Langsung ke konten utama

Akhir Penantian Rindu (3)


Aroma obat menggelitik indra pembau Ruth. Memanggil kesadarannya ke permukaan. Mata indahnya kini terbuka sempurna. Mengamati lekat-lekat ruangan di sekelilingnya. Putih dengan sedikit campuran biru langit. 

Di sisi sebelah kiri ranjangnya menempel meja kecil tempat untuk meletakkan beberapa barang. Ada sebotol air mineral di sana. Tenggorokan Ruth bereaksi setelah matanya merekam beningnya air yang terlihat segar dalam kemasan botol plastik. Mengirimkan satu kata yang dapat dicerna otaknya dengan tepat. Haus.

Ruth hendak menggapai minuman itu. Karena tangan kirinya terpasang selang infuse, maka tangan kanannya spontan bergerak hendak menggapai. Namun sebelum tangannya terangkat dari tempat tidur, jari-jarinya terlebih dahulu menyentuh sesuatu. 

Perlahan Ruth memalingkan wajahnya ke arah kanan. Terlihat seseorang dengan posisi membungkuk, tidur di samping ranjangnya. Ia duduk di kursi sedangkan kepalanya menunduk di atas kasur. 

“Siapa?” tanya Ruth heran dengan suara yang pelan.

Rayan tersadar demi mendengar suara Ruth barusan. Namun urung mengangkat kepalanya. Ia diserbu berbagai pertanyaan. Bagaimana kalau gadis ini kaget, lantas kembali pingsan atau, masih bagus jika itu terjadi dibandingkan jika ia berteriak dengan asumsi melihat hantu Rei dalam wajahnya. Tubuh Rayan menegang. Cemas. 

Ruth yang merasa tidak ada reaksi yang terlihat dari orang tersebut, kembali fokus pada air minum di atas meja sebelah kiri ranjangnya. 

Dengan susah payah ia mengangkat tangan kanannya ke atas untuk menggapai botol tersebut. Hasilnya jauh dari harapan. Alih-alih dapat, justru botol minum itu malah jatuh ke lantai. 

Rayan yang mengetahui kondisi tersebut akhirnya terpaksa bangun dari duduknya dan berjalan mengitari ranjang Ruth, memungut botol itu, membukanya dan membantu gadis itu minum.

Ruth masih belum menyadari siapa pemuda yang membantunya. Haus mengalahkan rasa ingin tahu, hingga saat tegukan ketiga yang hampir meloloskan jalan air di tenggorokannya, seketika membuat Ruth tersedak lalu menyemburkan air yang akan ditelannya ke wajah Rayan. 

Uhuk  uhuk .., Rei?! ucapnya setengah berteriak.

Rayan sudah menduga hal ini akan terjadi. Dengan tenang ia membersihkan air dari wajah dan selimut yang turut menjadi korban Ruth. 

"Tenang nona, tenang!" Rayan berusaha memperbaiki situasi yang menegangkan itu. 

"Rei ?!" panggilnya lagi, namun kali ini dengan suara lebih pelan dan tenang.

Rayan memutar otak. Segera membuat dua pilihan jawaban. Mengakui siapa dirinya atau berbohong bahwa Ia adalah Rei. Tapi apa urusanku hingga sedemikian rumit membuat pilihan. Tentu saja agar beban pikiran gadis ini tidak bertambah mengingat demamnya yang belum reda. Haruskah berbohong? Batinnya berontak. Tapi tidak ada yang memaksaku berbohong, bukan? Dan tidak juga menjadi beban bagiku jika mengakui kebenaran yang memang seperti ini. Batin Rayan semakin bimbang.

Saat Rayan sibuk dengan pikirannya. Ruth dengan entah kekuatan darimana, seketika itu juga melompat memeluknya dengan sangat erat.

"Rei .., ini benar kamu? Kamu kembali. Itu semua bohong, kan? Tidak ada makam, tidak ada yang sakit dan tidak ada yang pergi. Iya, kan?" kalimat Ruth bagai peluru yang menembus dada Rayan berkali-kali. Membuatnya tidak berkutik.

"Rei, aku rindu padamu." Ruth melonggarkan pelukannya. Mengangkat wajahnya menatap Rayan yang masih mematung. Menembus mata pemuda itu jauh ke dasar hati, hingga meruntuhkan pertahanan Rayan.

Rayan hanya mampu terkesima dengan tatapan Ruth yang jenaka, tampak bahagia. Mata coklat terangnya yang bening menyihir Rayan. Melepaskan logika merubah pendirian dan menetapkan diri dengan berkata, "Iya."

Rayan abai dengan pilihan pertama. Ia berubah haluan. Tangannya melingkar, memeluk gadis itu. Tubuh Ruth masih terasa hangat. Demamnya belum lagi reda, untuk sementara waktu, ini akan menenangkannya. Pikir Rayan.

Selesai. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Blog Jadi Media Belajar, Kenapa Tidak?

Blog sebagai Media Pembelajaran  Resume ke-5 Gelombang 29 Rabu, 28 Juni 2023 Narasumber: Dail Ma'ruf, M. Pd Moderator: Helwiyah, S. Pd, M.M.  KBMN 29 - Pertemuan kelima dilaksanakan pada Rabu, 28 Juni 2023. Bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.  Narasumber kali ini adalah seorang alumni KBMN gelombang 20. Beliau adalah Bapak Dail Ma'ruf, M. Pd yang akan membawakan materi 'Blog sebagai Media Pembelajaran'. Dimulai dengan kisah 'nol'-nya dalam dunia menulis, Pak Dail meyakinkan peserta bahwa jika punya niat dan kemauan, maka apa yang dicita-citakan akan terwujud. "Blog dan media pembelajaran itu apa?" Pak Dail memantik pertanyaan untuk mengurai materi yang akan disampaikannya.  Sejarah adanya blog, dikenal pada awal reformasi tahun 1998 oleh Jhon Barger.  Awalnya blog hanya dijadikan sebagai media untuk menulis buku harian, tapi kemudian berkembang hingga menjadi 12 jenis, di antaranya ada blog pendidikan, pribadi, sastra, bertopik, hukum, agama, bisnis...

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang d...