Puisi di Koran Minggu - Pontianak Post |
Kata-Mu
Hidupku
adalah kata-kata yang Kau tenun sedemikian elok menjadi hamparan cerita.
Kesenanganmu
adalah kepatuhanku menapaki jalan lurus dengan cabangnya yang bertabur tanda
tanya.
Sesekali
langkah ini latah hingga tergelincir dengan pastinya membentur-bentur duri yang
tampak seperti bulu, lantas tersesat dengan senang hati, sedemikian suram.
Celakanya
aku!
Tapi
..., Kau masih menungguku di ujung jalan dengan dan tanpa cahaya.
Sekali
waktu kuterka senang sekali engkau bercanda.
Duhai
maha sabar dan baiknya.
Takut
Aku
sedang takut, pada kata-kata dalam hati, pada bayangan yang berkelebat di
kepala.
Seperti
ada aku yang lain dalam aku.
Mengundangnya
hadir dengan leluasa untuk sekehendaknya.
Ah,
ternyata dia mahluk buruk yang menyerupaiku.
Terima Kasihku
Kau
membuatku bertahan dari ketiadaan
Kaki
yang lemah ini terus kau topang untukku mampu berdiri
Air
kehidupan terus kau tuang ke dalam cangkirku yang kecil dan rapuh
Aku
hanya perlu tunduk dan berterimakasih
Tapi
tak jarang kubenturkan cangkirku hingga retak
Lalu
dengan cintamu, cangkirku yang kosong kau isi kembali
Terima
kasih
Di Hari Lahirmu
Bulan
sudah purna, nak
Telah
pun sampai waktunya, langit yang sepanjang malam tersenyum padamu
Bawalah
kisah-kisah tua pada lelapmu
Sampai
pada terang kembali menyentuh wajahmu yang sempurna.
Ukir
kembali kisah, isi kembali kendi-kendi sampai penuh, sampai tumpah berlimpah
makna.
Berenanglah
dalam hikmah yang dihampar-Nya
Dan,
Petik
sebanyak-banyaknya cahaya.
Kenang
dan bahagialah, nak
Bulan
baru saja purna
Sudah
tiba waktunya
Semua
semoga akan sampai padamu
Doaku.
Lelap
Kelamnya
langit selimuti aku yang berlayar jauh membayar dendam kala siang
Dinginnya
menusuk tulang hingga lelap menyeret gelap
Beliau
duduk di sampingku dalam diam yang tidak sepi
Ada
banyak cahaya yang hendak diletakkannya jika saja tanganku menengadah
Sungguh
celaka dan ruginya aku!
Berlayar
jauh melewati tujuanku
Dimuat di Koran Pontianak Post, edisi; Minggu 11 April 2021
Komentar
Posting Komentar