Langsung ke konten utama

Somnolent Detecment - 2



"Pagi cantik, ayo bangun! Sekarang sudah jam 4.30, sebentar lagi azan subuh akan terdengar." Ayah menepuk lembut pipi Sarah. Menarik selimut yang menutupi tubuh mungil itu ke arah bawah, menyisakan sedikit bagian selimut menutupi kaki putrinya agar udara dingin bisa dirasakan. Jendela kamar kemudian dibukanya satu persatu, Ayah berniat sekali membuat putrinya bangun lebih awal dengan bantuan angin yang perlahan berhembus masuk ke dalam ruang kamar.

"Sebentar lagi, Yah. Sarah masih ngantuk, lima belas menit saja." tangan Sarah menggapai ujung selimut yang masih menutupi kaki.

"Lima menit, Ayah tunggu di ruang sholat!" usai mematikan lampu tidur, Ayah keluar dari kamar, menutup pintunya perlahan. Meninggalkan Sarah dengan lima menit jatah sisa kantuknya.

Hei, kamu masih mengantuk, bukan? Mau bergabung dengan kami? Mari ke tempat kami, disana sangat menyenangkan. Kamu bisa tidur sepuasnya, itu pun jika kamu mau. 

Ya, aku masih mengantuk. Aku ingin tidur lebih lama lagi tapi ayah menungguku diruang sholat. Aku ingin tidur sepuasnya. Udara juga sangat dingin. Air di kamar mandi pasti membuat tubuhku semakin menggigil kedinginan. 

Kalian dengar! Dia ingin tidur sepuasnya. Dia mau bergabung dengan kita. Tentu saja itu karena dia masih sangat mengantuk. Udara dingin seperti ini akan lebih baik jika tidur saja, dan dia inginkan itu. 

Kamu bisa ikut dengan kami sekarang, ayo! Kamu hanya perlu mengikuti kami, percayalah tidur lebih baik daripada menyentuh air dingin di kamar mandi. Itu akan membuatmu menggigil kedinginan. 

Sarah.. Sarah.. Sarah! 

Ibu...?  Ya Tuhan, ini benar ibu, kan? Ibu memanggilku. Tangannya melambai-lambai kearahku dan membentang menawarkan pelukan. Aku rindu ibu, aku rindu ibu. Jangan pernah pergi lagi bu. Jangan pergi lagi. Aku kesepian. 

Pergilah, pergilah pada ibumu! Bukankah kamu sangat merindukannya. Sambut pelukannya, Dia juga pasti merindukanmu. Kamu tidak akan pernah kesepian lagi. Ibumu sudah datang sekarang, jangan biarkan dia lama menunggu. Pergilah! Peluk ibumu! 

******

Aku menunggu ibu sejak pagi tadi, ibu tidak pernah meninggalkan rumah selama ini. Jarum jam terasa semakin lambat berputar, membuat bagian dalam dadaku sakit. Kata ayah, aku hanya merasa cemas, mungkin juga rindu pada ibu. Bersabar adalah kata yang kemudian sangat sering ayah ucapkan. Padahal aku tidak pernah tahu apa artinya bersabar. Aku ingin ibu segera pulang.

Minggu pagi, kakiku mengayuh sepeda dengan cepat. Berlomba-lomba dengan ayah yang walau bagaimanapun kukerahkan semua tenaga untuk bisa lebih cepat, tetap saja ayah bisa menyusul sejajar dengan ban belakang sepedaku.

"Sarah tidak akan kalah!" teriakku pada ayah tanpa memalingkan wajah ke belakang.

"Oo yaa?" gelak tawa ayah mempermainkan Sarah.

Dua blok lagi, aku akan sampai di rumah lebih dulu. Memeluk ibu sebagai bagian akhir dari perlombaan balap sepeda dengan ayah. Meneguk habis susu kotak kesukaanku dan biskuit kelapa dengan rasa paling nikmat sedunia. Ibu, Sarah datang!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka