Langsung ke konten utama

Pieces of Beauty - 3

     Ya ... Dania benar, Aku kini mulai menikmati foto-foto yang dikirimnya. Gadis itu mulai berhasil menyeretku keluar dari kelabunya hati sejak ditinggal Suci. Adnan kembali melihat lembaran foto satu persatu.

     Total keseluruhannya ada empat puluh lima lembar foto sekarang. Dania rutin sekali mengirimkannya. Bagai batu yang ditetesi air terus menerus, seperti itulah Adnan kini. Walau belum sepenuhnya mengakui keindahan objek dalam foto-foto itu, tapi kehadirannya yang menggambarkan dunia di luar sana melalui mata Dania membuat Adnan bersemangat. Menanti gambar berikutnya lagi dan lagi.

     Daun jatuh. Kau pandai sekali Dania, ini titik balikku. Gambar ke dua puluh lima itu telah menghentak kesedihanku. Memang tidak sepenuhnya, tapi Aku mulai bergerak dan sedikit bosan dengan ruang tidurku. 

     "Apa Kau akan keluar, Adnan?" tanya Ibu yang sedang menyirami taman Orchidaceae ketika Adnan, anak semata wayangnya itu melintas di depan rumah anggrek yang berukuran cukup besar. Ibu Adnan adalah pecinta bunga yang memiliki banyak jenis ini. Jenis anggrek yang paling mendominasi koleksinya adalah Paraphalaenopsis Serpentilingua - Anggrek Bulan Kalimantan Barat yang termasuk sebagai tanaman yang dilindungi pemerintah Indonesia. Sebab dilindungi tersebut, Ibu Adnan sengaja membudidayakan jenis anggrek yang satu ini lebih banyak daripada yang lainnya.

     "Tidak, Bu. Aku hanya ingin melihat-lihat tanaman Anggrek disini."

     "Pandai juga kamu bosan dikamar ya?" tanya Ibu yang kini kembali sibuk memindahkan beberapa anggrek ke tempat yang lebih luas. Luas rumah anggrek itu kini sudah di tambah lagi, berhubung semakin banyaknya Ibu mendapat kiriman anggrek dari beberapa temannya di luar daerah.

     Sebelumnya ibu tidak begitu mengenal anggrek, sampai dengan Adnan membawa salah satu anggrek yang ia dapat sepulang mendaki dengan kelompok pecinta alam di kampusnya. Ibu sangat senang dengan anggrek tersebut.

     "Anggrek nomor satu dimana bu?" tanya Adnan mencari anggrek yang dulu pernah Ia berikan ke ibu sebagai hadiah ulang tahun sekaligus oleh-oleh sepulang dari pendakiannya. Spathoglottis Plicata Blume dikenal pula dengan nama Anggrek Tanah. Salah satu manfaat dari Anggrek itu telah membantu Adnan ketika kakinya terkilir saat turun dari bukit pendakian. Dan itu pula yang membuat Ibu jatuh cinta pada Anggrek selain warnanya yang memang menarik.

     "Di ujung, pojok kanan tidak jauh dari tempatmu berdiri." Ibu menunjukkan posisi yang dimaksud tanpa mengalihkan matanya dari anggrek yang kini berada di tangan. Siap untuk dipindahkan ke tempat yang lain.

     Adnan mencari anggrek penuh kenangan tersebut. Warnanya yang ungu membuat sosoknya dapat dengan mudah dikenali.

     "Ibu benar-benar hebat. si nomor satu ini masih sehat seperti sediakala." Puji Adnan untuk ibunya.

     "krriingg ... krriingg ..." bel pintu rumah berbunyi. Adnan segera menuju teras yang letaknya tidak jauh dari rumah anggrek. Seorang petugas pos datang. menyerahkan amplop dengan nama pengirim yang sangat Adnan kenal. Dania.

   

   

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka