-Penasaran-
Simak kisah sebelumnya disini
Berkali-kali sudah Arga membunyikan
lonceng pagar. Hasilnya masih sama, tak ada yang keluar dari rumah untuk
menyambutnya.
Langkah yang akan diambil berikutnya
adalah balik kanan dan pulang ke rumah, mungkin penghuni rumah ini memang sedang
tidak ada, buktinya tak ada respon dari panggilan yang dilakukannya tadi.
“Darimana Ga?” Tanya Boy yang baru
selesai melahap habis buku novelnya. Temannya yang satu ini termasuk yang gila
baca. Isi kamarnya dipenuhi dengan koleksi buku beberapa penulis ternama dari dalam
dan luar negeri.
“Dari rumah diseberang sana, tadinya
mau ngantar titipan paket. Tapi yang punya rumah gak keluar-keluar.” Jawabnya
menjelaskan. Kemudian berlalu dan masuk kekamar. Siang-siang begini lebih
enak tidur, pikirnya.
“Coba saja nanti malam, biasanya dia
keluar malam-malam!” Saran Boy kemudian.
“Kamu gak bercanda Boy, memangnya
pernah lihat tetangga yang di depan keluar dari rumahnya malam hari?” Arga urung
menutup pintu kamar demi mendengar usul Boy, Ia hampir tak percaya.
“Sekali, itu juga pas lagi nutup
pagarnya. Jadi yang kelihatan Cuma tangannya doang.”
“Heh..dasar, kalimatmu itu kayak
yang sering banget ngeliat tuh cewek!!” Umpat Udin yang baru keluar dari dapur.
Percakapan tadi ternyata disimak dengan baik olehnya. Rasa penasaran yang belum
tuntas justru membuat Udin kesal setelah mendengar jawaban Boy barusan. Serbet
ditangannya pun melayang dengan mulus di wajah Boy.
“Eh..iya ini saya serius. Gak bohong
apalagi ngarang!” Sambar Boy sambil tangannya melempar kembali serbet ke arah
Udin. Kali ini serbet sukses betengger dikepala lawan.
Arga hanya tertawa melihat tingkah
dua temannya yang hampir tak pernah sepi dari kelakuan dan candaan mengundang
tawa.
Tak dapat dipungkiri, kami bertiga
memang penasaran dengan tetangga didepan rumah. Kata salah satu warga setempat
yang pernah ditanya terkait keberadaan tetangga kami tersebut, penghuninya
jarang ada dirumah, sesekali saja mereka datang dan itupun tidak lama.
Malamnya, Arga kembali mencoba menggedor
pagar tetangganya untuk menyerahkan kiriman paket yang diterima tadi siang.
Kali ini pagar tidak terkunci, Ia dengan santainya mendorong pagar tersebut dan
melangkah ke pintu.
Berkali-kali Arga mengetuk pintu,
namun tak ada yang keluar. Sayup-sayup terdengar suara music dari dalam sana.
Dengan yakinnya Arga kembali mengetuk pintu lebih keras. Pikirnya mungkin
ketukan sebelumnya tak terdengar.
Suara musik pun terhenti, ketukan
pintu yang terakhir tadi bisa jadi penyebabnya. Suara langkah kaki terdengar
dari dalam sana hingga sampai di belakang pintu.
“Assalamualaikum, ini benar rumahnya
Kiran Kalyani?” Tanya Arga sedikit gugup, kabar rumah misterius berkelebat
diotaknya sesaat. Jika diperhatikan memang rumah ini tampak suram, tak ada
cahaya lampu yang menerangi bagian teras, syukurnya rembulan malam ini utuh,
cahayanya cukup membantu mata untuk melihat.
“Saya Arga, mau mengantarkan
barang.” Lanjut Arga lagi. Kali ini dengan suara lebih mantap, tak ada yang
perlu ditakutkan pikirnya, selain kepada Tuhan saja.
Pintu terbuka sedikit, bahkan tak
ada cahaya terang dari dalam, hanya sebatang lilin yang membantu menerangi
ruang tamu.
“Wa’alaikumsalam, iya benar..saya
Kiran.” Jawab seorang gadis yang berdiri sambil menempelkan sebagian tubuhnya di
pintu. Rambutnya dibiarkan terurai hingga kepinggang, lurus dan hitam. Tubuhnya
ramping dengan kulit berwarna putih, benar-benar putih hingga terkesan pucat
pasi.
“Terimakasih.” Sambungnya lagi,
gadis itu menerima barang yang diserahkan Arga.
“Eh..tunggu sebentar, ada yang mau
saya tanyakan.” Desak Arga saat gadis itu akan menutup pintu.
“Apa ada masalah dengan aliran
listrik dirumahmu? Mungkin saya bisa bantu.” Tanyanya dengan rasa penasaran.
Bagaimana tidak, lima bulan sejak pindah, Arga tak pernah bertemu dengan
tetangganya ini. Kesempatan langka akhirnya bisa bertemu dan sayang sekali jika
dilewatkan begitu saja.
“Tidak apa-apa, listriknya ada kok,
saya memang lebih senang dengan cahaya yang redup. Maaf..sekali lagi
terimakasih.” Gadis itu menutup pintu, setelah sebelumnya melayangkan senyum
manis di wajah pucat pasinya. cahaya lilin yang terlihat dari sela-sela
ventilasi kini menjauh, masuk ke bagian rumah yang lebih dalam.
“Gadis aneh, eh..tapi bisa juga
disebut unik. Bahkan sangat sombong.” Pikir Arga sambil melangkah pulang.
Bersambung...
Gadis aneh kadang membuat cowok penasaran hehe
BalasHapusSaya juga penasaran.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDitunggu kelanjutannya...siapa gadis itu
BalasHapusDitunggu kelanjutannya...siapa gadis itu
BalasHapusLama gk bisa BW ke rumah Mbk Nine-Na, semakin bagus karya sampean.
BalasHapusArga dan gadis sombong ...