Langsung ke konten utama

Pieces of Beauty - 1

100 lembar ...
Dan itu akan kuwujudkan.
Bangunlah ...
Dunia itu sangat indah.

***

     "Yap ..., dua puluh satu. Untuk hari ini ada sepasang kupu-kupu yang menari." Dania tersenyum puas melihat hasil fotonya.

     Kupu-kupu dihadapannya itu bagai sepasang kekasih. Mereka akan menjalin hubungan untuk mempertahankan rasnya. Salah satu misi dari makhluk hidup, berkembang biak.

     Dania akan mengirimkan fotonya pada seorang pemuda. Adnan. Laki-laki yang membuatnya tertantang untuk dapat merubah jalan pikiran dan sikapnya yang dingin.

     Suara pesan masuk terdengar dari hanphone Adnan. Sedikit malas, pemuda itu meraih benda persegi itu dari atas meja. Tepat berada di sisi ranjangnya.

     "Hai ... Aku menitipkan foto untuk hari ini pada perawat. Semoga kau suka." pesan tersebut dikirim oleh Dania.

     Selang beberapa waktu kemudian, seorang perawat masuk dan menyerahkan amplop putih pada Adnan. Tepat setelah pemuda itu meletakkan kembali handphonenya di atas meja.

     "Terimakasih" untuk kesekian kalinya Adnan harus menerima amplop serupa. Kemudian mengucapkan terimakasih pada perawat yang berbeda setiap harinya. Dasar gadis keras kepala, menyusahkan saja kerjaannya. Batin Adnan mengumpat.

     Setelah perawat post dadakan itu berlalu dan menghilang dibalik pintu kamar inapnya, Adnan segera merobek sisi amplop lantas mengeluarkan isinya. Mata coklatnya yang bening, lekat memandang gambar di dalam foto. Tertegun.

     "Jelek ...!" pemuda berparas  tampan itu menilai foto yang kini berada ditangannya, "gadis itu benar-benar tidak punya selera yang bagus." ungkapnya menyakitkan. Jika saja ada yang mendengar, dapat dipastikan telinga orang tersebut akan terbakar.

     Syukurlah hanya Adnan seorang yang bernyawa dalam ruangan bernuansa putih itu. Tidak lama kemudian, seorang perawat masuk, mengantarkan makan siang untuknya.

"Silahkan dimakan, Pak Adnan. Semoga selera makan Anda kali ini lebih baik." perawat menata meja kecil dengan makanan diatasnya. Meletakkannya diatas paha pemuda itu dengan hati-hati. Kemudian berlalu meninggalkan Adnan sendiri.

     Adnan tidak pernah berhasil menghabiskan makanan yang disajikan, seenak apapun itu. Nafsu makannya terenggut habis oleh peristiwa mengerikan setahun yang lalu.

***

     Mata gadis cantik di depannya membulat, indah. Takjub dengan apa yang dilihatnya. Sepasang cincin.

     "Sungguh ...? Kita akan menikah?" tanyanya antusias. Setengah tidak percaya dengan apa yang didengar.

     Adnan mengangguk, penuh keyakinan. "Aku akan menemui keluargamu, besok malam." tegasnya tanpa basa-basi. Ia mencintai Suci. Gadis tercantik di kampusnya.

     Sudah tiga bulan Adnan mengenal Suci, sejak ia bergabung di Komunitas Pecinta Alam. Seorang mahasiswi yang baru pindah dari Ibu Kota. Mulai tertarik dengan indahnya alam Kalimantan melalui foto-foto hasil bidikan Adnan di setiap pendakian.

Bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indone...

Topeng (bag.7)

-Menemukan Kasih- Dimas baru menyelesaikan pekerjaannya. Walau jam makan siang telah tiba, Ia enggan keluar dari ruang kerja. Selera makannya hilang sejak kekacauan itu menimpa perusahaan. Duduk dan berdiam diri lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu diluar ruangan. Pintu kantornya diketuk, Dimas mempersilahkan masuk. "Dimas..bagaimana kabarmu?" Sapa tamu itu akrab. "Ooh..Anton, Silahkan duduk." Dimas menyambut tamu yang ternyata adalah teman baiknya, dengan wajah senang. "Aku baik-baik saja, tapi seperti yang kau ketahui, perusahaan ini dilanda hal yang tidak menyenangkan."Sambungnya lagi. "Turut prihatin atas musibah yang menimpa bawahanmu. Maaf aku  tidak ada disini untuk membantu saat itu." Anton bersimpati pada temannya. Istirahat siang itu dihabiskan dengan pembicaraan seputar kasus pembunuhan yang menimpa karyawan perusahaan. Sebenarnya Dimas malas membahas hal itu lagi, tapi demi menghargai teman bai...

Topeng (bag.5)

-Dugaan- Dua foto wanita cantik terpajang di dinding ruangan. masing-masing dilengkapi dengan data yang dibutuhkan para penyidik untuk memecahkan kasus pembunuhan yang sedang ditangani. "Diperkirakan pembunuhnya adalah seorang pria muda" Inspektur Bobby membuka suara. "Walaupun tak ada tanda-tanda kekerasan seksual." Sambungnya lagi. "Dilihat dari tempat kejadian, tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban dan sepertinya ini sudah direncanakan." Rudi ikut berkomentar. Inspektur Bobby mengamati lekat-lekat data para korban yang ada ditangannya. Merusak wajah korban setelah kematian, menunjukkan adanya masalah mental yang serius pada pelaku. Begitulah kondisi kedua korban saat ditemukan. Wajahnya disayat seperti hendak membalaskan dendam. Entah apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini. Yang jelas kedua korban adalah teman dekat dan juga bekerja di tempat yang sama. "Aku pikir pelaku pembunuhan dari kedua korban ini adalah ...