Apaaa...oh tidak...!" Ima terlonjak kaget dengan hasil tesnya. Ini kali keduanya Ia harus melotot melihat alat tes kehamilan setelah sebelumnya sekitar 7 atau 8 bulan yang lalu ia juga melakukan hal yang sama. "Duh Gusti nu agung...kunaon iyeu teh?" Ima hanya dapat memasrahkan kepada Satu-satunya Tuhan dalam hidupnya. Hamil lagi diusia tua (baginya) tak pernah ia rencanakan apalagi dibayangkan, tidak dan terlalu mustahil. Namun kenyataannya kini itu berlaku padanya. Positif dengan garis dua. Pasrah, karena Ima malu, sebelumnya sekitar 7 atau 8 bulan yang lalu, Ia meronta pada Tuhannya, tak terima jika ia hamil di usai 45 tahun. Marah, kesal dan takut jadi satu dalam menghadapi kehamilan anak keenamnya kali ini. Diusia yang tak lagi muda, bagaimana Ia bisa kuat untuk mengandung, karena diusia muda saja rahimnya tak cukup kuat, apalagi diusia 45 tahun. "Apa kata dunia, apa kata keluarga besarnya, bagaimana pula respon suaminya nanti." Cemas Ima semakin