang
Memilih dua jalan keputus-asaan
Jurang kematian atau diterkam binatang jalang
Teriakan dan erangan tak jelas menggambarkan
Tarian-tarian maut itu tak lagi mengenal tuan dan Tuhan
Roh tersesat mulai berdatangan
Walau tak diundang, mereka berseru lantang
Pestakah? Pestakah? Mari meriahkan.
Hangat cairan kental mengalir dari luka-luka yang menganga
Mengoyak kesedihan juga pilu para malaikat tak bersayap
Terkapar kuletakkan derita diatas tanah
Dingin, gelap, musnah, aku terhina-dinoda
Mama ..., mereka menakutkan melebihi hantu gentayangan
Setan serupa manusia lebih horor jika merampas kehormatan
Papa ..., mereka menjijikkan berlumur khamar berbau nanah
Manusia-manusia bejat yang menindas putrimu layaknya sampah
Malam mencekam, kelam
Malaikat maut berputar-putar, geram
Makhluk halus bertepuk tangan
Anyir darah basahi jalan kematian
Aku... hilang
***
Bunga-bunga yang basah setelah disiram oleh Apsari tampak tersenyum. Mereka turut bahagia melihat tuannya yang cantik itu mendapat berita gembira.
"Benar, paman?" mata Sari membulat ketika mendengar berita dari pamannya.
"Iya... Apsari. Teman paman mencari karyawan. Jadi sekalian saja tadi paman ajukan namamu."
"Baiklah, aku siap bekerja." seru Sari penuh semangat.
"Besok kau temui Tuan Bagas, dia sahabat baik paman. Pukul 10.00. Usahakan untuk tidak terlambat, ya! "
Sari mengangguk mantap, hatinya bahagia. Ia memang sangat ingin bekerja. Bersyukur pamannya yang seorang guru senior memiliki banyak teman. Tuan Bagas salah satunya. Beliau adalah pemilik hotel ternama di kotanya.
Sejak jam delapan Sari sudah siap dan rapi. Ia tak sabar ingin segera menemui Tuan Bagas. Kabarnya beliau adalah orang yang ramah dan bijak.
Sari memeriksa kembali kelengkapan surat yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Ini hanya formalitas saja. Sebenarnya, tanpa itu semua, Sari sudah diterima sebagai karyawan disana.
Bersambung.
Gelap selimuti nadi kehidupan
Terseok kuseret kaki yang demikian berat
Takutku lahirkan gigil hingga ke tulang
Memilih dua jalan keputus-asaan
Jurang kematian atau diterkam binatang jalang
Teriakan dan erangan tak jelas menggambarkan
Tarian-tarian maut itu tak lagi mengenal tuan dan Tuhan
Roh tersesat mulai berdatangan
Walau tak diundang, mereka berseru lantang
Pestakah? Pestakah? Mari meriahkan.
Hangat cairan kental mengalir dari luka-luka yang menganga
Mengoyak kesedihan juga pilu para malaikat tak bersayap
Terkapar kuletakkan derita diatas tanah
Dingin, gelap, musnah, aku terhina-dinoda
Mama ..., mereka menakutkan melebihi hantu gentayangan
Setan serupa manusia lebih horor jika merampas kehormatan
Papa ..., mereka menjijikkan berlumur khamar berbau nanah
Manusia-manusia bejat yang menindas putrimu layaknya sampah
Malam mencekam, kelam
Malaikat maut berputar-putar, geram
Makhluk halus bertepuk tangan
Anyir darah basahi jalan kematian
Aku... hilang
***
Bunga-bunga yang basah setelah disiram oleh Apsari tampak tersenyum. Mereka turut bahagia melihat tuannya yang cantik itu mendapat berita gembira.
"Benar, paman?" mata Sari membulat ketika mendengar berita dari pamannya.
"Iya... Apsari. Teman paman mencari karyawan. Jadi sekalian saja tadi paman ajukan namamu."
"Baiklah, aku siap bekerja." seru Sari penuh semangat.
"Besok kau temui Tuan Bagas, dia sahabat baik paman. Pukul 10.00. Usahakan untuk tidak terlambat, ya! "
Sari mengangguk mantap, hatinya bahagia. Ia memang sangat ingin bekerja. Bersyukur pamannya yang seorang guru senior memiliki banyak teman. Tuan Bagas salah satunya. Beliau adalah pemilik hotel ternama di kotanya.
Sejak jam delapan Sari sudah siap dan rapi. Ia tak sabar ingin segera menemui Tuan Bagas. Kabarnya beliau adalah orang yang ramah dan bijak.
Sari memeriksa kembali kelengkapan surat yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Ini hanya formalitas saja. Sebenarnya, tanpa itu semua, Sari sudah diterima sebagai karyawan disana.
Bersambung.
Mbak Na...penasaran lanjutannyaa...
BalasHapusBaiklah kak na.. Aku menunggu lanjutan kisah untuk tahu hubungan cerita atas dan bawah..
BalasHapusJgn lama2 ya ;)
Puisinya agak seram, bacanya. Penasaran nunggu kelanjutannya.
BalasHapusDitunggu besok ya, mba.
BalasHapusjdi ngeri kalau bicara mslah kematian.. hehe
BalasHapusaku numpang gelar karpet ya kak na...
BalasHapusSilahkan, semoga betah. Jangan lupa bayar iurannya. 😜😝
BalasHapus