Langsung ke konten utama

Kibar Kabar Guru - Mengenangmu




Fajar belum lagi sempurna, langitnya masih akan berpendar. Biru pada biru yang perlahan memudar. Sujud-sujud akhir telah purna dalam damai. Mengukir epitaf amal-amal. Janjikan keindahan setelahnya. 

Untuknya, tubuh tua yang dengan sekuat tenaga meredakan perih pada luka-luka menganga, gelisah disapu debu pekat yang kian kelabu. Mengaduh pada dinginnya puing-puing dinding langit fajar yang hendak berpendar. Mencari sedikit kenyamanan yang semakin sulit, lalu kesempatan hidup yang sempit. 

Simak! 

Embun-embun dalam ayut-nya malam enggan bertahan pada tangkai-tangkai perdu. Beningnya luruh bersama sayap-sayap malaikat. Lantas, melangitlah doa-doa serupa iring-iringan pengantin, menghantarkan ruh suci menghadap Kekasih. Yang padanya, cahaya wajah bagai candu. Dirindu.

Ingatlah! 

Sebongkah dendam membara telah menikam perjuangan. Merampas sang hamba bersahaja. Meski raganya tidak mampu menopang, semangatnya kuat menembus langit, menggetarkan dada-dada yang di dalamnya berdenyut kuman-kuman serakah. Terlaknat. 

Tiga peledak untuk yang tubuhnya menua. Tiga peledak untuk membungkam semangat juang. Tidak setitikpun lemah pada kaki, tidak akan ada langkah mundur. Tiga peledak membuka pintu batasnya dengan Tuhan. Tanpa penghalang, jiwa leluasa berpulang. 

Apa misteri terbesar di dunia ini?

Kematian

Lantas, adakah yang tersisa? 

Kenangan dan teladan. 

Untuknya. Guru, panggilanmu. Tanpa mata yang mampu menerjemahkan posisi. Tanpa kaki yang dengannya lincah tubuh berpindah. Telah, bahkan lebih dari mampu membakar saraf-saraf pemuda peraih syahid membangun rumah semegah istana di Elysium. Tuhan memberkati, pasti memberkati. 

Ribuan pasang mata basah, satu dua menyesap dendam memerah. Berkibar bendera sewarna mentari siar duka mendalam. Dipancang sepanjang jalan reruntuhan. Membentang gagah bendera empat warna, bertiang tubuh, bukti tak ada gentar walau remuk hati kehilangan. Dan pada kain sewarna daun, melingkar kalimat kesaksian, mengantar ruh sang hamba pulang, jelma burung-burung hijau terbang riang, menghuni  padang rerumputan dengan sinar mentari menyapa wajah. Kampung halaman dimana Adam dicipta. 

Syeikh, gelarmu. Melukis merah, gagahnya pembelaan dan perjuangan di setiap jengkal tanah. Menghampar putih, kesucian hati tempat iman bersemayam, modal perjuangan dan jalan pertolongan Tuhan. Menggurat hijau, keagungan agama pada-Nya yang Ahad. Menggores hitam, tingginya ilmu dengan sayap kemuliaan. Berkibar, membakar darah, bebaskan negeri para syuhada

Ahmad Yasin. 

Syeikh, untukmu bendera terbentang. Berkibar kabar duka kehilangan pahlawan. Melangitlah doa-doa serupa iring-iringan pengantin, menghantarkan ruh suci menghadap Kekasih. Yang padanya, cahaya wajah bagai candu. Dirindu. Sejatinya, guru abadi dalam dada pejuang, memompa semangat bebaskan tanah kiblat kedua. 

Panji-panji kalimat kesaksian berkibar. Iman di rongga dada sontak bergetar. Bendera dalam warna merah, hitam, putih dan hijau mengkafan jasad tak utuh. Mengantar pada liang sempit bumi. Menambah aliran darah para syuhada. Suburkan tanah Palestina dimana pohon-pohon Zaitun dan Tiin melimpah, buah berkah. 

Fajar belum lagi sempurna, langitnya masih akan berpendar. Biru pada biru yang perlahan memudar. Sujud-sujud akhir telah purna dalam damai. Mengukir epitaf amal-amal. Janjikan keindahan setelahnya. Bidadari-bidadari bermata jeli menanti. Keharuman surga kini telah mampu dicium dari bumi. Tanah para nabi.

--------------------------

Elysium : tempat yang diberkati setelah kematian (bahasa Yunani)
Epitaf : 1) tulisan singkat pada batu nisan untuk mengenang orang yang telah di kubur; 2) pernyataan singkat pada sebuah monumen.
#Tantangan ODOP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka