Langsung ke konten utama

Pieces of Beauty - 4

     Sebuah foto dengan gambar ruangan yang sangat Adnan kenal, base camp pecinta alam. Tentu saja terlihat berantakan, seperti biasanya. Dan ada surat yang disertakan bersamaan dengan foto tersebut. Surat ini dikirim kemarin, kenapa tidak diantar langsung kerumah? Protes Adnan dalam hati.

     "Hai Adnan, lusa kami akan ke Bukit Kelam. Aku sedang bersiap-siap hari ini. Apa kau masih belum mau ikut? Ayolah Adnan, ini sudah satu semester lewat. Apa patah hatimu akan terus berlanjut? Sampai kapan? Jika kalimatku ini tidak terbukti, kutunggu diperjalanan besok. Ok! "

     Gadis keras kepala! Aku bukannya patah hati akut, entah kenapa aktifitas mendaki atau sejenisnya sudah tidak lagi menarik sekarang dan tentu saja tidak membuat hatiku nyaman. Mungkin Dania benar, aku patah hati. Tapi terserahlah, aku hanya ingin seperti ini.

     Adnan memasukkan kembali foto keempat puluh enam itu ke dalam amplop. "Maaf Dania,  fotomu kali ini tidak membuatku rindu atau tertarik mencoba lagi keseruan menapakkan kaki ke dataran-dataran tinggi itu."

***

     Dia tidak datang, sudah kuduga. Ah.. Aku baru tahu, ternyata laki-laki kalau patah hati bisa selarut ini. 

     Dania sibuk merapikan barang-barang bawaannya, menyusun dan menata dengan baik semuanya agar bisa masuk ke dalam tas.

     "Dania! " Gery wakil ketua kelompok pecinta alam memanggil.

     "Iya... " Dania menoleh setelah meletakkan barang-barangnya di atas bus.

     "Ada yang mau ketemu di Kantins." Gery memberitahukan pesan yang ia dapat dari seseorang.

     "Siapa?" tanya Dania heran, sepertinya dia tidak punya hutang apapun disana. Tanpa membuang waktu Dania segera ke tempat yang dimaksud. Letak bangunan kecil itu tidak jauh dari base camp pecinta alam.

     Alasan tempat itu disebut Kantins adalah karena terdapat lebih dari satu kantin disana. Bangunan dengan leter U itu memiliki 6 pintu. Masing-masing pintu menjual berbagai macam makanan yang harganya cocok dengan mahasiswa. Dan kantin yang biasa dijadikan anak-anak pecinta alam sebagai tempat nongkrong sekaligus kantin langganan adalah yang berada tepat di bagian tengah, nomor 3.

     "Hai.. Dania! " Sapa Adnan, melambaikan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk mengaduk gelas minuman dengan sedotan.

     "Hai Adnan.. Tidak kusangka kau akan datang. Apa ini berarti kau mau ikut dengan kami. Ke Bukit Kelam, Mister?" tanya Dania senang dengan kehadiran Adnan. Ia pikir lelaki yang satu ini akan berada di rumah saja selama liburan semester berlangsung.

     Adnan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dia tidak akan ikut. Ya, kedatangannya kali ini hanya ingin bertemu Dania dan membuktikan bahwa dia tidak mengalami patah hati akut selain patah tulang kaki yang selama hampir tiga bulan membuatnya harus berputar di sekitar rumah sakit, rumah dan rumah sakit lagi. Sedangkan asal usul kenapa kakinya patah itulah yang menghubungkan kelanjutan kisah kasihnya dengan Suci.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka