Matahari membelai wajah Elang dari balik jendela kaca. Matanya mengerjap beberapa kali. Saat kesadarannya telah purna, ia segera bangun. Tubuhnya terasa sangat lelah. Elang lantas berdiri dan menuju ke kamar. Semalam ia tidur di sofa karena kamarnya dipakai gadis aneh yang semalam ia temui.
“Hei … apa kau sudah bangun?” panggil Elang sambil mengetuk pintu kamar. Tidak ada suara. Ketika gagang pintu ditekan ke bawah, pintu itu terbuka, “ya Tuhan, kemana gadis itu?”
Elang mencari gadis kekanakan itu di seluruh ruangan apartemennya. Namun tidak ia temukan. Pikirnya mungkin gadis itu sudah pulang. Ada sedikit kekhawatiran yang merayap di hati. Khawatir jika gadis itu tersesat. Ah … sudahlah, bukan urusanku.
Handphone Elang berbunyi. Mas manajer menelponnya.
“Halo …” sapa Elang.
“Kamu dimana?”
“Masih di apartemenku, mas. Sebentar lagi kesana.”
“Ok …, ditunggu.”
Usai berbenah diri, Elang meneguk habis kopinya yang tinggal sedikit, meraih kunci mobil dan berjalan keluar. Saat berjalan ke area parkir, pemuda itu melihat seseorang yang dikenalnya. Gadis kekanakan?
“Hei … kamu, darimana saja kamu, kenapa tidak pamit kalau mau keluar?” tanya Elang pada gadis di hadapannya.
“Maaf …, siapa ya?” gadis itu balik bertanya, tampak heran dan tidak mengenali Elang.
“Siapa? kamu lupa atau pura-pura lupa?”
“Maaf … aku buru-buru dan sekali lagi maaf, aku tidak kenal kamu.” Gadis itu bergegas pergi meninggalkan Elang dengan segala tanda tanya di kepala.
Elang hanya memandang gadis itu hingga mobilnya menghilang dari pandangan mata. Sesaat kemudian Elang berjalan menuju pos keamanan apartemen. Ia ingin menanyakan siapa gadis yang baru keluar dari gerbang tadi. Dari petugas keamanan, info yang didapatnya, gadis itu adalah penghuni baru, dua hari yang lalu pindah ke apartemen ini. Rasa penasaran menyerang Elang. Jika dia tinggal disini, lalu kenapa tadi malam gadis itu keluyuran? Aneh.
Saat sore dan penghuni apartemen satu persatu kembali dari aktivitasnya, Elang sengaja menunggu gadis kekanakan yang lupa ingatan itu di dalam mobil. Dalam area parkir, tidak ia temukan mobil yang dikendarai gadis itu tadi pagi.
Setengah jam menunggu, yang ditunggu akhirnya datang. Saat gadis itu berjalan masuk ke apartemen, Elang mengikutinya. Beberapa penghuni apartemen juga berjalan masuk.
Ya Tuhan, gadis itu ternyata tetanggaku. Kebetulan, kah? Elang tidak habis pikir. Yaa, bisa jadi, dia bersikap dingin tadi pagi karena malu ketahuan salah kamar atau mungkin saja dia punya kepribadian ganda. Jika begitu, akan lebih tepat kupanggil dia dengan sebutan mereka. Pikir Elang masih membahas gadis yang ternyata adalah tetangga barunya.
Komentar
Posting Komentar