Langsung ke konten utama

Pieces of Beauty - 5

     Empat hari sudah Dania dan kelompok pecinta alam melaksanakan kegiatan di Bukit Kelam. Adnan tidak mendapatkan kiriman foto sejak itu. Ada perasaan rindu yang menyerangnya, ingin segera ia melihat hasil foto-foto yang secara rutin dikirim Dania, dan tentu saja ia juga rindu pada si gadis ceria sekaligus keras kepala itu.

     Adnan meraih kameranya. Rindu yang ia rasakan kali ini berhasil membawanya sudi untuk menyentuh kembali benda yang selama ini menjadi teman sejati dalam menyimpan momen berharga di setiap pendakian.

     Cklik ... cklik ..., Adnan mencoba kameranya. Tidak berubah, masih bagus. Batinnya menilai hasil gambar dilayar kamera. Harusnya gadis itu belajar padaku sebelum bertekad mengumpulkan foto-foto. Suara hatinya angkuh mengakui kepiawaiannya dalam mengambil gambar.

     "Adnan ... Adnan!" panggil ibu dari ruang tengah.

     "Ya ... bu!" segera Adnan beranjak keluar dari kamarnya, menghampiri ibu.

     "Ada temanmu, di ruang tamu." Ibu memberitahukan, lantas ke dapur menyiapkan minuman.

     Adnan segera menuju ruang tamu. Ada Gery dengan wajahnya yang sedikit gelap, terbakar sinar matahari, hasil dari kegiatan selama empat hari. 

     "Hai Gery, gimana kegiatannya, lancar?" sapa Adnan 

     "Adnan, aku baru sampai dan langsung menuju kesini. Kami mengalami kecelakaan. Truk yang kami tumpangi terguling." Gery menyampaikan berita duka. 

     "Apa ...? ada korban ...?" raut wajah Adnan menegang. Tidak menyangka akan mendapat kabar seperti ini.

     "Dania dan dua anggota baru. Kami terpaksa menggunakan truk untuk kembali karena tidak mendapatkan bus. Bus yang sebelumnya--"

     "Bagaimana kondisi Dania?" potong Adnan tidak sabar menanyakan kondisi Dania.

     "Kritis, Dania yang paling parah. Aku minta maaf atas kejadian ini, Adnan." sesal Gery.

     Adnan segera ke kamarnya, menyambar kunci motor dan segera kembali ke ruang tamu. Ia akan ke rumah sakit bersama Gery. 

     "Adnan, kamu mau kemana?" tanya ibu yang baru selesai membuat minuman.

     "Ada teman yang kecelakaan, Adnan ke rumah sakit dulu ya, bu!" pamit Adnan terburu-buru, segera keluar rumah kemudian menuju garasi.

     Ruang UGD ramai dengan korban kecelakaan, sebagian dari mereka adalah kelompok pecinta alam, mahasiswa di kampus tempat Adnan kuliah. Rata-rata dari mereka hanya mengalami luka ringan. Sedangkan Dania dan dua orang anggota yang mengalami luka berat. Saat Adnan tiba di sana, satu dari ketiga korban luka berat itu baru saja meninggal di atas meja operasi, Dania koma dan satu anggota lagi sudah di pindahkan ke ruang observasi. 

     Gery menyerahkan tas kecil yang biasa dipakai Dania untuk menyimpan kameranya. Ada banyak foto tersimpan disana. Empat foto diantaranya ditujukan untuk Adnan, ada keterangan di bagian belakang foto. Bukit Kelam, puncak bukit, langit mendung dan terakhir adalah sebuah foto jalanan yang diambil ketika posisi Dania berada di atas truk. Ada catatan kecil di sudut bagian belakang foto jalan tersebut. Potongan Keindahan yang ke-lima puluh.

     Tangan Adnan bergetar, kesedihan mengupas hatinya. Beruntung posisinya tidak jauh dari kursi panjang yang menempel di dinding depan ruang ICU, tempat Dania terbaring. Adnan menghempaskan tubuhnya di atas kursi setelah melihat foto-foto Dania, terlebih setelah melihat kondisi Dania dengan berbagai alat medis mengelilingi tubuh dari balik dinding kaca ruangan. Gery menepuk perlahan bahu Adnan, ia tahu bahwa sahabatnya sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa Dania. 

Bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka