Langsung ke konten utama

Pintu Terakhir



Pintu utama serupa gerbang terbuka. Deritnya banal.

Gemuruh, suara hiruk pikuk menghalau gentar sela-sela hati. Baju-baju besi beradu, membentur serangan-serangan lawan.

Pintu-pintu lainnya mulai dibuka satu persatu, wujud-wujud mengerikan hadir tambahkan gentar nyali. Buas, lapar, amarah dan terancam gabung membaur. Hidup-mati diputuskan kali ini.

Sinis garis senyumanku lahir. Aku akan memanen ladangku. Bayangkan keindahan, betapa bahagianya dan itu akan terjadi.

Tapi, jika tiba-tiba aku sendirian berkuda di padang rerumputan hijau dengan sinar mentari menyapa wajah, aku yakin, pasti sudah sampai di Elysium. Terberkatilah aku, terberkati.

Delapan puluh pintu Colosseum menganga, menarik berpasang mata ke arena pepasiran. Bertemu tingkat kasta per kasta. Memandang nanar pergulatan panjang antar manusia dengan manusia dan manusia dengan hewan buas, terhidang.

Anyir darah, sabetan pedang, dentingan tombak dan benturan baju besi bak orkestra lahirkan simfoni kematian. Mengalun dengan cepat, memburu laju detak jantung memompa hidup.

Ladangku membentang luas di balik pintu terakhir, bersama siluet tubuh kekasih. Kembali.

Tapi, Taman Elysium jelas terlihat hadir di hadapan. Tanpa pintu.

Terberkatilah apa yang kulakukan semasa hidup, terberkati. Gemanya bergaung di keabadian. Mengurai rantai nestapa yang membelenggu, membentuk epitaf yang akan kutancapkan di ladang yang membentang siap panen, agar dapat dibelai kekasih.

Pintu-pintu colosseum masih menganga. Menarik berpasang-pasang mata, melepas beringas nyawa budak-budak piawai. Puaskan mata, tontonan terhidang dan pintu terakhir tak pernah dibuka.


#MU-14

Komentar

  1. kak Na always keren. aku blm mampu macam nie lah

    BalasHapus
  2. Kerenan bang Ian, dong. Apalagi Uncle, wuiihhh...Jago banget.

    BalasHapus
  3. Karin, ajarin iput biar tulisan bisa kaya diksi gtu dongss😍πŸ˜₯

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehhe.. yuk kita belajar sama-sama, mba.

      Hapus
  4. Saya suka.. Saya suka.. Diksinya keren banget mbak na.. 😍😍😍 teach me please... πŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya masih belajar, Mba Sas. :)
      Kita belajar sama-sama, yuk!
      Cerpennya Mba Sas nih yang keren.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah