Langsung ke konten utama

Puisi-puisi Adriana

Puisi di Koran Minggu - Pontianak Post

Kata-Mu

Hidupku adalah kata-kata yang Kau tenun sedemikian elok menjadi hamparan cerita.

Kesenanganmu adalah kepatuhanku menapaki jalan lurus dengan cabangnya yang bertabur tanda tanya.

Sesekali langkah ini latah hingga tergelincir dengan pastinya membentur-bentur duri yang tampak seperti bulu, lantas tersesat dengan senang hati, sedemikian suram.

Celakanya aku!

Tapi ..., Kau masih menungguku di ujung jalan dengan dan tanpa cahaya.

Sekali waktu kuterka senang sekali engkau bercanda.

Duhai maha sabar dan baiknya.

 

Takut

Aku sedang takut, pada kata-kata dalam hati, pada bayangan yang berkelebat di kepala.

Seperti ada aku yang lain dalam aku.

Mengundangnya hadir dengan leluasa untuk sekehendaknya.

Ah, ternyata dia mahluk buruk yang menyerupaiku.

 

Terima Kasihku

Kau membuatku bertahan dari ketiadaan

Kaki yang lemah ini terus kau topang untukku mampu berdiri

Air kehidupan terus kau tuang ke dalam cangkirku yang kecil dan rapuh

Aku hanya perlu tunduk dan berterimakasih

Tapi tak jarang kubenturkan cangkirku hingga retak

Lalu dengan cintamu, cangkirku yang kosong kau isi kembali

Terima kasih

 

Di Hari Lahirmu

Bulan sudah purna, nak

Telah pun sampai waktunya, langit yang sepanjang malam tersenyum padamu

Bawalah kisah-kisah tua pada lelapmu

Sampai pada terang kembali menyentuh wajahmu yang sempurna.

Ukir kembali kisah, isi kembali kendi-kendi sampai penuh, sampai tumpah berlimpah makna.

Berenanglah dalam hikmah yang dihampar-Nya

Dan,

Petik sebanyak-banyaknya cahaya.

Kenang dan bahagialah, nak

Bulan baru saja purna

Sudah tiba waktunya

Semua semoga akan sampai padamu

Doaku.

 

Lelap

Kelamnya langit selimuti aku yang berlayar jauh membayar dendam kala siang

Dinginnya menusuk tulang hingga lelap menyeret gelap

Beliau duduk di sampingku dalam diam yang tidak sepi

Ada banyak cahaya yang hendak diletakkannya jika saja tanganku menengadah

Sungguh celaka dan ruginya aku!

Berlayar jauh melewati tujuanku


Dimuat di Koran Pontianak Post, edisi; Minggu 11 April 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai

Topeng (bag.9)

-Surat Misterius-   Ikuti kisah sebelumnya disini Dua surat diterima pagi itu, seorang karyawan kemudian mengantarkannya pada orang yang dituju. Dimas adalah salah satu penerima surat tersebut, Ia membalik amplop putih yang baru diterimanya untuk mencari tahu siapa pengirimnya. Tak ada. Yang Terhormat : Dimas Arga Atmaja, M.E Hanya namanya saja yang tertera disitu, surat itu kemudian diletakkan begitu saja, karena Dimas enggan untuk membacanya. Namun tak berapa lama kemudian, dengan sukarela Dimas memungut kembali surat tanpa nama pengirim itu, menyobek salah satu sisi amplop lalu membacanya.  ‘ AKU SUDAH TAHU! ’ Begitu isi kalimat yang tertera pada kertas dengan warna kelabu, singkat. Untuk beberapa saat Dimas mematung setelah membaca surat itu, memang tidak jelas apa yang diketahui, namun hati tak dapat dibohongi. Dugaannya surat ini pasti berhubungan dengan Kasus pembunuhan yang terjadi. Mau tidak mau ingatan Dimas kembali pada sms yang diterimany

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah