Langsung ke konten utama

Aku dan Mereka (2)



Matahari membelai wajah Elang dari balik jendela kaca. Matanya mengerjap beberapa kali. Saat kesadarannya telah purna, ia segera bangun. Tubuhnya terasa sangat lelah. Elang lantas berdiri dan menuju ke kamar. Semalam ia tidur di sofa karena kamarnya dipakai gadis aneh yang semalam ia temui.

“Hei … apa kau sudah bangun?” panggil Elang sambil mengetuk pintu kamar. Tidak ada suara. Ketika gagang pintu ditekan ke bawah, pintu itu terbuka, “ya Tuhan, kemana gadis itu?”

Elang mencari gadis kekanakan itu di seluruh ruangan apartemennya. Namun tidak ia temukan. Pikirnya mungkin gadis itu sudah pulang. Ada sedikit kekhawatiran yang merayap di hati. Khawatir jika gadis itu tersesat. Ah … sudahlah, bukan urusanku.

Handphone Elang berbunyi. Mas manajer menelponnya.

“Halo …” sapa Elang.

“Kamu dimana?”

“Masih di apartemenku, mas. Sebentar lagi kesana.”

“Ok …, ditunggu.”

Usai berbenah diri, Elang meneguk habis kopinya yang tinggal sedikit, meraih kunci mobil dan berjalan keluar. Saat berjalan ke area parkir, pemuda itu melihat seseorang yang dikenalnya. Gadis kekanakan?

“Hei … kamu, darimana saja kamu, kenapa tidak pamit kalau mau keluar?” tanya Elang pada gadis di hadapannya.

“Maaf …, siapa ya?” gadis itu balik bertanya, tampak heran dan tidak mengenali Elang.

“Siapa? kamu lupa atau pura-pura lupa?”

“Maaf … aku buru-buru dan sekali lagi maaf, aku tidak kenal kamu.” Gadis itu bergegas pergi meninggalkan Elang dengan segala tanda tanya di kepala.

Elang hanya memandang gadis itu hingga mobilnya menghilang dari pandangan mata. Sesaat kemudian Elang berjalan menuju pos keamanan apartemen. Ia ingin menanyakan siapa gadis yang baru keluar dari gerbang tadi. Dari petugas keamanan, info yang didapatnya, gadis itu adalah penghuni baru, dua hari yang lalu pindah ke apartemen ini. Rasa penasaran menyerang Elang. Jika dia tinggal disini, lalu kenapa tadi malam gadis itu keluyuran? Aneh.

Saat sore dan penghuni apartemen satu persatu kembali dari aktivitasnya, Elang sengaja menunggu gadis kekanakan yang lupa ingatan itu di dalam mobil. Dalam area parkir, tidak ia temukan mobil yang dikendarai gadis itu tadi pagi. 

Setengah jam menunggu, yang ditunggu akhirnya datang. Saat gadis itu berjalan masuk ke apartemen, Elang mengikutinya. Beberapa penghuni apartemen juga berjalan masuk.

Ya Tuhan, gadis itu ternyata tetanggaku. Kebetulan, kah? Elang tidak habis pikir. Yaa, bisa jadi, dia bersikap dingin tadi pagi karena malu ketahuan salah kamar atau mungkin saja dia punya kepribadian ganda. Jika begitu, akan lebih tepat kupanggil dia dengan sebutan mereka. Pikir Elang masih membahas gadis yang ternyata adalah tetangga barunya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah