Langsung ke konten utama

Dalam Gelap (part 3)

-Penasaran-


Simak kisah sebelumnya disini


Berkali-kali sudah Arga membunyikan lonceng pagar. Hasilnya masih sama, tak ada yang keluar dari rumah untuk menyambutnya.

Langkah yang akan diambil berikutnya adalah balik kanan dan pulang ke rumah, mungkin penghuni rumah ini memang sedang tidak ada, buktinya tak ada respon dari panggilan yang dilakukannya tadi.

“Darimana Ga?” Tanya Boy yang baru selesai melahap habis buku novelnya. Temannya yang satu ini termasuk yang gila baca. Isi kamarnya dipenuhi dengan koleksi buku beberapa penulis ternama dari dalam dan luar negeri.

“Dari rumah diseberang sana, tadinya mau ngantar titipan paket. Tapi yang punya rumah gak keluar-keluar.” Jawabnya menjelaskan. Kemudian berlalu dan masuk kekamar. Siang-siang begini lebih enak tidur, pikirnya.

“Coba saja nanti malam, biasanya dia keluar malam-malam!” Saran Boy kemudian.

“Kamu gak bercanda Boy, memangnya pernah lihat tetangga yang di depan keluar dari rumahnya malam hari?” Arga urung menutup pintu kamar demi mendengar usul Boy, Ia hampir tak percaya.

“Sekali, itu juga pas lagi nutup pagarnya. Jadi yang kelihatan Cuma tangannya doang.”

“Heh..dasar, kalimatmu itu kayak yang sering banget ngeliat tuh cewek!!” Umpat Udin yang baru keluar dari dapur. Percakapan tadi ternyata disimak dengan baik olehnya. Rasa penasaran yang belum tuntas justru membuat Udin kesal setelah mendengar jawaban Boy barusan. Serbet ditangannya pun melayang dengan mulus di wajah Boy.

“Eh..iya ini saya serius. Gak bohong apalagi ngarang!” Sambar Boy sambil tangannya melempar kembali serbet ke arah Udin. Kali ini serbet sukses betengger dikepala lawan.

Arga hanya tertawa melihat tingkah dua temannya yang hampir tak pernah sepi dari kelakuan dan candaan mengundang tawa.

Tak dapat dipungkiri, kami bertiga memang penasaran dengan tetangga didepan rumah. Kata salah satu warga setempat yang pernah ditanya terkait keberadaan tetangga kami tersebut, penghuninya jarang ada dirumah, sesekali saja mereka datang dan itupun tidak lama.

Malamnya, Arga kembali mencoba menggedor pagar tetangganya untuk menyerahkan kiriman paket yang diterima tadi siang. Kali ini pagar tidak terkunci, Ia dengan santainya mendorong pagar tersebut dan melangkah ke pintu.

Berkali-kali Arga mengetuk pintu, namun tak ada yang keluar. Sayup-sayup terdengar suara music dari dalam sana. Dengan yakinnya Arga kembali mengetuk pintu lebih keras. Pikirnya mungkin ketukan sebelumnya tak terdengar.

Suara musik pun terhenti, ketukan pintu yang terakhir tadi bisa jadi penyebabnya. Suara langkah kaki terdengar dari dalam sana hingga sampai di belakang pintu.

“Assalamualaikum, ini benar rumahnya Kiran Kalyani?” Tanya Arga sedikit gugup, kabar rumah misterius berkelebat diotaknya sesaat. Jika diperhatikan memang rumah ini tampak suram, tak ada cahaya lampu yang menerangi bagian teras, syukurnya rembulan malam ini utuh, cahayanya cukup membantu mata untuk melihat.

“Saya Arga, mau mengantarkan barang.” Lanjut Arga lagi. Kali ini dengan suara lebih mantap, tak ada yang perlu ditakutkan pikirnya, selain kepada Tuhan saja.

Pintu terbuka sedikit, bahkan tak ada cahaya terang dari dalam, hanya sebatang lilin yang membantu menerangi ruang tamu.

“Wa’alaikumsalam, iya benar..saya Kiran.” Jawab seorang gadis yang berdiri sambil menempelkan sebagian tubuhnya di pintu. Rambutnya dibiarkan terurai hingga kepinggang, lurus dan hitam. Tubuhnya ramping dengan kulit berwarna putih, benar-benar putih hingga terkesan pucat pasi.

“Terimakasih.” Sambungnya lagi, gadis itu menerima barang yang diserahkan Arga.

“Eh..tunggu sebentar, ada yang mau saya tanyakan.” Desak Arga saat gadis itu akan menutup pintu.
“Apa ada masalah dengan aliran listrik dirumahmu? Mungkin saya bisa bantu.” Tanyanya dengan rasa penasaran. Bagaimana tidak, lima bulan sejak pindah, Arga tak pernah bertemu dengan tetangganya ini. Kesempatan langka akhirnya bisa bertemu dan sayang sekali jika dilewatkan begitu saja.

“Tidak apa-apa, listriknya ada kok, saya memang lebih senang dengan cahaya yang redup. Maaf..sekali lagi terimakasih.” Gadis itu menutup pintu, setelah sebelumnya melayangkan senyum manis di wajah pucat pasinya. cahaya lilin yang terlihat dari sela-sela ventilasi kini menjauh, masuk ke bagian rumah yang lebih dalam.


Gadis aneh, eh..tapi bisa juga disebut unik. Bahkan sangat sombong.” Pikir Arga sambil melangkah pulang. 


Bersambung...

Komentar

  1. Gadis aneh kadang membuat cowok penasaran hehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Ditunggu kelanjutannya...siapa gadis itu

    BalasHapus
  4. Ditunggu kelanjutannya...siapa gadis itu

    BalasHapus
  5. Lama gk bisa BW ke rumah Mbk Nine-Na, semakin bagus karya sampean.
    Arga dan gadis sombong ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah