Langsung ke konten utama

Riak Kesunyian (bag.1)

Tarian Setan

Gelap selimuti nadi kehidupan
Terseok kuseret kaki yang demikian berat
Takutku lahirkan gigil hingga ke tulang
Memilih dua jalan keputus-asaan
Jurang kematian atau diterkam binatang jalang

Teriakan dan erangan tak jelas menggambarkan
Tarian-tarian maut itu tak lagi mengenal tuan dan Tuhan
Roh tersesat mulai berdatangan
Walau tak diundang, mereka berseru lantang
Pestakah? Pestakah? Mari meriahkan.

Hangat cairan kental mengalir dari luka-luka yang menganga
Mengoyak kesedihan juga pilu para malaikat tak bersayap
Terkapar kuletakkan derita diatas tanah
Dingin, gelap, musnah, aku terhina-dinoda

Mama ..., mereka menakutkan melebihi hantu gentayangan
Setan serupa manusia lebih horor jika merampas kehormatan
Papa ..., mereka menjijikkan berlumur khamar berbau nanah
Manusia-manusia bejat yang menindas putrimu layaknya sampah

Malam mencekam, kelam
Malaikat maut berputar-putar, geram
Makhluk halus bertepuk tangan
Anyir darah basahi jalan kematian
Aku... hilang

***

Bunga-bunga yang basah setelah disiram oleh Apsari tampak tersenyum. Mereka turut bahagia melihat tuannya yang cantik itu mendapat berita gembira.

"Benar, paman?" mata Sari membulat ketika mendengar berita dari pamannya.

"Iya... Apsari. Teman paman mencari karyawan. Jadi sekalian saja tadi paman ajukan namamu."

"Baiklah, aku siap bekerja." seru Sari penuh semangat.

"Besok kau temui Tuan Bagas, dia sahabat baik paman. Pukul 10.00. Usahakan untuk tidak terlambat, ya! "

Sari mengangguk mantap, hatinya bahagia. Ia memang sangat ingin bekerja. Bersyukur pamannya yang seorang guru senior memiliki banyak teman. Tuan Bagas salah satunya. Beliau adalah pemilik hotel ternama di kotanya.

Sejak jam delapan Sari sudah siap dan rapi. Ia tak sabar ingin segera menemui Tuan Bagas. Kabarnya beliau adalah orang yang ramah dan bijak.

Sari memeriksa kembali kelengkapan surat yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Ini hanya formalitas saja. Sebenarnya, tanpa itu semua, Sari sudah diterima sebagai karyawan disana.


Bersambung.



Komentar

  1. Mbak Na...penasaran lanjutannyaa...

    BalasHapus
  2. Baiklah kak na.. Aku menunggu lanjutan kisah untuk tahu hubungan cerita atas dan bawah..

    Jgn lama2 ya ;)

    BalasHapus
  3. Puisinya agak seram, bacanya. Penasaran nunggu kelanjutannya.

    BalasHapus
  4. jdi ngeri kalau bicara mslah kematian.. hehe

    BalasHapus
  5. aku numpang gelar karpet ya kak na...

    BalasHapus
  6. Silahkan, semoga betah. Jangan lupa bayar iurannya. 😜😝

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka