Langsung ke konten utama

Asramaku Syurgaku

Edisi - Harum Mewangi.



"Amma datang ... Amma datang!!" teriakan anak-anak menyambutku, sepintas kemudian riuh suara kaki-kaki berlarian. Geli rasanya perut menahan tawa. Hari ini sudah kuberitahukan pada mereka bahwa ada obat ampuh untuk mengatasi masalah yang merata dialami anak asrama, walau tidak semua. 


"Hohoho.. Ayo kumpul, hitungan ke sepuluh kalau tidak kumpul, amma akan.. Ulangi lagi hitungannya!" ancamku setengah bercanda. Hahaha..., apa-apaan sih. Batinku dalam hati. "baiklah, kalau kalian tidak kesini, maka amma yang akan kesana!"


Mudah saja menemukan mereka. Ada dua puluh tiga anak dalam asrama. Dengan tujuh kamar yang luas, empat kamar mandi, pelataran mencuci, ruang jemur pakaian, satu gudang, garasi, dapur, ruang belajar, ruang sholat dan taman. Tiga botol jamu yang baru kuambil dari bude pembuat jamu masih terasa hangat. Kuletakkan dua botol diatas meja dapur, mengambil gelas kecil dan mulai berkeliling. Saatnya beraksi! 


"Kiya.. Mau satu gelas penuh atau setengahnya?" aku bertanya pada salah satu anak putri yang bersembunyi di kamar mandi. Aku mengenali suaranya yang sempat berisik saat kakiku mendekati pintu. 


"Nggak mau, maa! Kiya nggak suka jamu." tolaknya dengan suara merengek. 


"Apa? Kiya mau satu gelas? Okay, baiklah" ini ancamanku yang penuh kasih sayang.


"Nggak mau, maa!" tolaknya lagi dengan tegas. 


"Oh.. Dua gelas? Tidak apa-apa, persediaan amma masih banyak."


"Aduuhh.. Ammaa..!" 


"Iya ada apa, sayang. Jadi mau berapa gelas?" aku masih berusaha menahan tawa. 


"Setengah aja, maa." akhirnya Kiya menyerah. Sungguh, hampir tidak pernah ada yang menolak bujukanku. 


Lima belas menit waktu yang di butuhkan untuk mencari dan membujuk mereka meminum habis jatah jamu sirih kunyit. Bagi yang sudah minum jamu, mereka tidak akan rela jika ada temannya yang berhasil menyembunyikan diri dan melewatkan acara minum jamu. Maka dengan kerjasama yang baik, semua merasakan nikmatnya jamu yang berkhasiat sebagai penghilang bau badan itu. 


Masalah bagi remaja tanggung dalam hal ini, seringkali dialami anak-anak asrama putri. Andai saja ada alat perekam bau, ingin sekali kurekam baunya. Sayangnya alat tersebut tidak ada. Usaha membantu mereka mengatasi bau badan ini berjalan kurang lebih dua minggu lamanya, kejar-kejaran, main petak-umpet dan bujukan maut itu kunikmati sebagai sarana olahraga sekaligus permainan yang menyenangkan. 


Dua minggu, satu persatu anak-anak menyadari manfaat dan khasiat dari jamu yang diminumnya. Anak-anak juga mulai mengganti jajanannya dari mengkonsumsi es bubble dan cincau susu menjadi jamu sirih, kunyit dan kencur saat penjual jamu lewat di depan asrama. 


Udara asrama di sore hari lebih segar sekarang. Padahal sebelumnya aku harus berjuang mencari udara segar setiap kali mereka pulang sekolah. Ahh...andai saja ada alat perekam bau, pasti sekarang mereka bakal tertawa sambil malu-malu mengenang kenyataan sebelumnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah